7. 🥀Pria yang mengesalkan🥀

480 79 7
                                    

Pintu kamar Shanum diketuk. Dia pun berdecak karena tahu siapa yang mengetuknya.

"Kamu nggak jadi mandi?"

"Ngetuk pintu kamar gue, cuma mau tanya ini?"

"Mandi, nggak, mandi nggak akan bikin kamu cantik, sih. Yang bikin kamu cantik itu, skincare," candanya mengikuti gaya yang lagi trending di medsos.

Shanum langsung menutup pintu. Namun, ujung sepatu Eldera menahan pintu itu.

"Ada apa lagi?!"

"Tolong bantu aku dong. Bantu pegangin."

Shanum menghela napas kasar, lalu mengekor Eldera yang melangkah ke dapur. Pria itu menarik kursi makan. Eldera menawarkan Shanum pilihan. Apakah Shanum yang mengukur atau memegang.
Dengan tatapan kesal Shanum langsung menahan sandaran  kursi.

"Aku sangat tersanjung. Ternyata, kamu mengkhawatirkan aku," kata Eldera sedikit menggoda.

"Bukan kursinya yang dipegang, Shany. Tapi, ini ...," tunjuk Eldera. Dia memberikan ujung meteran. Lalu, Shanum menariknya dengan mata melotot kemudian berjongkok. Eldera pun naik kursi untuk mengukur tinggi antara lantai dan langit-langit dapur.

"Kenapa sih. Lo, nggak bawa orang. Seneng banget nyusahin gue. Di kantor nggak puas apa!"

"Aku lagi meyakinkan Om Athar. Bahwa aku mampu menyelesaikan sendiri. Dengan begitu Om Athar akan percaya menyerahkan anaknya sama aku."

"Mimpi aja yang tinggi. Awas jatuh," sungut Shanum

"Bay the way, ini sudah belum, ngukurnya."

"Lepas aja, aku sudah selesai dari tadi, kok."
Shanum rasanya ingin menjungkalkan kursi melihat Eldera menaikan alis sambil terkekeh. Dia pun melepas meteran dan Eldera menekan bagian meteran hingga meteran itu naik menggulung otomatis.

"Kamu nggak sediain aku minum?" sindir Eldera ketika Shanum akan meninggalkannya.

"Di sini adanya kopi instan."

"Apa saja, lah. Yang penting minum. Masa kamu kayak nggak tahu sopan aja. Seperti bukan anak Mimi Ancha."

"Berisik!"

Shanum pun melangkah. Mengambil kopi kemasan, lalu menekan tombol dispenser ke bagian panas.

"Memang, Ayah minta kamu  bikin apa?" tanya Shanum.

"Mau bikin meja bar. Biar putrinya yang cantik ini, nggak ke kafe kalau lagi galau karena patah hati." Eldera menjawab santai dengan tangan mencatat sesuatu pada buku kecilnya.

Shanum meletakkan kopi yang sudah jadi di meja. Kemudian meninggalkan Eldera untuk kembali ke kamarnya. Samar terdengar suara Eldera berbicara pada Athar. Seperti melaporkan apa yang sudah dikerjakan.

Setelah Eldera mengukur ruangan. Dia pun pamit pada Shanum. Sebelum pulang, Eldera mengajak Shanum untuk makan siang bersama di ruko kompleks dekat perumahan Shanum. Dengan wajah sinis Shanum menolak, tetapi pria itu memang bemuka tebal. Tidak sakit hati, malah terkekeh. Rasanya dia memang senang membuat jengkel Shanum.

Shanum  Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang