"Ji, kau jadi ke ruang guru?"
Yang ditanya menoleh, mendapati sahabatnya yang sedang berdiri disebelahnya. Ia mengangguk kecil, memberikan jawaban atas pertanyaan Felix tadi.
"Aku harus ulangan susulan pelajaran bahasa Indonesia Fe."
Memang, saat Jisung sakit kemarin ternyata kelasnya memiliki jadwal ulangan harian dadakan. Jadi mau tak mau Jisung harus melaksanakan ulangan susulan hari ini.
"Kalau begitu aku ke kantin ya?"
Jisung mengangguk, lalu setelahnya Felix pergi menghampiri kekasihnya dan menuju kantin bersama. Tangan rampingnya ia gunakan untuk merapikkan mejanya yang sedikit berantakan.
Pemuda bersurai hitam lembut itu berdiri, lalu pergi menuju ruang guru untuk melakukan ujian susulan.
Pemuda itu berjalan santai menyusuri koridor yang ramai, pandangannya yang lurus terlihat tak menggubris beberapa orang yang memperhatikan dan membicarakannya. Jisung sudah terbiasa mendapatkan tatapan aneh dari para siswa disekolahnya. Semuanya berawal dari Jisung yang menolak Younghoon membuatnya menjadi siswa terkenal seantero sekolah. Namun sepertinya itu tidak memberikan kesan baik, tak sedikit orang menilainya sebagai orang yang sok jual mahal yang tentunya tidak Jisung pedulikan.
Jisung mengetuk pintu yang sedikit terbuka dihadapannya, sedikit mengintip kondisi didalam ruangan yang terlihat sepi itu.
"Masuklah nak,"
Pemuda bermarga Han itu mengangguk kecil, kaki rampingnya memasuki ruang guru yang terlihat sedikit berantakan. Mengingat tujuan utamanya, si manis langsung menghadap guru yang bersangkutan.
"Permisi bu, saya Han Jisung dari kelas XI IPA 4 Ingin melakukan ulangan harian susulan."
Sang guru mendongak, "ah iya, silahkan duduk."
Jisung menurut, ia menduduki bangku yang tersedia di depan meja Bae Irene—gurunya, lalu menerima lembaran yang disodorkan oleh wanita berparas cantik itu.
Keduanya kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Untungnya meja yang difasilitaskan untuk para guru memiliki ukuran yang besar, jadi tidak perlu khawatir akan mengganggu pekerjaan satu sama lain.
Baru setengah dari semua pertanyaan berhasil Jisung jawab, tiba-tiba datang seorang gadis menghampiri mereka, lebih tepatnya Irene.
"Mama, bisa temani aku ke kantin?"
Jisung yang merasa sedikit terganggu pun melirik kearah gadis itu. Pandangan mereka bertemu, tapi gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangannya. Entahlah, rasanya Jisung pernah melihat wajah itu, tapi ia tak ingat kapan dan dimananya.
Tak mau membuang waktu, Jisung kembali mengerjakan soal-soal isian singkat yang tersisa.
"Ammy, apa kau bisa ke kantin sendiri? Mama sedang sibuk mengoreksi."
"T-tapi aku takut ma . . ."
Jisung dapat mendengar helaan nafas yang berasal dari mulut Irene, namun tak ia pedulikkan. Fokusnya masih berada di soal-soal terakhirnya.
Sebenarnya, setelah Jisung kembali fokus kepada soal, gadis itu kembali memperhatikannya. Menatap Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau kenal dengannya, Ammy?"
Ammy yang merasa tertangkap basah oleh sang mama langsung gelagapan, kepalanya menggeleng ribut namun tak berhasil membuat Irene percaya.
"Jangan berbohong Ammy."
Pada akhirnya Ammy mengangguk kecil, "iya, dia yang kutemui di wahana bermain waktu itu. Tapi aku rasa dia tidak mengingatku."
