Ini sudah memasuki hari ketiga dari total lima hari bagi para siswa tingkat akhir untuk melaksanakan ulangan. Tak sedikit dari mereka yang berpenampilan layaknya zombie, karena terlalu fokus belajar sampai rela memotong waktu istirahat mereka. Memang angkatan Minho terkenal dengan angkatan yang ambis.
"Sudah tiga hari kau selalu membeli Magnum, apa tidak bosan?"
Jisung menatap heran Minho yang masih sibuk mengerjakan soal sambil sesekali menggigit ice cream di tangan kanannya. Ya beginilah kelebihan orang kidal, kau bisa menulis sambil makan tanpa harus menanggung dosa.
"Kau sendiri selalu membeli Cornetto, jadi apa bedanya?"
Jisung berdecih, "itu karena kau selalu makan ice cream, membuatku jadi ingin makan ice cream juga."
Minho mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian fokusnya kembali kepada kumpulan soal yang menanti untuk dikerjakan.
Jisung yang tak tahu harus melakukan apa pun kembali menjilati ice creamnya sambil sesekali menatap Minho yang mengerang kesal karena soal yang tak kunjung ia pecahkan.
Oiya, kini keduanya sedang berada di tengah kantin, menghabiskan waktu istirahat mereka untuk makan ice cream dengan salah satunya yang sibuk mengerjakan soal.
Jisung mengambil selembar tissue yang tersedia di tengah-tengah meja kantin, lalu membersihkan tangannya yang terkena remahan cone ice cream Cornetto nya yang sudah habis. Setelah merasa bersih, tangannya kembali mengambil selembar tissue untuk disodorkan ke hadapan Minho.
"Bersihkan mulutmu, coklatnya kemana-mana."
Minho menatap sekilas tissue yang disodorkan, dan kembali fokus soal yang hampir ia pecahkan. "Tolong bersihkan Ji, ini nanggung."
Jisung menuruti Minho, tangan rampingnya membersihkan noda coklat dibibir Minho menggunakan tissue dalam diam. Setelah merasa bibir Minho sudah benar-benar bersih dari noda, Jisung meremas tissuenya dan ditaruh disebelah tissue bekasnya tadi.
Selang beberapa menit Minho menyimpan pena nya, pertanda ia sudah selesai mengerjakan soal-soal yang menjadi fokusnya dari tadi.
"Ji, beberapa nilaiku sudah keluar."
Jisung menaikkan alisnya, penasaran dengan nilai yang diperoleh oleh kakak kelasnya.
"Baru dua sih, satu 92,5 dan satunya lagi 98."
Minho menyengir, mengingat kemungkinan untuk berkencan selama satu hari dengan Jisung semakin besar. Cengiran lebar dari Minho membuat senyum tipis Jisung terukir.
"Syukurlah, aku turut senang."
"Kalau begini, perjanjian waktu itu akan terjadi kan?"
Jisung merotasikan matanya jengah, bisa-bisanya ia melupakan perjanjian itu.
"Ya, kita lihat saja nilaimu yang lain. Kalau memenuhi syarat, tentu saja jadi, aku bukan pengingkar janji."
Cengiran Minho semakin lebar, sedikit menyeramkan memang, tapi namanya juga Minho lagi senang. Jadi harap maklum saja ya.
"Baiklah, aku akan berusaha Ji."
- On Track -
Kini keduanya sedang berjalan beriringan menuju persimpangan tempat biasa Jisung dijemput. Meski sempat terjadi perdebatan antara mereka, tapi pada akhirnya Minho tetap berhasil membujuk Jisung untuk menemaninya berjalan ke persimpangan. Yah walau lebih tepatnya bukan Jisung luluh karena bujukan Minho, melainkan Jisung sudah terlanjur malas untuk terus berdebat.
Tangan kanan Minho digunakan untuk merangkul pundak yang lebih muda, sedangkan yang sebelahnya ia masukkan kedalam saku celana. Jisung pun tak menolak, karena sudah tau ujungnya bahwa Minho akan tetap bersikeras untuk merangkulnya.
Memang, setelah tiga bulan lebih mereka saling kenal, hubungan keduanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Jisung yang tidak lagi menolak segala perlakuan Minho menjadi bukti bahwa hubungan keduanya memang mengalami kemajuan.
Setelah lumayan lama keadaan hening, akhirnya Minho kembali berusaha membuka topik.
"Ji, kau suka bunga matahari tidak?"
Yang ditanya menoleh, mendapatkan Minho yang sedang menatapnya dengan polos.
"Biasa saja."
Minho lega, setidaknya masih ada kemungkinan untuk Jisung menyukai benda itu.
"Kalau aku memberi mu kalung bunga matahari, kau akan menerimanya tidak?"
"Tergantung, aku suka atau tidak dengan desainnya."
Minho tersenyum lebar, tangan yang sedari tadi berada di dalam sakunya ia keluarkan. Kepalan tangannya ia sodorkan kehadapan si adik kelas yang menatapnya dengan bingung.
"Kalau seperti ini, suka tidak?"
Kepalan tangannya ia buka, menampilkan kalung berbandul bunga matahari yang terlihat simple namun tetap terlihat sangat cantik.
"Hm, suka."
Senyuman Minho semakin melebar, tangan kanan yang sedari tadi merangkul pundak yang lebih muda beralih untuk mengambil salah satu tangan ramping Jisung.
"Kalau begitu, ini untukmu."
Minho menaruh kalungnya diatas telapak tangan Jisung yang terbuka. Setelah memastikan kalungnya aman diatas telapak tangan Jisung, Minho kembali menutup kepalan tangan Jisung, memastikan kalau kalung itu benar-benar akan disimpan oleh pemuda bersurai hitam lembut disebelahnya.
"Tolong jaga kalung itu ya Ji, aku akan senang kalau kau juga berkenan untuk memakainya."
Yah mengingat Jisung yang tak pernah mengenakan aksesoris membuat Minho sedikit ragu kalau Jisung akan mengenakan kalung pemberiannya.
"Hm, akan kujaga. Terimakasih."
Tbc
Asli, aku ngejar chap biar bisa pasin sama ultah lino nanti. Mmf kalau pendek dan kurang jelas.
-241020-
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfiction"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...