09. Gosip Panas

48 33 9
                                    

~Mari berjalan perlahan di sisiku~

SAAT Nella baru saja menginjakkan kakinya ke lantai kelas, teman-teman sekelasnya menyambut dengan ricuh bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAAT Nella baru saja menginjakkan kakinya ke lantai kelas, teman-teman sekelasnya menyambut dengan ricuh bukan main. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang memecahkan balon dan bersiul ria. Gadis kurus itu melongo keheranan, berpikir bahwasanya kegaduhan ini mungkin saja terjadi karena ia telah memenangkan lotre senilai miliaran rupiah.

“Marilah kita sambut mempelai wanita kita yang sedang berbahagia hari ini ... Nella Himela!”

Tepuk tangan meriah menghiasi pagi cerah tak berawan hari ini. Nella mengerjapkan matanya berulang kali, memastikan jika indra penglihatan dan pendengarannya tak salah tafsir.

Ivori dari barisan depan menghampiri dan berakting selayaknya seseorang yang tengah menangis bahagia. Arlis di sebelahnya menepuk-nepuk bahu Ivori, pura-pura berusaha menenangkan gadis berpipi tembam itu.

“Nggak nyangka kau laku duluan, Nell,” ucapnya sambil memeluk Nella membuat gadis kurus itu memelotot ngeri.

Usai pelukan diurai, Dhimas ikut menghampiri Nella dengan senyuman paling lebar yang ia punya. Tentu saja ia amat bahagia karena menemukan bahan gosip terpanas minggu ini.

Melihat hal itu, Nella memicing curiga. Sudah pasti kegaduhan ini disebabkan oleh seorang Allif Dhimas yang paling gencar mencari perkara dengannya. Namun, agaknya masalah apa pula yang menyebabkan dirinya mendadak terkenal seperti ini?

Oy, Jamet, maksudnya apaan, nih? Lo jangan nebar fitnah tentang gue, ya!”

Dhimas yang masih mempertahankan senyum lima jarinya menggeleng. “Ini bukan sekadar hoaks, ini adalah fakta yang sudah dikonfirmasi oleh orangnya langsung. Kau mau tahu?”

Nella merapat ketika Dhimas mulai mengeluarkan benda petak persegi dari saku celananya. Setelah mengotak-atik sebentar, Dhimas memperlihatkan layar telepon cerdasnya pada Nella. Sambil membusungkan dada, pemuda kurus itu berucap bangga,

“Bagaimana skill fotoku? Mantap, 'kan?”

Kedua manik kelam Nella terbelalak, hampir saja bergelindingan di lantai. Dengan cepat ia merebut telepon cerdas Dhimas dan memperhatikan dua orang di dalam foto hasil jepretan pemuda cengengesan itu dengan saksama. Tidak salah lagi, ini adalah foto dirinya dan Deon tadi malam. Lebih parahnya lagi, mengapa Dhimas harus menjepret bagian dia digendong oleh Deon?

“Nggak bisa ngelak, 'kan? Kalian beneran pacaran, 'kan?!” Nada bicara Ivori mendadak naik beberapa oktaf. Asal kalian tahu, Nella itu adalah teman seperjuangannya. Tak terasa benar jika gadis bobrok itu lebih duluan mendapat pacar, berwajah tidak pas-pasan pula.

“N-nggak! Kalian jangan salah paham dulu. Gue sama Deon nggak ada apa-apa. Iya 'kan, De?” Nella mengedip pada Deon yang menyandar pada tembok kelas berhiaskan coretan pena karya anak-anak kurang ajar.

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang