Sebelum acara jamuan makan malam sekaligus penampilan selir baru Rajputana, para pejabat istana, kerabat kerajaan dan tokoh masyarakat berkumpul di balairung diskusi untuk rapat membahas hasil pertemuan Rajputana dengan Sir Robert Lanchester dari pihak East India Company (EIC) —kongsi dagang milik Inggris—di Kota Manapur.
Pihak EIC akan menyediakan senjata api untuk Kerajaan Rajpur dengan imbalan raja Rajpur bersedia menyediakan lahan dan tenaga kerja untuk pembangunan rel kereta api yang dirancang melintas di tengah kota Rajpur. Proyek itu juga akan membuka lahan pekerjaan baru bagi masyarakat Kota Rajpur, juga meningkatkan mobilitas perdagangan dan penambangan. Orang-orang juga akan bepergian lebih mudah menggunakan jalur transportasi tersebut. Penggunaan waktu dan sumber daya tenaga akan lebih efisien. Kota Rajpur diprediksi berkembang pesat dan akan menjadi kota utama dalam perdagangan dengan EIC.
Udai Singh menyetujui rencana tersebut. Beliau terlihat bersemangat karena suasana hatinya sedang gembira. Rapat itu berakhir dengan baik dan acara jamuan makan malam itu pun menjadi acara yang menyenangkan. Mereka semua menuju balairung jamuan.
Balairung itu bertingkat dua. Sementara para pria duduk di lantai bawah, balkon lantai dua khusus untuk para wanita, yaitu Maharani dan selir-selir Udai Singh, istri pangeran dan selir-selirnya, istri pejabat serta pelayan-pelayan mereka yang siap sedia kapan pun jika dibutuhkan.
Semua pejabat, kerabat dan tokoh masyarakat berkumpul di balairung itu. Ruangan terang benderang oleh lampu hias di langit-langit yang dilapisi kepingan-kepingan emas. Pantulan cahaya lampu bagaikan kristal kaca yang berkilauan. Lantai yang sebening permukaan air memantulkan pemandangan langit-langit, membuat tampilan ruangan itu glamor. Ditambah dipan-dipan dan bantalan empuk, ruangan itu membawa kemeriahan pesta semakin hidup.
Para bangsawan dan orang terpandang duduk santai sambil menikmati minuman dalam gelas piala dan hidangan ringan seperti buah-buahan segar dan manisan. Mereka tertawa-tawa sambil berbincang. Rajputana dan ayahnya terbawa dalam suasana akrab itu. Di antara puluhan orang, hanya Imdad yang bertampang serius. Matanya melirik tajam mengawasi sekitar. Pikirannya tidak bisa sesantai yang lainnya, karena ia terlatih untuk selalu waspada.
Orang-orang, termasuk Rajputana sendiri sangat menanti-nantikan penampilan gadis penari bertopeng. Wajah gadis itu selama ini menjadi misteri. Di pentas malam ini, penari itu akan memperlihatkan wajahnya dan menjawab rasa penasaran semua pria. Ketika pintu balairung dibuka, mereka semua terdiam memperhatikan.
Jika para pria menanti dengan semangat, para wanita menanti dengan tegang. Mereka pun penasaran dan ingin tahu seperti apa wajah penari yang dipuja-puji para lelaki seluruh Rajpur.
Gendang ditabuh, trompet ditiup dan seruling mengalun merdu diiringi gemerincing simbal kecil dari kaki-kaki penari. Rombongan penari pria memasuki ruangan sambil mengusung bendera Kerajaan Rajpur. Mereka bersorak lantang dan mengambil posisi berkeliling di tengah ruangan. Hening sesaat, kemudian terdengar gemerincing lonceng gelang kaki seorang penari. Kaki mungil yang melangkah menapaki lantai pualam.
Gaun mentereng berhias renda dan payet keemasan membalut tubuh mungil sang gadis penari. Dia memasuki balairung dengan anggun. Wajahnya yang ditutupi topeng Dewi Bulan membuat para pria terkesiap karena sosok itulah yang mereka nantikan. Para pria, bahkan Rajputana – kecuali Imdad – tidak bisa melepaskan tatapan mereka dari wanita itu. Kehadirannya menghipnotis orang-orang.
Imdad menunduk gelisah. Ia menurunkan pandangannya, enggan menatap sosok memesona itu. Ia mengambil gelasnya dan menghabiskan anggur di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play In Darkness 2: The Beginning (END)
RomanceSemua cinta berawal dari mata, lalu turun ke hati. Namun penglihatan seseorang akan tertutup oleh kebusukan dalam hati. Tidak dapat melihat cinta sejati. Di samping penglihatannya yang dikutuk, nasib cintanya juga dikutuk. Ketika semua dibenarkan d...