Yang baru nemu cerita ini jangan lupa follow aku, yaaa😊😊😊
Minggu pagi, Shanum hanya ingin berpingsan diri di kamarnya. Sejak Sabtu sore, kedua orang tuanya sudah menginap di rumah omanya. Shanum sengaja tidak ikut. Sorenya, dia berniat akan mengantar Naya memesan kue hantaran balik untuk dibawa Rino pada acara lamarannya.
Shanum mendengar suara mobil yang sangat familiar. Dia bangkit dari kasur, lalu mengintip dari balik gorden.
"Mau apa lagi, sih!" batinya.
"Tumben, belum diketuk sudah dibuka pintunya. Terima kasih atas sambutannya," kata Eldera saat disambut Shanum di pintu utama.
"Mau apa lagi, sih?"
"Mau menyelesaikan pekerjaanku yang tertunda."
Eldera kemudian mengambil ponsel dari saku celananya saat ponsel itu berbunyi.
"Iya, Mas, saya sudah sampai di TKP. Tolong cepat ke sini! Saya ingin selesaikan hari ini."
Shanum masih memperhatikan pria itu berbicara. Kemudian setelah mengakhiri panggilan, pria itu memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya.
Shanum pun menyuruh Eldera masuk dan dia kembali ke kamarnya. Tiga puluh menit kemudian, terdengar mesin mobil. Shanum pun beranjak dari kasur.
Dia melihat Eldera dari balik gorden, meminta sopir mobil box menurunkan barang dan memasukkannya ke dalam rumah.
"Kok, taruh di sini? Berantakkan dong!" gerutu Shanum. Eldera tidak memedulikan gerutuan Shanum. Dia hanya mengangkat bahu.
"Berapa lama mengerjakan ini semua?" tanya Shanum dengan menatap kesal.
"Tergantung," jawab Eldera santai dengan mengangkat kayu ke dapur.
"Maksudnya?" Shanum mengekori Eldera.
"Tergantung kamu mau bantuin atau nggak! Prediksi sore ini kelar."
"Aku mau sebelum sore, aku pusing lihat berantakan. Lagian, sore aku mau keluar bareng Naya." Eldera hanya manggut-manggut mendengar omelan Shanum.
Kemudian Shanum melangkah meninggalkan Eldera dan masuk kamar. Tidak lama kemudian, perempuan yang baru saja mengomeli Eldera keluar kamar. Kali ini dia sudah mengganti piyama tidurnya dengan kaus dan celana kalot berbahan kaus dipadu jilbab instan warna senada.
Mata Eldera memandang heran."kamu mau pergi?"
"Kamu pikir, aku membiarkan kamu menyelesaikan ini sampai sore?" Shanum mengatakan seraya mengambil sarung tangan yang ada dalam plastik.
"Aku akan membantu kamu, jadi aku harap sebelum sore hari sudah selesai. Sekarang, kasih tahu aku! Dari mana aku bantuiinnya?"
Eldera tertawa pelan. "Mulai pandangi aku saja. Tatapanmu sungguh penyemangatku."
"Nggak lucu!" bentak Shanum sambil ikut membawa kayu kecil yang terlihat tidak berat.
Eldera melihat dengan menggeleng pelan.
Shanum pun mulai membantu Eldera, seperti menahan ujung kayu yang akan dipotong dengan mesin pemotong. Bukan Eldera jika tidak iseng dan usil menjahili Shanum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanum Love Story
RomantizmShanum sering berpikir, apakah kisah cintanya adalah karma dari sang Ayah? Dulu, Tante Nana cerita, ayahnya dekat dengan Tante Uwi tanpa status jelas. Berakhir menikahi Mimi Ancha. Shanum dapat merasakan apa yang dirasakan Tante Uwi kala itu. Rasan...