39. 🥀Will you marry, me?🥀

825 86 22
                                    


Jangan lupa tinggalin jejak. Karena aku sukaaa❤❤😘🤗
Cek typoku ya

Shanum menoleh dengan berkata ketus, "Pulang aja, sendiri!"

"Aku minta maaf buat semuanya. Apa yang harus aku lakukan buat menebus kesalahan. Nikahin kamu?" Eldera menahan senyum.

"Kalau itu, aku berada dipihak yang dirugikan. Memang aku hamil?"

Kemudian pria jangkung itu  mengubah posisi berdiri dengan menyandarkan pinggang pada pagar balkon agar dapat memandang lebih leluasa wajah wanita yang membuat tidak waras beberapa minggu ini.
Ketika jemarinya akan menahan jilbab yang tergerai menutup wajah Shanum karena diterpa angin malam. Ghafi langsung berteriak, "Kak El, jangan pegang-pegang!"

Eldera tertawa dan berkata, "Fi, boleh tinggalkan Kak El berdua Mbak Shanum? Ada yang ingin dibicarakan berdua."

Ghafi menggeleng mantap. Shanum menoleh pada Eldera masih dengan raut kesal.

"Kak El transfer Go  Pay- mu deh. Sebutin aja jumlahnya," rayu Eldera. Lagi-lagi Ghafi menggeleng.

"Ya, nggak apa, sih, kalau mau tetap berdiri di situ. Tanggung jawab sendiri, ya. Jangan baper," kekeh Eldera. Dibalas Ghafi mencebik.

"Ngomong aja, anggap Ghafi tembok, pilar atau pintu" kata Ghafi dengan kepala tertunduk  dan tangan memainkan ponsel.

"Aku sudah bicara sama Om. Mereka nggak masalah kalau kita menikah. Kamu minta restu Mommy? Papi yang akan mengurusnya. Sekarang, tinggal di kamu keputusannya."

"Aku ...."

"Alhamdulillah! Makasih, sudah menerima lamaranku."

"El!" Eldera terkekeh.

Eldera mengeluarkan cincin dari saku celana jeans-nya. "Will you marry, me?"

Terdengar Ghafi berdecak.

Shanum menatap Eldera dan cincin yang tidak asing baginya. Karena cincin itu tersemat di jemari Ochi.

"Kamu tahu nggak, sejarah cincin ini? Ini cincin yang Papi beli buat Mimi dan cincin ini pilihan Mimi. Berharap, cincin ini akan menyatukan mereka setelah Papi menjalani kontrak." Eldera memutar cincin dengan ibu jari dan telunjuk.

"Waktu cincin ini akan diberi Mimi, Om Athar sudah melamar Mimi. Papi bersikeras mau ketemu Oma, tapi Mimi melarang. Beda Papi dan aku. Andai aku--Papi, maka aku akan bawa kabur Mimi. Masa bodoh dengan kontrak. Sebelum janur kuning melengkung, masih ada harapan menikung." Terdengar Ghafi berdeham.

"Kalimat apaan itu, nggak ada akhlak!" ketus Shanum.

"Itu motto dari Om Dimas."

"Kok, bawa-bawa Om Dimas?"

"Waktu yang aku abis anterin Karen. Trus, aku mampir rumahmu. Om Dimas ikut ngopi bareng sebentar. Om Dimas meledek Mimi, abis Naya, Shanum--El. Aku jawab aja, maunya gitu. Sayangnya, lagi ada saingan. Langsung deh, Om Dimas cerita tentang Tante Putri," urai Dimas.

"Harusnya, Papi gitu, kayak Om. Dimas. Papi, mah terlalu main perasaan," lanjutnya.

"Kalau sampai kejadian kayak gitu, kita saudaraan Kak El," celetuk Ghafi.

"Siapa bilang," protes El. "Kak El tetap anak Mommy-lah."

Ghafi mencebik. "Maksa bener, ya!"

"Ya udah deh, kita Sodaraan. Artinya, Kak El pacaran dengan Karen." Shanum langsung melotot.

"Gimana?" tanya Eldera.

Shanum tidak menjawab. Rautnya tampak terlihat ragu. Eldera langsung meraih tangan Shanum.

Shanum  Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang