OT 06

1.9K 325 8
                                        

"Fe, bisa temani aku ke kantin?"

Felix yang awalnya sibuk dengan pena dan buku catatannya beralih menatap Jisung dengan heran.

"Mama mu tidak menyiapkan bekal?"

Jisung menggeleng, "mama kesiangan hari ini, kau juga tidak membawa hasil eksperimen mu kan? Jadi tolong temani aku ke kantin. Aku lapar."

Dengan segera Felix menutup buku catatannya, dan sedikit merapikan nya. Setelah merasa keadaan mejanya kembali rapi, dirinya lalu menggandeng Jisung menuju kantin.

"Kau akan makan di kantin?"

"Tentu tidak, aku akan memakannya di kelas."

Felix mengangguk paham, tak lagi membuka mulut untuk melanjutkan pembicaraan. Keduanya kembali fokus pada jalannya masing-masing.

Setelah sampai di kantin, keduanya memilih berpisah arah karena memiliki tujuan yang berbeda. Jisung yang memilih untuk membeli roti, dan Felix memilih untuk membeli smoothies.

Setelah mendapatkan roti yang dia inginkan, Jisung berniat untuk menyusul Felix yang masih mengantre di stand smoothies di pojok kantin.





"Hey! Apa kau tidak bisa berjalan dengan benar?!"

Jisung terkejut, dan mendapatkan kakak kelas dihadapannya sedang menatap nyalang kearahnya. Tak mau memperpanjang masalah, Jisung buru-buru membungkuk dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"Kau pikir hanya dengan meminta maaf, jus ku akan kembali utuh?!"

Kini, beberapa penghuni kantin sudah mulai mengalihkan atensinya pada Jisung dan siswi tingkat akhir yang terus berteriak marah.

"Maaf, aku akan menggantinya."

Siswi itu berdecih menatap Jisung yang baginya sangat menyebalkan. "Lihat, kau bahkan tidak tahu bagaimana caranya berbicara kepada seniormu dengan sopan. Apa-apaan itu? Kau berani menatapku?"

Jisung mengernyit, bukan kah kalau sedang berbicara kepada seseorang kita harus menatap matanya?

Bella, siswi yang dari tadi memarahi Jisung melirik ke arah name tag yang terletak dibagian kiri atas kemeja Jisung.

"Han Jisung huh?"

"Ya, itu namaku."

"Bersihkan bekas tumpahan jus ku menggunakan blazer mu."

Jisung menatap Bella dengan tatapan tidak percaya. Apa yang dilakukan Bella sudah sangat berlebihan. Dan tentunya Jisung tidak akan menuruti perintah nya yang tidak masuk akal.

"Tidak akan."

Jisung sudah tidak peduli kalau yang dihadapannya adalah seorang senior, dia tidak merasa kalau dirinya harus menuruti perintah aneh itu. Hey ayolah, kalau sang senior menyuruhnya untuk membersihkan menggunakan alat kebersihan yang seharusnya Jisung akan mematuhinya, tapi menggunakan blazer? Jelas tidak.

"Kau benar-benar tidak tahu sopan santun ya?"

"Hey sebenarnya ada apa ini? Jisung sudahlah, ayo kembali. Waktu istirahat akan segera berakhir sebentar lagi."

Felix menarik tangan Jisung dan berusaha membawa sahabatnya pergi, sebelum akhirnya Bella menghempas dan memisahkan tangan mereka, membuat genggamannya pada tangan Jisung terlepas.

"Kau tidak usah ikut campur bocah! Urusan ku dengan kawanmu belum selesai."

Emosi Bella semakin menjadi-jadi setelah kehadiran Felix yang menggangu usahanya untuk memberi pelajaran kepada salah satu junior nya.

"Cepat bersihkan itu menggunakan blazermu!"

"Apa kau tuli? Sudah kubilang tidak akan. Aku hanya memiliki tanggungjawab untuk menggantikan jus mu, bukan menjadi budakmu."

"Bocah kurang ajar!"

Satu tamparan Bella layangkan menuju wajah Jisung, yang untungnya dapat Jisung hindari dengan mudah.

"Untuk menamparpun kau tidak becus," Jisung merogoh kantongnya dan mengeluarkan selembar uang, lalu uang itu ia berikan kepada Bella yang sibuk menahan emosinya.

"Untuk mengganti jusmu. Berhentilah bertindak berlebihan. Aku pergi."

Jisung dan Felix pergi meninggalkan Bella yang menatap keduanya dengan penuh amarah. Mengapa jadi dia yang dipermalukan disini?

"Benar-benar kau Han Jisung."

- On Track -

Kali ini kelas Jisung kembali bebas, guru yang mengajar izin untuk tidak hadir karena satu dan lain hal.

Felix yang baru saja kembali dari kamar mandi langsung duduk dibangkunya yang berada di depan Jisung.

"Ji, tadi aku bertemu dengan kak Minho."

Jisung yang sedang sibuk menggambar abstrak di halaman terakhir buku tulisnya hanya bergumam tidak jelas.

"Dia menanyakan keadaanmu, sepertinya dia khawatir padamu."

Jisung melirik, "khawatir akan apa?"

"Tadi dia melihat perdebatan mu dan senior aneh itu di kantin."

Jisung mengangguk kecil, tidak terlalu peduli dengan topik yang sedang Felix bahas.

"Kau tahu, tadi dia becerita padaku kalau sebenarnya dia ingin membantu mu untuk menghadapi senior itu. Tapi menurutnya caramu menghadapi senior itu akan lebih keren jika dibandingkan dengannya, jadi dia tidak jadi membantu deh."

"Dan berakhir menjadi penonton setia?"

Felix mengangguk sambil terkekeh kecil. Menurutnya kakak kelasnya yang satu itu sangat unik.

Felix yang melihat tangan Jisung yang masih sibuk menggambar merubah tatapannya menjadi tatapan serius, "apa mood mu sudah membaik?"

Sejujurnya Felix sedikit merasa takut kepada Jisung karena aura tak bersahabat yang Jisung keluarkan dari tadi.

Jisung menatap Felix dengan lembut sebelum akhirnya mengangguk. Jisung bukanlah orang yang pandai mengatur emosinya, jadi tentu saja kejadian tadi berhasil membuat moodnya sangat buruk.

"Jauh lebih baik setelah menggambar ini."

Felix tak lagi penasaran apa maksud dari gambar abstrak yang dari tadi Jisung kerjakan. Ternyata itu hanya sebagai pelarian yang dia gunakan untuk meredam emosinya.

Tbc

Aku layk klo uke nya sepej gini, seperti yang terhormat type thiwat

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang