~ Jangan lihat ke arahku. Aku tak ingin kau terluka karena melihat raut menyedihkanku~
***
“KAK Nella! Bangun!”
Rasanya sudah bosan, sudah lelah seorang Netta Himeta berusaha membangunkan kakak tercintanya di hari Minggu pagi yang beranjak menjadi siang karena jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh dan gadis kurus itu masih bergelung nyaman dalam kasur sempitnya, terjebak dalam mimpi indahnya.
“'Kan udah aku bilang, jangan lampiaskan kemarahan Kak Nella dengan molor mulu. Nanti kalau tiba-tiba malaikat iseng nidurin Kak Nella selama-lamanya, gimana?!” Tak mendapat jawaban, Netta naik ke atas kasur Nella, lalu menginjak tubuh gadis kurus yang berbaring telungkup.
Nella cepat-cepat membuka kedua manik kelamnya, merasa nyawanya sebentar lagi akan melayang jika ia tak lekas-lekas bangun. Belum lagi ranjang malangnya berderit keras, berteriak kesakitan disiksa adik kejamnya.
“Iya, iya, gue bangun!”
Tersenyum puas, Netta turun dari punggung Nella yang terasa remuk. Sembari mengumpulkan nyawa, Nella duduk terbengong, bak orang gila yang baru menyadari bahwa dirinya gila. Netta yang melihat ini hanya bisa geleng-geleng kepala.
Kemarin sore, Nella pulang dengan awut-awutan; tali tas sekolah melilit di leher mulusnya, sedangkan surai legamnya acakadut tak keruan. Bahkan, Netta sempat bergidik ngeri ketika melihat beberapa anak rambut Nella masuk ke mulutnya.
Demi Tuhan, apa yang gadis spesies monyet jalanan ini lakukan hingga keadaannya tampak seperti gelandangan berpenyakit mental? Namun, sampai Nella selesai mandi dan menyisir rapi surainya, Netta tak mendapat jawaban atas kekacauan apa yang menimpa kakaknya.
Namun, ada satu hal pasti yang ia tahu hanya dengan sekali lihat; Nella sedang marah. Setiap orang punya cara berbeda untuk mengatasi kemarahannya, begitu pula Nella. Gadis urakan itu akan melampiaskan amarahnya pada kasur; tidur sampai mampus.
Anehnya lagi, acara 'tidur sampai mampus' ini hanya bekerja saat Nella marah. Ia bisa tidur selama dua puluh empat jam penuh tanpa bangun makan atau buang air kalau sedang marah. Lain cerita kalau tidak dalam mode marah. Di tengah malam buta pun ia akan bangun sekadar memasak mi instan untuk mengganjal perut karetnya.
“Oh iya, handphone Kak Nella dari tadi bunyi terus.”
Nella melirik nakas, melihat telepon cerdas yang dibelinya empat tahun silam tergeletak mengenaskan. Menghela napas pasrah, Nella mengecek notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab. Sejauh netra kelamnya bergulir, ia hanya dapat menemukan nama Deon dan Arsyal. Apa ini? Mengapa kedua pemuda itu kompak sekali?
“Hm, mencurigakan.”
Tolong. Tolong siapa pun hentikan omong kosong yang sedang berkembang dalam otak kecil Nella. Belum sempat melempar telepon cerdas malangnya ke nakas, Nella tak sengaja melihat suatu pesan yang begitu menarik minatnya.
[Nanti malam, pukul tujuh, temui aku di taman yang beberapa waktu lalu kita datangi. Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Ingat, kamu nggak bisa lari dariku, Nella Himela.]
D30N
Nella mendadak merinding, memikirkan bagaimana ekspresi Deon saat mengetik pesan singkat berjuta makna ini.
“Kita? Dih, padahal udah gue bilang kemarin nggak sengaja ketemu.”
Namun, Nella berusaha menekan habis harga dirinya. Kalau Deon ingin bertemu dengannya, maka pemuda tinggi itu harus mendatanginya ke indekos dan memohon ampun karena telah berani mempermainkan perasaan tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEOLLA ✔
Teen Fiction"ɢɪʟᴀ ᴀᴊᴀ ɢᴜᴇ ᴅɪꜱᴜʀᴜʜ ᴊᴀᴅɪ ᴘᴀᴄᴀʀ ʙᴏʜᴏɴɢᴀɴ ᴅɪᴀ! ʏᴀ ᴍᴀᴜʟᴀʜ ɢᴜᴇ! ᴄᴀɴᴅᴀ ᴍᴀᴜ ᴍᴡᴇʜᴇʜᴇʜᴇ ...." //DEOLLA// Nella Himela adalah seorang pencuri amatiran. Di debut pertamanya sebagai seorang maling, ia tertangkap basah oleh penjag...