Jisung yang baru saja menyelesaikan soalnya langsung menatap Ammy yang terlihat salah tingkah. Beberapa detik meneliti wajah itu, Jisung akhirnya ingat kalau gadis itulah yang menabraknya waktu itu.
"Hmm, kalau begitu Jisung, bisa tolong temani anakku ke kantin? Pekerjaanku sangat menumpuk dan tidak mungkin aku meninggalkannya."
Jisung menyodorkan lembar ulangannya dengan tatapan bingung. Baru saja ia ingin menolak, tiba-tiba Irene mengatakan sesuatu yang membuatnya mengurungkan niatnya.
"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan mengoreksi ulanganmu."
Pemuda berparas manis itu mendengus, namun pada akhirnya ia tetap mengangguk singkat lalu memberi kode agar Ammy mengikutinya.
Tak mau tertinggal oleh Jisung, Ammy langsung mengikuti langkah pendek Jisung. Yang lebih tua memimpin perjalanan, sedangkan Ammy setia mengekori Jisung dari belakang.
Langkah Jisung memang pendek, tapi tak dapat dipungkiri bahwa langkahnya sangatlah cepat. Bahkan Ammy sedikit kewalahan untuk mengimbanginya.
Keduanya sudah sampai dikantin, Jisung yang tidak memiliki niatan untuk membeli apapun langsung menoleh kearah gadis yang sedari tadi mengekori nya.
"Beli apapun yang kau mau, aku tunggu disini."
"Kau mau menemaniku makan disini?"
Yang lebih tua merotasikan matanya, "tidak. Aku akan mengantarmu kembali ke mamamu setelah kau selesai."
Ammy merengut, namun tetap mengangguk. Kaki pendeknya melangkah menuju stand makanan yang ia inginkan. Sedangkan Jisung tetap diam diposisinya, menunggu gadis berkacamata itu selesai dengan urusannya.
Tak berselang lama, Ammy kembali dengan satu buah hotdog ditangannya.
"Aku sudah selesai,"
Jisung mengangguk, dirinya kembali memimpin jalan, membiarkan Ammy mengikutinya hingga kembali ke ruang guru.
- On Track -
"Sudah kukatakan bukan? Dia hanya bermain-main denganmu."
Minho memejamkan matanya menahan kesal, merasa terganggu dengan kehadiran gadis bersurai blonde disampingnya.
Ya, Minho melihat semuanya. Dari Jisung dengan seorang gadis tak dikenal berjalan bersama memasuki kantin, hingga mereka kembali keluar dari kantin tak luput dari pandangan Minho.
Sebenarnya itu bukanlah hal yang bisa menjadi suatu masalah, mereka hanya berjalan bersama, dan tidak melakukan sesuatu yang berlebihan. Hanya saja, ketika Han Jisung yang melakukannya, itu menjadi suatu hal yang luar biasa. Dan Minho tidak suka itu.
"Ayolah Ho, gunakan otakmu. Tak mungkin orang yang tidak memiliki hati sepertinya menganggap kedekatan kalian sebagai hal yang serius."
Minho mengepalkan tangannya, berusaha tak menggubris perkataan Bella yang sayangnya mulai mengganggu pikirannya.
"Lebih baik kau berhenti, sebelum kembali ditampar kenyataan, Lee Minho."
Minho menoleh, menatap Bella dengan pandangan menusuk. "Bisakah kau berhenti ikut campur? Kita bahkan tidak saling mengenal."
Gadis bersurai blonde itu mengedikkan bahunya tidak peduli. "Aku hanya kasihan denganmu Lee. Bukankah aku sudah bersikap baik dengan memperingati mu tentang hal ini?"
"Tentu tidak. Jadi berhentilah menjadi pengganggu."
Minho meninggalkan Bella yang kini tengah tersenyum mengejek.
"Yah, kau memang salah memilih lawan, Han Jisung."
Tbc
Hai, wkwkwk. Lama bgt yh ga apdet
-141120-
![](https://img.wattpad.com/cover/242439678-288-k192230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfic"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...