11. Netta bukan Nella

58 33 10
                                    

~Aku tidak hidup di bawah bayang-bayang Nella. Aku hidup dengan caraku sendiri dan aku hidup untuk menjadi apa yang kuinginkan~

 Aku hidup dengan caraku sendiri dan aku hidup untuk menjadi apa yang kuinginkan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GADIS kurus itu menghela napas. Belum selesai satu masalah, muncul masalah lain. Hal ini cukup membuatnya stres, tetapi sebetulnya ia hanya khawatir mengenai keadaan Netta. Adik kandungnya itu selalu memendam segalanya seorang diri. Ia takkan pernah memberitahukan masalahnya jika kejadian seperti saat ini tak pernah terjadi. Bahkan, Nella seratus persen yakin bahwa Netta takkan mengatakan apa pun tentang kondisinya jika ia tak pingsan waktu itu.

Melihat gadis yang ia sukai tampak begitu lelah, Arsyal mengambil inisiatif untuk menyuruh Nella beristirahat, sedangkan ia sendiri akan pulang dan kembali saat senja terbenam. Bagaimanapun, ia juga khawatir pada Netta. Gadis pendiam itu sebetulnya adalah sosok rapuh yang selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Arsyal mengetahui hal ini ketika ia sampai di depan indekos, gadis mungil itu membuka pintu dengan raut wajah berseri, sama sekali tak membiarkan kesedihan menenggelamkannya.

Bahkan, ia masih bertingkah baik-baik saja sebelum tubuhnya bergejolak, memberitahukan pada Netta bahwa ia sudah tak sanggup berlakon baik-baik saja. Hampir ambruk, untung saja Arsyal tanggap dan menahan tubuh ringkih itu agar tak menghantam lantai dingin.

Saat itulah Nella masuk seenak jidat dan menuduh dirinya melakukan hal tidak-tidak pada Netta. Namun, karena itulah Arsyal menyukai Nella. Karena sifat blak-blakannya itulah yang membuat Arsyal yakin bahwasanya gadis itu menjalani hidupnya tidak dengan lakon, tetapi sebagai Nella Himela yang sebenarnya.

Tiba-tiba telepon cerdas Nella berdering ribut. Melihat nomor tak dikenal terpampang di layarnya, Nella mendadak ragu untuk menjawab. Ia hanya takut jika nomor itu adalah milik papanya.

“Nggak diangkat?”

Nella tersenyum kikuk dan mengangkat telepon dengan terpaksa, tetapi beberapa detik kemudian, raut wajahnya berubah horor. Mengecek layar telepon cerdasnya sekali lagi, Nella berseru,

“Dapet nomor gue dari mana lo?”

Terdengar alunan tawa dari seberang sana. Bahkan, Nella bisa membayangkan ekspresi macam apa yang tengah pemuda berwajah mengantuk itu perlihatkan saat dirinya tertawa sedemikian rupa.

Deon pasti mengukir garis pada manik kelamnya.

“Aku di depan indekos. Aku ke sini mau balikin tas kamu.”

Nella menepuk dahinya pelan karena baru ingat perihal tasnya yang tak sengaja tertinggal di kelas karena ia begitu terburu-buru tadi.

“Oke, lo tunggu di situ, jangan ke mana-mana!”

Setelah telepon diputus, buru-buru Nella keluar dari indekos tanpa mengatakan apa pun pada Arsyal membuat pemuda jangkung itu mengernyit bingung. Agaknya siapa gerangan orang yang ingin ditemui Nella hingga empunya tampak begitu bergegas?

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang