OT 21

1.6K 283 20
                                    

Minho memejamkan matanya, berusaha untuk mengabaikan suara bising diluar kamarnya. Kini, dirinya sedang berbaring diatas ranjang dengan posisi selimut yang berantakan.

Sebenarnya ia kesal, mood yang tadinya sangat bagus harus kembali buruk karena kedua orangtuanya yang kembali beradu argumen. Walau untuk kali ini, mereka tidak seberisik biasanya.

Matanya mengedip sesekali, menikmati rasa jenuh yang menyelimutinya. Padahal sudah pukul sebelas malam, tapi kedua orangtua itu masih tak menunjukkan ciri-ciri akan mengakhiri pertengkaran mereka.

"Berhentilah, aku ingin tidur."

Yang bisa Minho lakukan hanya menggumamkan kalimat penuh kekesalan itu sambil menatap pintunya, seolah kedua orangtua itulah yang sedang ditatapnya.

Ting!

Matanya melirik ponsel hitam diatas nakas yang menunjukkan notifikasi dari salah satu aplikasi bertukar pesannya. Merasa penasaran dengan siapa yang menghubunginya, tangan seputih susunya meraih ponsel hitam itu.

Ketika dia mengetahui siapa yang mengirim pesan padanya, sontak matanya membulat kaget, namun tak butuh waktu lama senyumnya langsung merekah.

| Jiji 🐿 |

|Hey lee, tanggung jawab!
aku tidak bisa tidur

Iya, aku temani|
mau ngapain?

|Tidak tahu, yang pasti
kau harus tanggung jawab

Aku call, mau?|

|Hm

Tak mau Jisungnya menunggu lama, Minho langsung mendial nomor adik kelasnya. Pada deringan ketiga, barulah panggilannya diangkat oleh pemuda manis itu.

"Kau benar-benar masih ketakutan?"

Dapat didengarnya suara decakan dari seberang sana. Dapat Minho tebak, Jisung sedang merengut saat ini.

"Suara tangisan mereka terus berputar ditelingaku Lee."

Minho terkekeh, padahal rumah hantu tadi termasuk di kategori tidak menyeramkan baginya.

"Jangan tertawa Lee. Ingat, ini semua karena mu."

"Iya Jisung, maafkan aku."

Yang lebih muda berdecak, kakak kelasnya memang meminta maaf, tapi nada yang dikeluarkannya seperti sedang mengejek.

"Apa bagimu yang tadi tidak menyeramkan?"

"Tidak sama sekali."

"Cih, dasar Lee sombong Minho."

Kali ini Minho tergelak, baru kali ini Jisung dikalahkan olehnya, biasanya si manis selalu berhasil menyudutkannya, tapi kali ini dialah yang tersudutkan. Baru dua menit menelpon pun sudah berhasil mengembalikkan mood Minho yang buruk. Jisungnya memang yang terbaik.

"Apa kau menyimpan fotonya dengan baik?"

"Tentu, tapi besok akan kubakar."

"Yak! Jangan dibakar Ji!"

Kini Jisung yang terkekeh, membayangkan muka panik Minho ketika mendengar dirinya akan membakar foto mereka. Memang, hal terakhir yang mereka lakukan di wahana bermain itu adalah berfoto didalam photo box. Dan kini hasil foto mereka masih tersimpan rapi didalam dompet Jisung.

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang