04. No!

80 38 18
                                    

~Seribu kali lo mohon sama gue, seribu kali pula gue tampol kepala lo~

~Seribu kali lo mohon sama gue, seribu kali pula gue tampol kepala lo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAH? Gimana-gimana? Deon minta kau jadi pacarnya?!”

Nella menoyor kepala Ivori hingga empunya merengut kesal. Sekarang mereka berada di kantin yang penuh sesak. Beruntung Ivori dan Reva, teman sekelas mereka juga telah menyiapkan satu kursi kosong untuk Nella.


“Bukan pacar beneran, tapi pacar bohongan. Paham lo?”

“Ya 'kan tetap aja kau beruntung, Nell. Kapan lagi kau bisa punya pengalaman pacaran kalau kau nolak kesempatan emas ini. Gas aja, bor!”

Reva mengangguk mengiakan ucapan Ivori. “Lagian kau 'kan lagi jomlo, Nell. Nggak masalah juga, 'kan?”

Nella tertohok. Bagaimana bisa teman-temannya justru memojokkannya? Bahkan, mereka mengata-ngatai statusnya yang memang masih jomlo selama beberapa tahun belakangan. Jika boleh dibilang, sangat sulit membuka hati Nella yang memang sekeras batu. Kalian butuh kapak genggam, kapak persegi, kapak lonjong hingga linggis panjang untuk mengikis hati gadis urakan itu.

Nella menggeleng. Ia menggebrak meja kantin hingga seluruh siswa menatap aneh padanya. Apakah rasa lapar bisa menghilangkan kewarasan seseorang? pikir mereka.

“Ya 'kan nggak mungkin juga gue mau-mau aja jadi pacar bohongan Deon. Lo kira harga diri gue recehan apa?”

Gantian Nella yang cemberut. Namun, memang dasarnya teman setan, Ivori dan Reva malah sibuk memakan bakso yang sudah mereka pesan saat menunggu kedatangan Nella. Peduli setan dengan ocehan Nella, yang penting perut mereka terisi sebelum bel terkutuk itu berbunyi dan memenjarakan mereka dalam ruangan petak bernama kelas.

Melihat kedua temannya menyantap bakso dengan nikmat, Nella memegang perutnya. Baru sekarang ia merasa begitu lapar setelah bertegang urat dengan Deon dan gadis manja itu.

“Eh, bagi dikit, dong.”

Ivori tersenyum ramah dan menjauhkan mangkuk baksonya dari Nella, begitu pula Reva.

“Diet ajalah, Nell. Kayaknya belakangan ini aku lihat kau makin gendut aja.”

Nella menatap datar. “Bilang aja kalo nggak mau bagi, dasar pengkhianat.”

“Badan kurus kayak tripleks gini mau diet? Kalian buta apa gimana?”

Dhimas yang baru saja tiba di kantin mengacak surai legam Nella hingga membuat empunya menghela napas. Bagaimana bisa ia mendapat kesialan bertubi-tubi hari ini? Setelah bertemu orang menyebalkan macam Deon, kini ia harus bertemu dengan orang sejenis Deon pula. Bahkan, dua kali lipat lebih menyebalkan dari Deon.

“Ngaca, woi! Badan lo dan badan gue itu sebelas dua belas.”

Dhimas menyengir sok ganteng, mengabaikan ucapan pedas Nella. Ia sudah kebal. Apa pun yang meluncur mulus dari mulut Nella, Dhimas menganggap ucapan itu sebagai radio usang yang sudah tak layak pakai.

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang