~Aku nggak lihat, aku pakai singlet~
GADIS bermanik kelam itu lari tunggang-langgang bak orang kebakaran janggut. Jalanan aspal diterabas tak tentu arah, yang selalu terbesit di otaknya adalah mengenai bagaimana keadaan adik semata wayangnya sekarang.
Hal ini terjadi beberapa menit lalu, saat Nella mendapat telepon dari pihak sekolah adiknya yang mengatakan bahwa Netta baru saja dipulangkan ke rumah karena mengalami mimisan dan tiba-tiba pingsan ketika pelajaran olahraga sedang berlangsung. Tentu saja sebelum dipulangkan, Netta telah dibawa ke UKS sekolah untuk diperiksa dan untungnya, gadis mungil itu hanya mengalami kelelahan dan akan segera membaik jika beristirahat dengan cukup.
Namun, bukan hanya itu masalahnya. Entah ia yang terlewat panik atau memang teman-teman sekelasnya selalu mempunyai ide terlalu kreatif, Nella malah membolos lewat pagar belakang sekolah. Padahal sebetulnya ia bisa saja izin pulang ke guru piket karena adiknya sakit, tetapi lihatlah apa yang terjadi.
Saat itu, ketika Nella sudah siap memanjat pagar dibantu oleh Deon dan Dhimas yang dengan sukarela meminjamkan tangannya untuk menopang kaki gadis kurus itu agar memudahkannya dalam memanjat, dia tiba-tiba saja berhenti. Kewarasannya yang hilang beberapa waktu lalu kini telah kembali ke tempatnya.
“Bentar, deh. Kok, kita pake acara manjat tembok segala, sih? 'Kan gue bisa minta izin buat pulang karena Netta sakit?” tanya Nella sambil menengok ke bawah, di mana kedua temannya berada.
Dhimas berdecak kesal. “Kalo ada yang susah, kenapa mau yang mudah? Udah, kau lompat aja, Nell. Tangan aku udah nggak sanggup nahan berat badan kau.”
Deon mengangguk mengiakan ucapan Dhimas. “Padahal kamu kelihatannya kurus. Kamu kebanyakan dosa, ya, Nell?” Pemuda tinggi itu menggeleng prihatin. “Ternyata kamu ini berdosa sekali, ya.”
Muak dengan celotehan kedua teman bobroknya, Nella memutuskan untuk menjalankan rencana awal, yaitu melompati pagar. Segenap usaha dikerahkan hingga pada akhirnya Nella berhasil berpindah ke luar pagar sekolah. Tentu saja pendaratannya tak semulus itu. Terbukti dengan banyaknya luka goresan di sekujur tubuhnya. Namun, siapa peduli? Yang terpenting ia telah berhasil melakukan aksi bejat keduanya; bolos.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya ia memang cocok memerankan tokoh antagonis daripada protagonis. Mungkin jika ia mendapat tawaran main film, ia dengan cepat akan memilih berlakon sebagai seorang begal kelas kakap yang menjadi buronan polisi hingga FBI dan teman-temannya.
Mengenyahkan segala pemikiran nyeleneh, Nella berusaha memacu larinya agar lekas-lekas sampai di indekos. Beberapa menit berlari kesetanan, gadis urakan itu akhirnya tiba tepat di depan pintu indekosnya dengan napas putus-putus hampir bengek. Namun, ia tak boleh terlihat lebih mengkhawatirkan ketimbang Netta yang sedang sakit di dalam sana.
Menata pakaiannya serapi mungkin, Nella memutar kenop pintu hingga pintu usang itu terbelalak menampilkan pemandangan yang sumpah mati, tidak pernah terbesit di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEOLLA ✔
Teen Fiction"ɢɪʟᴀ ᴀᴊᴀ ɢᴜᴇ ᴅɪꜱᴜʀᴜʜ ᴊᴀᴅɪ ᴘᴀᴄᴀʀ ʙᴏʜᴏɴɢᴀɴ ᴅɪᴀ! ʏᴀ ᴍᴀᴜʟᴀʜ ɢᴜᴇ! ᴄᴀɴᴅᴀ ᴍᴀᴜ ᴍᴡᴇʜᴇʜᴇʜᴇ ...." //DEOLLA// Nella Himela adalah seorang pencuri amatiran. Di debut pertamanya sebagai seorang maling, ia tertangkap basah oleh penjag...