14. Kamu

52 33 4
                                    

~Tanpa kusadari, kini hidupku hanyalah berporos di sekitarmu~

GADIS mungil itu lagi-lagi bersin ketika angin malam menusuk-nusuk hidung dan indra perabanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GADIS mungil itu lagi-lagi bersin ketika angin malam menusuk-nusuk hidung dan indra perabanya. Di malam buta ini, Netta berjalan seorang diri menuju apotek untuk membeli obat flu. Cuaca malam ini pun tak mendukung, betul-betul dingin menggertak bulu.

Jika saja Netta tak memakai masker, kalian mungkin dapat melihat seberapa merah hidung bangir itu sekarang. Namun, karena kakak tercintanya, Nella, sedang kencan di rumah pacar barunya, Netta terpaksa mandiri dan merana di jalanan sepi seorang diri.

“Pokoknya pas pulang aku mau minta Kak Nella beliin es krim!”

Lihat? Bahkan, ia lupa jika dirinya sedang flu. Sudahlah. Netta takkan mendengar jika membahas soal es krim dan kawan-kawannya. Gadis mungil yang sebentar lagi berusia enam belas tahun itu benar-benar maniak es krim. Ia akan mempertaruhkan segalanya hanya demi es krim yang sekali masuk mulut langsung kandas.

“Hei.”

Netta hampir saja memukul tangan yang tiba-tiba saja menyentuh bahunya jika empunya tangan tak segera mengelak.

“Kenapa di sini sendirian? Bahaya, loh.”

Netta memicing tak suka. Dari sekian banyak orang, sekian banyak tempat, mengapa ia harus bertemu Arsyal di sini? Tidak mengapa, Netta hanya tak ingin rencana 'move on sebelum potek' yang telah ia rancang khusus untuk menjauhi Arsyal hancur begitu saja.

“Suka-suka aku, dong.”

Arsyal menaikkan sebelah alisnya, merasa aneh dengan tingkah Netta yang mendadak sarkas.

“Mau ke mana?” tanya pemuda berbalut pakaian kasual itu pada Netta yang tampak sangat enggan menjawab pertanyaan tak bermutu Arsyal.

“Oke, aku nggak akan nanya-nanya lagi, tapi demi keamanan kamu, aku bakalan anterin kamu sampai ke tempat tujuan.”

Netta memelotot, hendak melayangkan protesnya saat segerombolan pemuda berandalan tiba-tiba saja melewati mereka. Tak sedikit pula dari gerombolan itu melirik pada Netta yang merupakan satu-satunya orang bergender perempuan di antara mereka.

Refleks, Arsyal menarik Netta ke belakangnya dan memberikan sebuah tatapan dingin, bak pemuda jangkung itu dapat menelanjangi mereka hanya dengan tatapan sarkasnya.

Beberapa dari mereka berbisik, “Pawangnya galak, euy.

Usai mereka pergi, Arsyal menghela napas lega dan beralih pada Netta yang memasang wajah bengong. Gemas, Arsyal menjentik dahi gadis yang lebih muda beberapa tahun darinya hingga membuat empunya dahi merengut tak suka.

“Apa kataku, kamu itu nggak boleh jalan sendirian. Lagian kamu mau ke mana, sih? Terus Nella ke mana? Kok, dia nggak temenin kamu?”

Netta memutar bola matanya jengah. Mengapa kini Arsyal terlihat persis seperti kakaknya?

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang