OT 24

1.5K 278 22
                                    

Minho menghela nafas beratnya, kepalanya mendongak, menatap langit yang dipenuhi awan diatas sana. Seharusnya ia sudah pulang, mengingat jadwal tingkat akhir yang berakhir lebih cepat, tapi pemuda itu lebih memilih untuk menenangkan diri di rooftop.

Saat ini pikiran Minho sedang dipenuhi oleh hal-hal yang membuat perasaannya jauh dari kata baik. Minho mengacak surai kecoklatannya kasar, biasanya jika sedang kacau seperti ini Minho akan memikirkan segala hal tentang Jisung yang bisa membuatnya menjadi lebih baik. Tapi tidak untuk saat ini, karena kini masalah yang sedang dihadapinya adalah tentang Jisung.

"Aku sudah pernah berusaha untuk mengubah pola pikirnya, tetapi tak membuahkan hasil apapun. Dia tetap berpegang teguh kepada prinsip itu."

Kalimat yang diucapkan oleh Felix beberapa waktu lalu kembali terputar dikepalanya. Helaan nafas kembali keluar dari mulut kecil Minho.

"Aku benar-benar tidak memiliki kesempatan ya?"

Kalau diingat-ingat memang dirinyalah disini yang selalu memaksa, tanpa menyadari kalau alasan Jisung menolaknya bukan karena tidak suka padanya, tapi karena tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun.

Minho merutuki dirinya yang terlalu percaya diri untuk terus melakukan pendekatan dengan Jisung. Padahal kalau Minho menyadarinya dari awal, sampai kapanpun juga dirinya tidak akan pernah diterima oleh adik kelasnya itu.

"Aaahh, pantas saja Jisung selalu bilang aku membuang-buang waktu. Ternyata benar."

Minho tertawa remeh, dirinya terlalu bodoh untuk menyadari hal itu. Dulu ia berpikir kalau Jisung akan menerimanya setelah mereka saling mengenal lebih dekat, tapi yah ternyata semua itu hanya angan-angan nya saja.

"Padahal baru kali ini aku mengharapkan sesuatu, tapi sayangnya Kau tidak mengizinkannya juga ya?"

Minho tersenyum kecil sambil kembali menatap langit, pemuda itu kembali melakukan hal yang dulu sering ia lakukan ketika sedang terluka; bercerita kepada sang pencipta.

"Lalu bagaimana caranya agar aku bisa bahagia? Kau tahu, Jisung lah kebahagiaanku."

Tiba-tiba terputar diotaknya kenangan-kenangan bersama Jisung selama empat bulan kebelakang. Dirinya teringat bagaimana dulu Jisung selalu bersikap sinis kepadanya, tapi dia tetap berusaha mendekati walau tahu itu sangat mengganggu. Teringat bagaimana akhirnya Jisung khawatir akan keadaannya karena berkelahi. Teringat bagaimana Jisung menenangkannya saat dia kembali melewati malam yang menyedihkan. Dan yang lebih menyakitkan, ketika kenangan saat Jisung membuatnya kembali merasa bahagia dihari ulangtahunnya kembali terputar.

Minho tersenyum miris.

"Ah, aku mengerti. Kebahagiaanku, sudah selesai kan? Aku hanya diberi waktu empat bulan ya?"

Tawa kecilnya terdengar, bersamaan dengan itu setetes air mata ikut keluar dari pertahanannya.

"Tak apa, terimakasih sudah mengizinkanku untuk bahagia."

Minho tersenyum lebar menatap langit. Air matanya mengalir dengan deras, namun ia membiarkannya. Setidaknya sesak itu akan hilang karena telah ia luapkan sekarang.

- On Track -

"Jisungggg, aku merindukanmuu~"

Si pemilik nama terkekeh melihat sahabatnya berlari kecil untuk kemudian memeluknya erat. Jisung mengusak pucuk kepala yang lebih muda satu hari darinya.

"Aku baru sakit dua hari Fe."

"Tetap saja aku merindukanmu Jisunggg."

Felix benar-benar mengikuti saran Changbin untuk menjenguk Jisung sepulang sekolah. Kini keduanya sedang duduk nyaman di sofa ruang keluarga sambil saling bercerita.

Walau 90% pembicaraan diisi oleh Felix.

"Hey Ji, aku lupa memberitahumu,"

Jisung menaikkan alisnya, penasaran dengan hal yang akan dikatakan oleh Felix.

"Aku memberitahu kak Minho tentang prinsipmu."

Felix berucap dengan perasaan takut, merasa bersalah karena sebenarnya ia tidak memiliki hak untuk memberitahu hal itu kepada Minho.

Yang lebih tua satu hari mengernyit, tak mengerti mengapa sahabatnya tiba-tiba memberi tahu soal itu kepada kakak kelasnya.

"Kau pernah berbincang dengannya?"

"Ya, tadi."

"Kenapa kau tiba-tiba memberitahu hal itu kepadanya?"

Yah bagaimanapun juga Jisung merasa sedikit kecewa karena sahabatnya telah membocorkan hal yang sebenarnya sedikit privacy baginya.

"Dia bilang ingin kembali memintamu untuk menjadi kekasihnya."

Felix melirik Jisung dengan perasaan bersalah, "prinsip itu masih berlaku kan?"

Sebenarnya Felix lebih takut kalau ternyata dia sudah menghancurkan hubungan antara Jisung dengan kakak kelasnya, jika memang prinsip itu sudah tak berlaku. Namun, ketika Jisung mengangguk tegas, Felix merasa sedikit lebih tenang.

"Tapi Ji, bukannya kalian sudah sangat dekat? Apa kau tidak akan mengubah pikiranmu?"

Yang ditanya menggeleng kecil, membuat Felix menatapnya kecewa. Padahal Felix berharap Minho dan Jisung akan berakhir menjadi sepasang kekasih, karena bagaimanapun juga Minho adalah laki-laki yang baik dan sangat sabar dalam menghadapi sahabatnya.

"Kau sama sekali tak memiliki rasa suka kepadanya?"

Jisung tersenyum kecil, "tentu aku punya, tapi aku rasa kita tak harus berkencan. Kita seperti sekarang ini pun sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kita saling mencintai kan?"

Felix bingung, sebenarnya apa yang ada didalam otak Jisung. Kenapa pemikirannya sangat berbeda dengan orang-orang biasanya.

"Ji, kau tak memikirkan perasaannya? Kau tahu, dia sangat berharap kau akan menjadi kekasihnya. Dan kau sudah benar-benar memberi harapan yang besar kepadanya."

"Apa semua orang yang saling mencintai harus berakhir berkencan? Bukankah berkencan adalah ikatan yang terlalu lemah?"

"Tidak Ji, ikatan itu adalah permulaan untuk mewujudkan ikatan yang lebih kuat untuk kalian nantinya."

"tetap saja, menurutku itu terlalu lemah untuk menyatukan dua orang yang saling mencintai. Aku hanya akan membiarkan diriku terikat didalam hubungan yang sudah di restui oleh Tuhan."

Felix menghela nafasnya pasrah, Jisung adalah manusia paling keras kepala yang pernah ia temui.

"Lalu, bagaimana kalau kak Minho memilih berhenti untuk tetap bersamamu?"

Jisung terdiam selama beberapa detik, sedikit tak rela kalau hal itu akan benar-benar terjadi nantinya. Pemuda mungil itu menghela nafasnya lalu tersenyum kecil. Yah bagaimanapun juga dia harus tetap menerima apapun pilihan Minho nantinya.

"Aku akan menghargai keputusannya, dan membiarkannya pergi."

Tbc

Gimana? Bingung ga?

-041120-

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang