OT 27

1.8K 275 25
                                    

Beberapa minggu belakangan terasa begitu aneh bagi Jisung. Dia merasa Minho menjauhinya. Bahkan kakak kelasnya itu terlihat enggan untuk menyapanya setiap kali mereka berpapasan. Jisung merasa kalau dirinya telah melakukan sebuah kesalahan yang membuat Minho berlaku demikian, namun sayangnya dia sendiri tak tahu kesalahan apa yang sudah ia buat.

Pemuda bermarga Han itu menghela nafasnya, merilekskan kembali pikirannya yang semakin bercabang kemana-mana dengan segala spekulasi yang entah benar atau tidak.

TING!

Diliriknya ponsel silver yang tergeletak diatas meja, menampilkan sebuah notifikasi yang berasal dari aplikasi berbalas pesan miliknya.

| Ammy |

|Kak ji, sibuk?

Tidak|

|Memangnya belum bel masuk?

Sebentar lagi kurasa|
Ada apa?|

|Aku menitipkan coklat yang
Kujanjikan untukmu pada mama

Iya, nanti ku ambil saat istirahat|
Anw, ammy|

|Ya?

Kurasa dia menjauhiku|

|Siapa? Kekasihmu?

Sudah kubilang dia bukan|
kekasihku

|Ya terserah kak ji saja
|Mungkin dia sibuk kak
Dia tingkat akhir kan?

Ah, ya mungkin saja|

Jisung meletakkan kembali ponselnya keatas meja, ditatapnya papan tulis putih didepan sana, kata-kata Ammy mulai ia tanamkan kedalam pikirannya. Mungkin memang benar kalau sebenarnya Minho sedang berada di masa sibuk yang membuatnya tak sempat untuk meluangkan waktu untuk Jisung lagi.

Kalau memang begitu adanya, Jisung tak boleh mengganggu kan? Karena kalau iya, sama saja dia bersikap egois terhadap kakak kelasnya. Bagaimanapun juga Minho sedang berada di masa penentuan bagaimana masa depannya nanti. Dia harus memberi waktu untuk Minho memfokuskan diri kepada ujian ujian yang sudah didepan mata.

Tangan ramping itu kembali mengambil ponsel silver miliknya. Membuka roomchat miliknya dengan si kakak kelas yang tanpa ia sadari sangat ia rindukan.

Roomchat itu kosong. Minho tak pernah mengiriminya pesan lagi, bahkan sudah lebih dari empat belas hari semenjak pesan terakhirnya yang hanya dibaca oleh kakak kelas tampannya itu.

Cukup lama Jisung menatap layar ponselnya yang masih menampilkan roomchat dengan Minho, pemuda itu tertawa kecil. Mengapa dirinya jadi bersikap konyol seperti ini? Sejak kapan ia mulai melakukan hal yang jelas-jelas membuang waktu. Astaga sebenarnya ada apa dengan dirinya.






- On Track -



Hari ini adalah hari terakhir yang harus Minho lalui sebelum akhirnya terbebas dari ujian-ujian akhirnya. Dari awal ujian sampai saat ini Minho tak mengalami kesulitan yang benar-benar berarti, hanya mungkin dirinya yang sedikit melupakan hafalannya yang pada akhirnya hafalan itu kembali muncul diingatannya.

Dering bel sekolah berbunyi, pertanda bahwa ujian terakhirnya telah berakhir. Siswa siswi tingkat akhir keluar dari kelas dengan perasaan lega, suara tawa riang terdengar disepanjang koridor. Semuanya merasa sangat lega karena telah berhasil melewati semua ujian-ujian yang sangat memusingkan itu.

Tak terkecuali Minho, pemuda itu menghela nafas leganya sambil tersenyum tipis, dan tanpa berpikir panjang langsung menuju tempat yang selama tiga tahun belakang ini sering ia datangi.


Minho menutup pintu rooftop, kaki panjangnya melangkah menuju tempat biasanya ia menghabiskan waktu. Matanya memperhatikan sekitar, rooftop ini sudah ia anggap sebagai ruangan pribadinya. Ruangan yang selalu ia jadikan tempat beristirahat, tempat memikirkan segala hal, dan bahkan ruangan ini lah yang menjadi tempat dimana dirinya dan Jisung menjadi dekat.

Dia ingat, hari itu dirinya diobati oleh Jisung dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya, tentang Jisung yang secara tiba-tiba berubah dan terlihat mengkhawatirkannya.

Lalu ia juga mengingat dimana setelah kejadian itu, hari hari yang menyenangkan kembali hadir dihidupnya. Dimulai dari Jisung yang sering memarahinya karena tidak mau belajar, menghabiskan waktu mereka untuk saling menelpon sebelum tidur, berbagi hangatnya pelukan untuk satu sama lain, dan bahkan hari dimana mereka melakukan kencan satu hari. Sungguh, Minho tak akan pernah melupakan hari itu.

Bahkan senyum manis Jisung dihari itu masih melekat sempurna diingatannya. Astaga, Minho harus mulai membiasakan dirinya kembali, karena setelah ini hidupnya akan kembali sepi seperti dulu.

"Hhh Ji, kau benar-benar berhasil membuatku seperti orang bodoh."

Minho mendongak, menatap langit yang terlihat sangat cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatinya saat ini.

"Tapi aku masih ingin berterimakasih, karena meski kau hanya bermain-main dengan perasaanku, setidaknya perasaan bahagia setiap berada bersamamu terasa nyata untukku."

Air mata kembali keluar dari pertahanan Minho, membuat Minho tertawa kecil karena merasa dirinya terlalu bodoh.

"Astaga Minho, kau bukan lelaki yang cengeng. Berhentilah menangis."

Minho mengusap air matanya, berusaha menghentikan air mata yang sialnya semakin memaksa untuk keluar. Entahlah, rasanya sangat sesak mengingat sebentar lagi ia harus berpisah dengan pujaan hatinya dengan situasi yang seburuk ini.

Minho bahkan tak berniat untuk memberitahu Jisung kemana tepatnya ia akan melanjutkan kuliah. Lagipula, untuk apa dia memberitahu Jisung? Toh, Jisung juga tak pernah menganggap serius kehadirannya kan.

"Terimakasih untuk segalanya Ji, kuharap kau bahagia."

Tbc

Ga berat kan konpliknya? Iyadong, aku langsung buat mereka pisah 😌👌🏻

WKWKWKWK JANGAN HUJAT, CHAP BERIKUTNYA ADA SUSURUPRES

Mau di up kapan? Aku udah selesai ngetiknya soalnya. Mwehehehe

-101220-

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang