21. Hilang Arah

41 32 23
                                    

~Kembalilah, aku tak ingin melukaimu lagi~

***

"ARSA!"

Pemuda jangkung itu menoleh, lalu tersenyum kecil ketika melihat Nella. Di bawah megahnya cakrawala malam, entah mengapa Nella terlihat begitu menawan dalam balutan gaun berwarna taluki selutut. Sebuah tas selempang melingkari tubuh mungilnya. Surai legam yang biasa dikucir kuda kini tergerai rapi dengan sebuah pita lucu menjepit poninya.

Manis. Manis sekali, pikirnya.

"Arsa, ada suatu hal yang mau gue omongi sama lo."

Diam-diam Nella meremas gaunnya, mendadak gugup karena tatapan Arsyal tampak begitu berseri-seri. Jika ia katakan sekarang, mungkin saja senyuman ramah itu akan luntur, tergantikan oleh raut kekecewaan. Namun, jika ia terus-menerus menggantung perasaan pemuda baik hati itu, agaknya tak terasa benar.

"Maaf! Gue nggak bisa suka sama lo!"

Nella menunduk sembilan puluh derajat, mendadak berlaku sopan di depan Arsyal. Tak mendengar pemuda itu mengucapkan sepatah kata pun membuat Nella semakin gugup. Apakah ucapannya begitu mengejutkan untuk Arsyal?

Perlahan, Nella menegakkan tubuhnya, menatap penuh pada pemuda jangkung yang hanya berdiri di depannya. Namun, ada satu hal yang membuat Nella terbelalak; Arsyal tersenyum.

"Syukurlah kalo kamu mau jujur dengan perasaanmu."

Lihat? Mengapa kelakuan Arsyal begitu melemahkan seluruh persendiannya? Mengatakan hal sekejam ini membuat Nella merasa menjadi pemeran antagonis yang hanya mementingkan diri sendiri.

"Lo ... lo nggak apa-apa?"

Arsyal mengernyit, lalu menyentil pelan dahi Nella. "Orang mana, sih, yang nggak sakit hati kalo ditolak mentah-mentah sama gebetannya? Pertanyaan kamu ini seperti menabur garam di atas luka borokku."

Nella tergelak, tak menyangka Arsyal bisa bersikap sedewasa ini. Usianya bukanlah hanya angka, melainkan benar-benar mencirikan karakter kedewasaannya. Rasanya Nella senang bisa bertemu orang sebaik, sekeren Arsyal.

"Nella, kamu tahu? Aku bersyukur kamu menolakku." Atensi pemuda itu beralih pada megahnya cakrawala malam ini. Banyak bintang bertabur menghiasi bumantara, memberikan penerangan alami pada bumi yang gulita.

"Karena aku pun sedang kehilangan arah. Aku pernah bilang bahwa perasaanku padamu itu nggak setengah-setengah dan hal itu memang benar adanya, tapi belakangan ini, aku mulai merasa hal itu tidaklah benar."

Arsyal menoleh pada Nella yang terpaku, terpukau pada raut damai pemuda jangkung yang kini tampaknya memiliki banyak sekali pertanyaan di benaknya. Raut itu menggambarkan segala perasaannya, menggambarkan seberapa lama ia telah memikirkan hal ini.

"Terima kasih, Nella."

Nella tersenyum lebar hingga iris kelamnya menyipit. Masalah cinta persegi panjang segitiga sama kaki ini akhirnya selesai. Mulai hari ini, Nella yakin, perlahan-lahan, mereka dapat memulihkan hubungan ini. Kalau boleh jujur, Nella tak ingin putus. Ia membutuhkan penjelasan dari Deon dan berjanji akan mendengarnya dengan saksama.

"Mau aku anterin?"

Nella mengulum senyum dan menggeleng pelan. Jika ia datang bersama Arsyal, sudah dipastikan Deon dan Arsyal akan baku pukul atau setidaknya, mereka akan adu bacot.

DEOLLA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang