15. Kita

51 32 6
                                    

~Karena dialah pemilik hatiku yang sebenarnya~

~Karena dialah pemilik hatiku yang sebenarnya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“MAMPUS, gue telat!”

Gadis urakan itu lari ke kamar mandi sambil menaruh handuk di bahu. Jam dinding telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Bayangkan, pukul tujuh pagi dan Nella baru akan membasuh diri padahal kelasnya mungkin sudah dimulai.

Ini semua karena semalam Nella harus meladeni Bunda Hana berbincang-bincang sehat sampai larut malam. Wanita anggun satu itu benar-benar membuat Nella tak habis pikir. Bagaimana bisa ia menemukan begitu banyak topik yang ingin dibahas dengan Nella yang bahkan, baru ditemuinya satu kali? Jika disuruh orasi, sungguh, rasanya sial sekali orang-orang yang harus mendengar ceramah segar-segarnya dari subuh sampai subuh.

Mungkin lain kali Nella harus menyiapkan beberapa botol air mineral untuk mencegah kekeringan pada tenggorokan berharganya.

Sepuluh menit berlalu, Nella keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragamnya. Matanya hilir mudik ke sana kemari mencari sosok Netta yang dengan tega-teganya tak membangunkannya pagi ini. Tak menemukan keberadaan Netta, Nella buru-buru mengambil tas tanpa makan atau minum sedikit pun.

Persetan dengan perut keroncongan, sekolah lebih penting baginya. Sekalipun Nella memiliki otak standar anak SMK, ia masih mempunyai sebuah harapan untuk meraih impiannya. Lagi pula, tenang saja, Nella takkan mati hanya karena tak mengunyah sesuap nasi karena kelaparan adalah jalan ninjanya.

Beberapa menit dalam pelarian yang mendebarkan, akhirnya Nella tiba di depan gerbang sekolah dengan terengah-engah. Mulutnya engap-engap, terasa hampir meninggal lantaran harus berlari kilat dari rumah dan sekolahnya yang berjarak dua kilometer.

Namun, nahasnya lagi, pak satpam tercinta telah menutup gerbang dengan hikmat tanpa memedulikan nasib Nella. Kalau sudah begini, haruskah ia bolos? Gadis itu tersenyum mencurigakan. Benar-benar mirip wajah badut sadis yang hobi menculik anak-anak.

Seseorang tiba-tiba saja menepak kepala belakang Nella dan berujar menyebalkan,

“Nggak usah senyum-senyum cringe gitu. Muka kamu bikin meriang. Omong-omong, kamu terlambat juga?”

Nella refleks menjauh, menghindari Deon yang masih bersikap santai seperti hari-hari lalu. Tidakkah pemuda itu mengerti apa yang telah mereka bicarakan malam itu? Biar Nella jelaskan secara singkat; Deon menembaknya! Menembaknya alias ingin menjadikannya kekasih, pacar, pendamping hidup!

Belum sempat Nella buka suara, suara pak satpam mendahuluinya. Bapak-bapak berkumis tipis dengan perut rata tidak menggunung itu berkacak pinggang sambil memelotot sok seram.

“Sudah terlambat, malah ngobrol lagi. Ikut saya ke dalam!”

Ucapan pak satpam bernama Tino itu membuat Nella tersenyum bahagia, tetapi tidak dengan Deon yang memutar bola mata malas. Asal kalian tahu, selama dua tahun sekolah di SMK ini, Deon telah terlambat sebanyak dua puluh enam kali dan enam di antaranya adalah bolos. Ya, Deon bolos setelah terlambat. Sungguh tipikal anak berandalan tak tahu diri.

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang