Jisung turun dari motor Brian, menyodorkan helm putihnya kemudian mengenakan kembali topi baret yang sedari tadi dipegangnya. Brian menerima helmnya sambil memperhatikan sekitar, mendapatkan seorang pemuda yang sedang menatap kearahnya, atau lebih tepatnya kearah adik manisnya.
"Jadi, Lee Minho itu dia? Yang waktu itu menjagamu di halte saat hujan?"
Jisung mengikuti arah pandang Brian, dan benar saja, disana ada kakak kelasnya yang sedang memperhatikannya.
Netra keduanya bertemu, membuat Minho tersenyum tipis melihat Jisung yang sangat manis hari ini. Celana bahan motif kotak-kotak berwarna biru, dengan atasan putih yang terlihat elegan, dan topi baret berwarna senada dengan celananya sangat pas di tubuh Jisung.
Astaga, Minho pengen peluk.
"Kalau gitu kakak pulang ya, bersenang-senanglah."
Jisung mengangguk, lalu mencium tangan kakaknya.
"Hey Minho, tolong jaga adikku."
Minho yang sedari tadi fokus memandang Jisung langsung gelagapan saat namanya disebut oleh Brian. "Eh? Iya kak."
Brian tersenyum tipis lalu memacu kuda besinya pergi meninggalkan kedua pemuda berbeda umur itu sendirian.
"Hey, kau kenapa?"
Jisung heran, sedari tadi kakak kelasnya hanya terdiam memandang ke arahnya. Apa ada yang salah dengan penampilannya?
Pemuda bermarga Lee itu menghampiri Jisung yang berada beberapa langkah didepannya. Tangannya meraih lengan Jisung yang tenggelam karena bajunya yang kebesaran.
"Astaga Han Jisung, kau sangat manis."
Si pemilik nama tersenyum manis, "outfit ini kupilih khusus untuk hari ulangtahun mu. Selamat ulangtahun Lee."
Mata Minho memanas, ini pertama kalinya ada orang yang mengucapkan selamat ulangtahun padanya selain kakek dan neneknya. Han Jisung sudah benar-benar menjadi orang terpenting dihidup Minho.
"Ji, mau peluk."
Yang lebih muda terkekeh lalu merentangkan tangannya, membiarkan kakak kelasnya berhambur kedalam pelukannya. Jisung menyamankan dirinya didalam dekapan Minho, posisi mereka sangat dekat saat ini, bahkan Jisung dapat mendengar suara detak jantung Minho yang terdengar sangat cepat.
"Terimakasih Ji."
"Untuk?"
Dapat ia rasakan kalau Minho semakin mengeratkan pelukannya, bahkan kini dagunya bertumpu dipuncak kepala Jisung.
"Membuatku kembali merasakan apa yang disebut bahagia."
Jisung mengusap punggung lebar Minho, memberikan kenyamanan untuk kakak kelasnya. "Tentu. Kau berhak bahagia Lee."
- On Track -
"Kau ingin pesan apa?"
Jisung membaca buku menu yang baru saja diberikan pelayan restoran tempatnya berada. Ya, mereka memutuskan untuk mengisi perut masing-masing sebelum menghabiskan hari minggu mereka.
"Aku mau spaghetti bolognese, dan sprite."
"Baiklah, kami pesan satu spaghetti bolognese, satu lasagna, dan dua sprite ya mba."
Si pelayan yang bertugas melayani mereka tersenyum lalu mencatat pesanan keduanya. Setelah menyelesaikan tugasnya, pelayan itu kembali mengambil buku menu setelah mendapatkan izin dari keduanya lalu kembali pergi untuk menyampaikan pesanan mereka ke dapur restoran.
"Ji, kalau nanti kita ke wahana bermain, kau setuju tidak?"
"Hmm, ini hari ulangtahun mu, kau bebas menentukan."
Minho tersenyum manis, "kau memang yang terbaik Ji."
"Jangan berlebihan, aku hanya menepati janjiku."
Minho terkekeh, ide asal-asalannya untuk membuat perjanjian seperti ini ternyata berakhir sangat bagus. Waktu itu memang Minho asal membuat perjanjian ini, tak pernah terpikirkan olehnya kalau Jisung akan benar-benar menyetujuinya.
"Kau tahu Ji, awalnya aku tidak yakin kau akan menyetujui perjanjian ini."
Yang lebih muda mengedikkan bahunya acuh, "kau akan terus memaksa kalau aku tidak menerimanya."
"Ya, benar juga sih."
Tak berselang lama, pesanan keduanya sudah tersedia dihadapan mereka. Keduanya makan dalam diam, terbiasa untuk tidak membuka mulut ketika sedang makan.
Jisung menatap Minho yang fokus menyantap makanannya, ditaruhnya sendok dan garpu yang ada dikedua tangannya, lalu tangannya terulur kearah Minho.
"Kemarilah Lee, rambutmu berantakan."
Minho menurut, ia memajukan kepalanya dengan mulut yang masih sibuk mengunyah. Tangan ramping Jisung merapikan surai hitam kecoklatan Minho dengan serius. Efek pakai helm, membuat beberapa helai rambut Minho mencuat keatas.
Setelah memastikan rambut kakak kelasnya sudah rapi, Jisung kembali menarik tangannya. "Sudah rapi,"
"Apa semakin tampan?"
"Ya, begitulah."
Minho tertawa kecil, sebelum akhirnya keduanya kembali fokus untuk menghabiskan makanannya masing-masing.
- On Track -
Minho dan Jisung berjalan beriringan memasuki wahana bermain yang sangat ramai siang itu. Tangan ramping Jisung digandeng oleh yang lebih tua, keduanya menatap ke sekeliling, memilih wahana apa yang akan mereka taiki.
"Kau mau naik apa?"
"Hmm, rollercoaster?"
Minho menggaruk tengkuknya kikuk, dia sempat melupakan fakta bahwa dirinya takut ketinggian.
"Ji, aku takut ketinggian."
Pemuda bersurai hitam lembut itu menatap kakak kelasnya bingung. Kalau takut ketinggian mengapa malah mengajaknya ke tempat yang rata-rata menawarkan permainan memiliki ketinggian kelewat tinggi itu?
"Lalu apa? Rata-rata permainan disini tinggi semua."
"Heum, rumah hantu?"
Tbc
Pendek-pendek yh gais, biar seru 😉
-251020-
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fiksi Penggemar"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...