Jisung melangkah gontai, dengan Felix yang menuntunnya untuk memastikan sahabatnya sampai UKS dengan selamat. Hari ini kondisi Jisung sedang jauh dari kata baik, bisa dilihat dari matanya yang menghitam dengan badan yang terlihat sangat lemas.
Insiden terkena hujan kemarin berhasil membuat Jisung demam. Namun seperti yang kita ketahui, Jisung itu sangat keras kepala, jadi saat mamanya melarang untuk masuk sekolah pun Jisung tidak menurutinya.
"Nah kau masuklah, aku tidak mau ketinggalan pelajaran kimia lebih lama, jadi aku langsung kembali ke kelas ya. Cepat sembuh Ji."
Jisung mengangguk lemas. Setelah kepergian Felix, Jisung kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat tidur yang disediakan UKS. Membaringkan tubuhnya dengan perlahan, dan berusaha memejamkan matanya sambil mengesampingkan rasa pening yang mendera.
Tubuhnya yang pegal terasa sedikit lebih rilex setelah beberapa saat berbaring. Hampir saja menggapai dunia mimpi, tiba-tiba kulit dahinya merasakan sebuah sentuhan, membuat bayang-bayang mimpi yang hampir terlihat jelas kembali menghilang.
Matanya terbuka pelan, menatap kesal kepada objek yang baru saja mengganggunya. Sebuah tangan kecil yang kembali diangkat oleh empunya.
"Apa aku membangunkanmu?"
Bagi Jisung, itu adalah pertanyaan retoris yang tak membutuhkan jawaban. Jadi, yang Jisung lakukan hanya merotasikan bola matanya malas.
"Kau sakit Ji?"
"Hanya butuh istirahat,"
Jisung menjawab dengan suara yang serak, membuat Minho yang mendengarnya semakin khawatir.
"Kau yakin? Apa kau sudah makan? Kau kurang tidur ya? Sekitaran matamu sangat gelap. Apa ini karena kehujanan tempo hari? Biar kuambilkan obat ya,"
Jisung berdecak, terlalu malas untuk menjawab pertanyaan Minho yang menyerangnya bertubi-tubi.
"Ji~ tolong jawab pertanyaanku, aku khawatir."
Minho tidak berbohong, dirinya benar-benar khawatir sekarang. Melihat kondisi mata Jisung dan cara berjalan Jisung yang sangat lemah tadi menjadi alasan utama kekhawatirannya muncul.
Sebenarnya Minho sudah berada di dalam UKS lebih dulu dari Jisung. Membolos kelas, dan memilih untuk tidur di salah satu ranjang UKS dari pelajaran pertama sampai waktu istirahat tiba.
"Ji~ kumohon, jawab pertanyaanku."
Mulut kecil Jisung masih enggan untuk menjawab.
"Ji~ jawaaab. Han Jisunggg~"
Tetap tidak mendapatkan jawaban.
"Han Jisung, kau sudah makan atau belum?"
Pening. Kepala Jisung rasanya semakin sakit mendengar ocehan dari kakak kelasnya. Jika ia sedang baik-baik saja mungkin saat ini Minho sudah mendapatkan satu buah pukulan darinya. Sayangnya untuk mengangkat tangannya saja ia tak memiliki cukup tenaga.
"Diamlah, kau membuat kepalaku semakin sakit."
"Dari awal aku akan berhenti jika kau tak mengabaikan ku Han Jisung! Apa susahnya menjawab pertanyaan ku?!"
Merasa lelah dengan sifat keras kepala si adik kelas, dan didorong oleh rasa khawatirnya, Minho menjawab dengan nada yang sedikit membentak.
Han Jisung mendengus, benar-benar tidak habis pikir dengan segala perlakuan kakak kelasnya itu terhadap dirinya. Dia tak pernah bermaksud membuat siapapun khawatir padanya, dan menurutnya Lee Minho lah yang terlalu berlebihan disini.
"Tidak ada yang menyuruhmu untuk mengkhawatirkan ku, jadi pergilah, kau benar-benar mengganggu."
Berselang beberapa detik, terdengar suara debuman yang berasal dari pintu yang ditutup dengan kencang. Sebenarnya Jisung merasa sedikit terkejut, tapi di detik berikutnya ia memilih untuk kembali memejamkan matanya dan bersikap seolah tak peduli.
"Kau tidak berlebihan Han Jisung, orang itu saja yang terlalu mengganggu."
- On Track -
Felix memasuki UKS dengan langkah pelan, takut-takut suara langkahnya akan membangunkan seseorang yang sedang bergelung dibawah selimut yang disediakan oleh UKS.
Namun perkiraannya salah, pemuda itu tidak sedang terlelap, melainkan sibuk dengan ponsel silvernya.
"Aku pikir kau masih tidur."
"Dua jam sudah lebih dari cukup bagiku."
Memang, Jisung sudah berada di UKS lebih dari dua jam, dan kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik dibanding tadi.
"Makanlah, mau makan sendiri atau ku suapi?"
Felix bertanya sambil menyodorkan satu porsi bubur ke hadapan Jisung.
"Tentu saja sendiri."
Jisung mengambil Styrofoam berisi bubur dihadapannya dan mulai menyuapkan bubur itu setelah berhasil membuka dan mengaduknya.
"Bubur itu dari kak Minho by the way."
Jisung menghentikan gerakannya, pemuda itu mengernyitkan dahinya bingung. Bukankah kakak kelasnya itu sedang marah kepadanya?
"Jangan lupa ucapkan terimakasih pada kak Minho jika dia menemuimu lagi."
Tak mau mengambil pusing, Jisung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
'apa aku juga harus meminta maaf?'
Bubur ditangannya sudah berkurang hampir setengah dari porsi semula, dan Jisung sudah merasa sangat kekenyangan. Tangannya terulur ke arah Felix yang sibuk dengan ponselnya, bermaksud untuk meminta izin berhenti makan.
"Iya, tidak usah dipaksakan. Letakkan sisanya di atas nakas."
Jisung mengangguk kecil, dan menuruti perintah Felix yang menyuruhnya untuk meletakkan sisa bubur itu di atas nakas.
"Minumlah,"
Bagai anak yang selalu mematuhi perintah sang mama, Jisung langsung mengambil gelas yang disodorkan Felix dan menenggak air mineral yang berada didalamnya.
"Mau kembali ke kelas, atau tetap beristirahat?"
"Kembali ke kelas, aku harus mengumpulkan tugas bu Jisoo."
Felix mengangguk, lalu keduanya melangkah mengeluari UKS dengan Felix yang setia menuntun Jisung.
Tbc
Asik begaduh
-141020-
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
أدب الهواة"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...