26. 🥀Diabaikan🥀

496 92 26
                                    

Koreksi typo yaa
Trima kasih yang sudah mampir
🙆‍♂️🙆‍♀️🙆‍♂️🙆‍♀️

Sementara, Eldera masih berdiri dari balik tirai. Sekuat yang dia bisa untuk tidak mengintip. Bagaimana bisa dia mengabaikan wanita bermata bulat itu. Tentu saja itu bertentangan dengan hati.

Melihat matanya berkaca saja, hatinya sudah luluh. Dia merutuk diri sendiri,mengapa tidak dapt membencinya sedikit saja.

"Pak El, lihat. Shanum sudah nyaman berada di keluarga saya. Maafkan saya yang melanggar janji sewaktu kita di Lembang. Kali ini, giliran saya yang berjuang untuk mendapatkan Shanum. Saya yakin, perasaan Shanum tidak mungkin cepat berpindah ke lain hati. Mengingat dia menyukai saya bertahun-tahun. Hanya perlu waktu sebentar untuk saya mengembalikan perasaan Shanum pada saya."

Pesan yang ditulis Okan masih membayanginya. Pesan itu di kirim saat beberapa menit sebelum Okan sampai di depan rumah Shanum. Pesan itu dibarengi gambar Shanum yang sedang mengobrol akrab dengan keluarga Okan.

***

Sebelum makan siang, Rino mengajak beberapa tim Mega City untuk ke ruang meeting. Pertemuan ini terkesan dadakan karena tidak ada di agenda Shanum dan Susan.

Susan dan Shanum memasuki  ruangan sudah disusun dengan posisi kursi membentuk U. Ada beberapa lapis kursi mengikuti di belakangnya. Kemudian disusul satu persatu karyawan lain dan yang terakhir adalah pria yang dari pagi selalu menghindari tatapan dengan Shanum.

Eldera berdiri di depan dengan menatap semua yang hadir di ruang meeting. Akan tetapi, mata itu melewati Shanum begitu saja. Entahlah, apakah itu di sengaja atau tidak? Namun, membuat jantung Shanum seperti longsor ke perut.

"Dari awal, saya sudah katakan. Sebelum pembangunan dimulai yang harus kita perhatikan drainase. Itu paling penting buat saya. Jangan sampai setelah pembangunan selesai berdampak banjir di sekitar. Kemarin saya dan Pak Rino meninjau lokasi. Sistem Metode River Side Polder yang kami sarankan belum dibuat. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin polder yang dikembangkan mendekati kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar hidraulik yang mahal." Pria itu berbicara dengan tegas.

"Gue, kok, gemes liat rambut Pak El. Rasanya,mau gue sugar aja ama nih jari," bisik Susan. Shanum langsung menyenggol Susan karena Eldera langsung menatap ke arah mereka. Mungkin lebih tepat menatap Susan yang cekikikan.

Setelah meeting, semua meninggalkan ruangan. Rino yang berjalan bersama Eldera memandang Eldera dan Shanum bergantian.

"San, tolong ingetin schedule saya sampai Rabu," kata Eldera saat melewati meja Shanum dan Susan ketika hendak keluar kantor bersama Rino. Lagi-lagi Rino memperhatikan keduanya.

"Baik, Pak."

Setelah Eldera pergi bersama Rino. Susan memandang Shanum. "Kalian lagi berantem? Sejak kapan, aku disuruh ingetin jadawal Pak El. Bukannya itu tugasmu?"

Shanum tidak menjawab. Wanita itu langsung memberi catatan dari agendanya untuk dua hari ke depan.

****
Usaha Shanum tidak berhenti sampai di situ saja. Hari ini, dia berangkat ke kantor lebih pagi. Rupanya, Dewa Keberuntungan sedang berada di dekatnya. Pria yang ingin ia temui sudah duduk di ruang kerja sambil memperhatikan tablet. Penampilannya sudah lebih rapi, tidak seperti kemarin.

Shanum mengetuk pintu kemudian masuk setelah dipersilakan masuk. Shanum berjalan mendekat. Pria itu belum juga menatapnya. Padahal, dia sudah berdiri tidak jauh dari meja kerjanya.

Akhirnya, wajah pria itu mendongak dan meletakkan tablet pada meja.

"Boleh aku menjelaskan yang kemarin?" tanya Shanum gugup.

Shanum  Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang