OT 01

6.1K 503 27
                                    

Tsk!

Suara daun kering yang sengaja diinjak oleh seorang pemuda itu terdengar nyaring. Pemuda dengan surai hitam lembut itu asik dengan dunianya sendiri; mendengarkan musik melalui airpods dengan tangan yang bertengger manis di dalam kantung hoodienya. Sebenarnya tujuannya sudah dekat, tetapi karena langkahnya yang kelewat malas, jarak yang seharusnya dapat ditempuh dalam 2 menit berubah menjadi lima menit lamanya.

Katakanlah pemuda itu seorang pemalas karena telah membuang-buang waktunya, namun kenyataannya, dialah yang terlalu pagi berangkat menuju sekolahnya.

Bahkan jam baru menunjukkan pukul 05:57 dimana hampir setengah pelajar lainnya masih bergelung di bawah selimutnya masing-masing. Itulah mengapa pemuda itu berjalan dengan sangat santai, bahkan terkesan malas-malasan.

Tangan yang semula bertengger didalam kantung hoodienya ia keluarkan untuk mengetuk pelan pagar sekolah yang belum terbuka. Berharap satpam sekolah yang masih setengah mengantuk itu dapat mendengar ketukannya dan membukakan pagar untuknya.

"Permisi pak, bisa tolong buka pagarnya?"

Suara itu berhasil menembus indra pendengaran pria berusia 30an yang terantuk di dalam posnya. Dengan setengah hati, dia keluar dari pos nya dan mendapatkan pemuda berbadan kecil dengan hoodie kuning mustardnya yang menenggelamkan sebagian tubuh kecilnya.

"Boleh tolong bukakan pagernya pak?"

Satpam itu terheran, bukan kah ini masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah?

"Apa gak terlalu pagi untuk datang ke sekolah dek? Bahkan ini masih jam enam."

Sebenarnya ini semua adalah contoh perilaku yang baik, tapi untuk ukuran jaman sekarang yang tingkat kemalasan sebagian besar murid sangat tinggi, hal ini terkesan membingungkan. Setidaknya bagi si satpam sendiri.

"Saya berangkat bareng kakak saya yang harus kuliah pagi pak, jadi ya mau gak mau."

Satpam itu mengangguk paham dan mulai membuka penuh pagar sekolah.

"Terimakasih banyak pak, maaf mengganggu tidurnya."

Kakinya yang ramping melangkah pelan menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga. Keadaan sekolah masih sangat sepi, mengingat dialah murid pertama yang datang kesekolah. Untungnya pintu pintu kelas sudah dibuka kuncinya oleh satpam tadi.

Han Jisung, si pemuda tadi telah mendudukkan dirinya di bangku yang sudah ia tempati selama enam bulan terakhir dengan nyaman. Tangannya merogoh ke dalam tas guna menemukan kotak bekal kecilnya yang sudah di siapkan sang mama.

Jadwal kuliah kakaknya yang berubah menjadi kuliah pagi mengharuskan Jisung berangkat sekolah lebih pagi setiap hari. Sayangnya dia belum terbiasa dengan perubahan jadwal itu, jadi untuk sarapan pun dia tidak sempat.

Untungnya sang mama yang sangat memahami kebiasaan putranya sudah menyiapkan bekal berisi dua bakpao rasa coklat kesukaannya untuk dimakan disekolah. Itulah alasan dari penuhnya mulut Jisung yang sibuk mengunyah sepotong bakpao sekarang.

Perlahan teman-teman sekelas Jisung datang, dan mengubah suasana sepi menjadi gaduh dalam beberapa menit.

Jisung yang tidak begitu menyukai kegaduhan memilih untuk menyumpal telinganya dengan airpods dan mulai memutar playlist favoritnya. Matanya memejam, dan perlahan kepalanya mulai mengangguk-angguk pelan mengikuti irama, dan tak lupa mulutnya yang ikut bernyanyi tanpa suara membuat Jisung semakin fokus dengan dunianya sendiri.

Namun ketenangannya itu tak bertahan lama, tiba tiba dirinya merasakan sesuatu yang memberontak untuk dikeluarkan. Panggilan alam dipagi hari sangatlah menyebalkan.

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang