Tak ada suara hujan atau pun petir yang terdengar. Gemuruh badai berganti bunyi detak jantungnya sendiri menggaung di telinganya bagai lonceng kuil dipukul dengan kencang. Desau hujan berganti embusan napas berat tuan di atasnya. Wajah pria itu menggelap, tidak lagi menampakkan kelembutan, melainkan keangkuhan sang penguasa. Tuan yang berkuasa atas tubuhnya.
Chandni tidak tahu tubuhnya bisa begitu mendambakan sentuhan dari Tuan Imdad hingga semua rasa takutnya hilang dan dia siap menerima seperti apa pun rasa sakit yang akan diberikan Tuan Imdad padanya. Dia tahu Tuan Imdad lebih menderita daripada dirinya. Tuan itu kesakitan oleh batang di selangkangannya yang mengeras.
Chandni memejamkan mata, menarik napas bersamaan dengan lumatan lembut bibir Tuan Imdad. Kecupan basah yang membuainya, lalu menjadi semakin rakus, kasar dan mengempasnya dengan gigitan.
Celana Imdad sudah tersingkir bersama kain tipis sari Chandni. Ia mencengkeram miliknya agar tidak lepas kendali menerobos masuk tanpa persiapan budak wanitanya.
“Chandni ...,” desahnya memelas di telinga Chandni, rasa hausnya belum juga hilang dan ia ingin meminta lebih banyak. Tidak ada lagi air tersisa dari permukaan kulit Chandni. Tubuh gadis itu melengkung dalam dekapannya. Kedua buah ranum di dada gadis itu telah matang, memerah dan puncak mencuat bengkak bekas isapannya.
Jarinya, lidahnya, bibir dan gigitannya, bahkan goresan bakal janggutnya menjadi mata kuas yang melukisi tubuhnya dengan berbagai sensasi rasa nikmat. Imdad menurunkan kepalanya mencari bunga yang memiliki madu terbanyak di tubuh perawan Chandni.
“Tuan Imdad,” balas Chandni, menyebut nama tuannya bagai untaian kata pujaan. Mata indahnya sayu menatap nanar ka langit-langit gua yang temaram. Bagaimana dia bisa masih waras jika Tuan Imdad begitu memanjakannya seperti ini? Setiap jengkal tubuhnya, bahkan yang paling suci dan tersembunyi bisa dicumbunya.
Dia terus menerus mengeluarkan madunya. Awalnya sangat memalukan. Namun sekarang dia berbangga hati karena Tuan Imdad menyukai madunya. Tuan Imdad tidak sungkan membenamkan wajah dalam bunganya dan menyeruput madu dengan lahap.
Sosok serigala itu muncul di depan wajahnya. Lidah serigala mengusap sekeliling mulutnya yang bergelimang cairan bunga kewanitaannya. Mata nyalang sang pemangsa, menyatu dengan mata tajam sang tuan yang rupawan. Tuan yang berwajah dingin, tetapi tubuh sehangat serigala pelindung. Chandni bisa merasakan lutut Tuan Imdad membuka lebar kedua kakinya. Kepalan tumpul dan keras menyeruduk kelopak bunganya yang basah.
Mata Chandni membulat terkesiap, tetapi segera melembut melihat mata tajam Tuan Imdad menyorot penuh derita. “Kau boleh memukulku jika ini menyakitkan, Chandni,” ucapnya sambil menyapukan hidungnya ke pipi gadis itu dan mengecup bibirnya sekilas. “Aku benar-benar harus masuk ke dalam tubuhmu.”
Chandni menelan ludah dan mengerjap-ngerjapkan mata penuh penantian.
“Apa kau mengizinkanku, Chandni?” Imdad memastikan.Chandni mengangguk cepat.
“Aku akan menyakitimu, Chandni.”
Chandni mengusap tepian wajah tirus Tuan Imdad dan mengangguk sekali lagi. “Tidak apa-apa, Tuan, jika Tuan bisa bertahan dengan rasa sakit ini, maka saya juga bisa.”
Imdad tidak tahu harus berkata apa. Chandni membuatnya serba salah. Ia mungkin membohongi Chandni jika tidak menjelaskan bahwa ia tidak akan merasa sakit. Namun mengingat mereka berdua akan menikmatinya, ia memilih menyimpan hal itu untuk dirinya sendiri. Ia tersenyum tipis dan berucap lembut pada gadis itu. “Terima kasih, Chandni.”
Dan dimulailah perjuangannya menembus tabir penanda bunga perawan milik Chandni. Tabir yang sangat tipis dan lembut, sekaligus sangat kuat menyebabkan seorang panglima perang mesti terengah, dibarengi detak jantung yang berlarian dan bercucuran keringat untuk bisa menerobosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play In Darkness 2: The Beginning (END)
RomanceSemua cinta berawal dari mata, lalu turun ke hati. Namun penglihatan seseorang akan tertutup oleh kebusukan dalam hati. Tidak dapat melihat cinta sejati. Di samping penglihatannya yang dikutuk, nasib cintanya juga dikutuk. Ketika semua dibenarkan d...