OT 15

1.6K 293 15
                                    

"Han Jisung, jangan lupakan bekalmu!"

Jisung yang baru saja selesai mengenakan sepatunya kembali memutarkan tubuhnya, mendapatkan sang mama yang sedang menyodorkan kotak bekal berwarna biru kehadapannya.

Jisung tersenyum kikuk, kepalanya ia anggukkan sebagai pengganti kata maaf. "Terimakasih ma, Jiji berangkat."

Tangan ramping itu meraih tangan lembut mamanya; mencium tangan seputih susu itu sebelum akhirnya berjalan menuju Brian yang sudah siap diatas kuda besinya.

"Cepat Ji, kakak sudah terlambat."

Jisung mengangguk, dengan segera ia menaiki motor hitam kesayangan kakaknya, sebelum motor itu melaju dengan sangat cepat; membawa keduanya menuju tujuan utama, yaitu persimpangan dekat sekolah Jisung.

Dibantu dengan kondisi jalanan yang masih sepi, kedua kakak beradik itu hanya memerlukan waktu empat belas menit untuk sampai ke persimpangan yang sudah menjadi titik temu mereka selama dua tahun terakhir.

Jisung turun dengan tangan yang sibuk melepas kaitan helm miliknya. Setelah kaitan itu berhasil lepas, helm itu ia serahkan kepada Brian yang menunggunya sedari tadi.

Pemuda bersurai hitam itu meraih tangan kakaknya yang terulur, kemudian mencium tangan besar milik kakaknya itu.

"Kakak berangkat ya Ji, hati-hati."

Jisung mengangguk patuh, kemudian tersenyum tipis. Bahkan ke keluarganya pun Jisung sangat irit bicara. Brian yang sudah mengerti sifat adiknya itu tersenyum maklum, tangannya ia sempatkan untuk mengusak surai hitam lembut milik adiknya sebelum kembali memacu kereta besinya untuk segera menuju kampus.

Setelah motor Brian benar-benar hilang dari pandangannya, Jisung melangkahkan kaki jenjangnya menuju sekolah. Sesekali ia meniup kedua tangannya yang terasa sangat dingin karena cuaca pagi yang terasa menusuk. Bahkan kantung hoodienya pun tidak terlalu membantu.

Tiba-tiba Jisung teringat percakapannya dengan Felix satu minggu yang lalu. Pemuda Aussie itu langsung memberikan pertanyaan bertubi-tubi ketika dirinya baru saja kembali dari rooftop.

Waktu itu Felix benar-benar memarahinya karena bolos pelajaran. Memang, dia berhak dimarahi karena telah melakukan peraturan yang bahkan tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Sejujurnya, kejadian membolos itu adalah pengalaman pertama Jisung melanggar peraturan. Selama ini ia selalu hidup sesuai aturan, karena baginya ketika ia melanggar sesuatu, ia akan direpotkan oleh tanggungjawab nya nanti. Itulah mengapa ia memilih untuk selalu menjadi anak baik-baik. Ia tidak mau repot.

Ngomong-ngomong soal bolos, setelah kejadian membolos di rooftop itu, hubungan Minho dan Jisung mulai membaik. Yah setidaknya tidak sesengit sebelumnya.

Jisung sudah jarang bersikap sinis kepada Minho, meski sesekali perasaan ingin memukul wajah tampan kakak kelasnya itu tetap ada, setidaknya intensitas nya sudah berkurang.

Bahkan dari dua hari yang lalu, Jisung menjadi pengawas dadakan Minho. Tak heran kan kenapa Jisung bisa kesal dengan Minho? Bahkan untuk belajar pun harus diawasi.

Benar-benar kekanakan.

- On Track -

Pekan depan adalah pekan ujian bagi murid-murid tingkat akhir. Minho yang selama ini tak pernah menghabiskan waktu istirahatnya untuk belajar pun harus belajar karena ancaman dari Jisung. Adik kelasnya itu mengancam tidak mau menemuinya lagi jika ia tidak belajar bersungguh-sungguh untuk ujian kali ini.

"Percayalah Ji, aku tak belajar segiat ini pun nilaiku sudah cukup bagus."

Memang benar, Minho memiliki kepintaran diatas rata-rata. Tapi kepintaran itu tidak ia dapat secara cuma-cuma, karena selama ia melewati masa depresinya yang ia lakukan adalah belajar pelajaran yang bahkan belum seharusnya ia pelajari.

'pusing karena memikirkan pelajaran jauh lebih baik dibanding pusing karena memikirkan masalah hidup.'

Begitulah jalan pikiran Minho saat itu, yang untungnya membuat otaknya menjadi pintar seperti sekarang ini.

"Jangan banyak mengeluh, fokuslah."

Minho merengut, kemudian mulutnya berbicara tanpa suara; bermaksud mengejek Jisung yang juga sibuk dengan tugasnya. Tak mendapat respon apapun dari Jisung, akhirnya tatapannya kembali ia fokus kan kepada soal-soal yang berada di hadapannya.

Selang beberapa menit, Minho kembali menidurkan kepalanya diatas meja perpustakaan yang menjadi tempat kedua pemuda berbeda umur itu belajar. Si pemuda Lee itu meniup berkali-kali lembaran yang berisi kumpulan soalnya guna menghilangkan rasa bosan.

"Ji, bosan~"

Si pemilik nama berdecak, tidak mengerti dengan kelakuan kakak kelasnya yang sangat kekanakan. Sejujurnya ia merasa seperti sedang menemani anak taman kanak-kanak untuk belajar dibanding murid tingkat akhir sekolah menengah atas.

"Astaga Lee, kau itu sudah tingkat akhir, ujian sudah didepan mata. Fokuslah."

"Berikan aku semangat Ji."

Han Jisung menghembuskan nafasnya kasar, dia rasa sebentar lagi kesabarannya akan habis. Percayalah, bagi orang seperti Jisung, menghadapi Minho adalah perihal yang sulit.

Dengan sedikit kesal Jisung mengusap surai Minho yang masih menidurkan kepalanya diatas meja perpustakaan.

"Belajar lah yang rajin Lee, aku akan sangat senang jika kau mendapatkan nilai yang memuaskan."

Minho menegakkan kembali tubuhnya secara tiba-tiba, menimbulkan suara derit kursi yang untungnya tidak terlalu keras. Kelingking kanannya ia sodorkan ke hadapan Jisung yang menatapnya penuh tanya.

"Jika aku mendapatkan nilai diatas 90 untuk semua mata pelajaran yang di UN kan, berjanjilah untuk berkencan denganku. Satu hari saja."

Jisung mendelik, merasa tidak setuju dengan permintaan kakak kelasnya yang sebenarnya kecil kemungkinan untuk terjadi. Karena untuk mendapatkan nilai diatas 90 dalam lima mata pelajaran itu sangat sulit. Apalagi di masa SMA, dimana nilaimu dengan ukuran sepatumu tidak jauh berbeda.

Tapi tetap saja, Jisung tidak boleh meremehkan seseorang dihadapannya ini, karena bagaimanapun yang namanya Lee Minho itu penuh kejutan.

"Ayolah Ji~ hanya menghabiskan satu hari denganku, itu bukan hal yang sulit."

"Ck. Terserah padamu saja Lee."

Jisung menyerah, dirinya terlalu malas untuk berdebat dengan Minho. Lagipula permintaan Minho masih berada di batas wajar, jadi tidak ada salahnya Jisung menyetujui permintaan kakak kelasnya itu kali ini.

Tbc

Enaknya masukin konflik chap berapa ya? Apa abis ini lgsg konflik yh?

-211020-

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang