21. 🥀 Ini Bukan Kencan🥀

484 89 21
                                    

Jangan lupain Shanum yaa🤭🤭

Maaf, updatenya lama🙏

Happy reading, maafkan typo ...


"Aku sudah telepon Ghafi untuk menjemputmu di stasiun Bekasi." Eldera berkata pada Shanum saat menurunkannya di depan stasiun.

Eldera melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuh Shanum dan berkata, "Aku sebenarnya, ingin mengantarmu sampai rumah, tapi bisa dipenggal kepalaku sama Rino. Anak itu meski sudah dewasa mana boleh pulang pagi. Bundanya bisa mengomel tujuh hari tujuh malam. Jadi, untuk urusan entertain, aku yang jalan."

Jantung Shanum berdesir hangat kala wajah Eldera hanya berjarak beberapa senti. Mata dengan sinar teduh mampu memberi getaran yang Shanum dulu pernah rasakan pada Okan. Kemudian Shanum berdeham agar Eldera sadar dan menjauhkan wajah darinya.

Usaha Shanum berhasil, pria itu kembali pada posisinya setelah sabuk pengaman terlepas dari tubuh Shanum.

"Siapa yang mau kamu temui dan di mana?" tanya Shanum.

"Tumben tanya?" Eldera tertawa kecil.

"Apakah kamu sering pulang pagi?"

"Mana dulu nih, yang harus dijawab."

Hanya sebentar Shanum menatap pria di hadapannya. Kemudian tangannya memegang pengait pada pintu mobil.

Ketika pintu terbuka, Shanum menoleh pada pria itu karena Eldera mengatakan sesuatu.

"Aku ketemu Ersa, dia konsultan hukum perusahaan kita. Aku nggak pernah pulang pagi dan nggak pernah pergi ke club secara sengaja, kecuali Ersa yang mengajak. Kamu tenang aja, aku nggak minum, hanya menemaninya mengobrol."

Shanum mengangguk, pria di hadapannya seperti sedang mengkonfirmasi.

"Hati-hati," pesan Eldera. Saat Shanum pamit.

****

Turun dari KRL, Ghafi sang adik sudah meneleponnya dan memberitahu jika sudah sudah menunggu di toko roti dekat stasiun.

"Maaf ya, Fi. Padahal, kamu nggak perlu jemput Mbak," ucap Shanum tidak enak melihat sang adik menjemput memakai mobil sang ayah.

"Nggak apa kok, Mbak. Anggep aja lagi test SIM yang baru di dapet," kata Ghafi seraya menghidupkan mesin.

"Lagian, ayah juga bakal nyuruh aku jemput. Mana boleh, malem-malam Mbak Shanum naik onlen. Kan, beberapa hari ini, Mbak Shanum dijemput Kak Okan." Ghafi mulai menginjak pedal gas, mobil pun melaju meninggalkan parkiran toko roti.

"Iya, Mbak Shanum kasihan aja. Kamu pasti capek. Sabtu, kan, kamu tetep sekolah. Ada ekskul."

"Tenang aja, uang capekku sebanding dengan dana masuk ke go payku dari Kak El," kikik Ghafi. Shanum langsung melotot.

"Sebelum sampe, mau mampir dulu nggak, beli makan?" Ghafi menawari.

Shanum melirik sekilas, pria yang tingginya melebihi sang ayah dengan wajah mirip sang ibu, fokus pada kemudi sesekali mengikuti alunan musik dari radio yang terdapat di mobil.

"Pulang aja deh!"

Sesampainya di rumah, setelah membersihkan tubuh. Shanum langsung merebahkan diri di kasur. Lalu, membuka ponselnya.

Beberapa pesan masuk terlihat di jendela ponsel. Shanum membuang napas pelan. Dirinya sudah menyangka, semua rekan kantor akan membrondong pertanyaan.

Shanum pun mulai membuka satu per satu pesannya.

Shanum  Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang