52

4.5K 444 19
                                    

Walapun karir Bangtan semakin hari semakin menurun, berbanding terbalik dengan kesehatan Jungkook yang semakin hari semakin pulih. Walaupun harta yang mereka miliki terancam, toh itu bukanlah masalah terbesar dalam hidup mereka. Masalah terbesarnya kini kian membaik.


"Hyungie...."


"Um? Ada apa?" tanya Hoseok.


"Hyungie, sedari aku sadar, hyungie seperti tidak ada jadwal sama sekali. Bukahkah jadwal kalian sudah penuh untuk 3 tahun kedepan? Apa ini karenaku? Jangan khawatirkan aku, ada perawat yang akan menjagaku.." ucap Jungkook.


Hoesok tersenyum dan mendekatkan diri pada adik bungsunya, "tidak ada yang perlu kamu pikirkan sayang. Semua baik-baik saja. Oke?"


"Aku tau ada yang tidak beres hyung..."


"Hyungie, kenapa Yoongi hyung dan Namjoon hyung sering keluar berdua? Apa ada jadwal khusus mereka?" tanyanya lagi.


"I-iya....ada jadwal...khusu mereka...."

Jimin yang sedari tadi mendengar didepan pintu menahan diri untuk masuk setelah memahami topik pembicaraan kedua saudaranya ini. Ketika ia rasa Hoseok memerlukan bantuan untuk menghadapi Jungkook, Jimin datang diwaktu yang tepat, "Waktunya makan siang Jungkookieee....ayo!"


"Kok Hyung yang bawa??" tanya Jungkook.


"Iyaa. Tadi bertemu suster didepan. Kajja!" ucap Jimin dan Hoseok membantu Jungkook untuk duduk.


"Ayo aaaaa...."Jimin menyuapi suapan pertama yang direspon kurang baik karena Jungkook hanya mengambil diujung sendoknya saja. Namun ia hanya memaklumi karena perkembangan makan Jungkook belum begitu baik. Makanan masuk saja sudah untung. Biasanya Jungkook harus diancam ke6 hyungnya dulu baru membuka mulut.


"Hari ini 3 suap ya Jimin hyung?" tawar Jungkook.


"Oke. Tapi tiga suap penuh. Jangan ujungnya saja,"


"Kalau begitu namanya 2 suap saja," ucap Jungkook.

"Mau melawan? Hyung bisa menyuapimu sedikit-sedikit sampai habis walau itu 5 jam. Pilih mana?"


"Hish, Jimin hyung sudah tidak asik!"


"Memang asiknya dia bagaimana?" tanya Hoseok.


"Biasanya kan hyung yang habiskan makananku kalau aku sakit biar aku ti-..." Jungkook sontak menutupi kedua mulutnya ketika sadar perubahan raut wajah dari Hoseok ketika menatapnya dan Jimin bergantian.


"Jungkookie....."


"Untuk Jimin, hyung pastikan hyungdeul mu mengetahui ini...." Jimin hanya bisa membulatkan matanya.



"....dan untuk kamu Jungkook, setengah mangkuk harus habis. Kalau tidak, hyung ajukan dokter untuk masukan semua keperluan nutrisi kamu dan sebagainya lewat suntik,"


"Hah??? Hyungg!! Jangan jarum suntik kumohon!!!"

"Tidak ada penawaran. Setengah mangkuk!" ucap Hoseok final lalu ia pergi meninggalkan kedua adiknya yang tertangkap basah.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Choi menghela nafasnya kasar ketika melihat rekap laporan mengenai respon diluar sana terhadap Bangtan serta berita terkini mengenai Yoongi. Hyungsuk menaikkan laporannya lagi dengan bukti licik yang sudah ia siapkan. Netizen perlahan masuk ke dalam permainan Hyungsuk. Walaupun masih ada yang membela Yoongi, rasanya tetap kalah jika seseorang sudah benci.


"Hahh.... mereka menuntutmu dipersidangan...." ucap Choi.


"Dan kau tau kan, kantor polisi sangat haram bagi seorang idol. Image mu akan jatuh drastis. Mereka tidak akan peduli kebenarannya, Yoon...." lanjutnya.


"Kalau begitu aku bersedia. Aku tidak salah, dan aku bisa lebih licik lagi dari dia," jawab Yoongi.



"Tapi bagaimana nasib adik-adikmu? Mereka tidak akan bisa beraktivitas bebas. Telebih jika hasilnya memberatkan pada Hyungsuk. Kita tidak akan pernah tau ide gila dia untuk menjatuhkanmu,"


Ucapan Choi barusan sangat mempengaruhi pikiran Yoongi. Jika ini masalah pribadinya, ia akan santai saja. Yoongi tidak pernah takut akan masalah. Tapi, sekali ini berdampak pada keluarganya, Yoongi tidak akan pernah mengganggap masalah apapun menjadi remeh.


"Aku tau, kau ingin menyerahkan dirimu. Tapi tidak bisa Yoon. Kalin itu satu. Terlebih Bangtan adalah grup keluarga. Bisa kau pikirkan image yang akan terbentuk nanti?" ucap Yoongi.



"Hyung, justru karna itu. Kita itu satu. Salah satu terkena masalah, itu akan menjadi masalah kita semua. Salah satu sakit, kita semua sakit. Dan salah satu dari kita di fitnah, itu sama artinya kita semua telah difitnah.." ucap Namjoon.


"....jadi jika kau mengkhawatirkan kita akan terseret dalam masalah ini, ya itu sudah pasti. Aku, hyung dan adik-adikku tidak akan pernah meninggalkan Yoongi hyung sendirian," lanjut Namjoon. Yoongi hampir menangis mendengar kalimat dari adiknya ini. Ia tau Namjoon bijaksana. Tapi rasanya tidak pernah sedalam ini.



Choi kembali menghela nafas kasar sembari memijat panggal hidungnya, "hah...aku tau. Kalian keluarga yang hebat. Aku mewakili pihak agency menyerahkan sepenuhnya keputusan kalian dan keluarga. Kami hanya bisa memfasilitasi dan membantu. Aku yakin, PD-nim juga tidak akan segan membantu. Kalian membantu agency ini sangat banyak," ucap Choi.



"Terima kasih. Aku hanya minta untuk jangan mengkhianatiku sekali saja. Masalahku ini berawal dari aku yang mempercayai kalian," ucap Yoongi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Seokjin mengepal tangannya sepanjang menyaksikan hasil rekaman Yoongi waktu kejadian saat itu. Hatinya memanas melihat adiknya dikeroyok dengan cara licik seperti ini. Walaupun Yoongi kurang ajar dan tidak hormat, Yoongi tetap adiknya. Jin masih mengingat merahnya bayi Yoongi ketika ia baru lahir. Ia masih memiliki memori Yoongi yang manja dan lugu sebelum berubah menjadi adik yang seperti sekarang.


"Sudah cukup, aku tidak kuat. Rasanya ingin ku tinju kepala Hyungsuk saat ini juga jika aku terus melihatnya," ucap Jin.


Menurut hyung bagaimana? Apa ini cukup kuat?"

"Ini cukup kuat. Seharusnya. Jika Hungsuk tidak membayar hakim dan dengan rencana liciknya..."


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Guys,

Maaf ladang typo. Aku sempetin up karena aku bakal sibuk di rl bberapa hari ini....

Ditunggu ya!

Behind The SweetlightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang