Bel istirahat sudah berbunyi dari tiga menit yang lalu, dan dalam beberapa langkah lagi Jisung akan memasuki area kantin sekolah. Hari ini Jisung tidak membawa bekal, yang mengharuskannya membeli makanan dikantin.
Tidak seperti waktu itu, kali ini Jisung berjalan sendirian menuju kantin, karena Changbin yang sudah lebih cepat menarik Felix untuk pergi bersama.
Sebenarnya Jisung pun tak tahu apa yang harus dia beli, karena sesungguhnya ia tidak merasa lapar sama sekali. Namun, mengingat ancaman mamanya yang akan menyita airpods satu-satunya jika ia melewatkan jadwal makan membuat Jisung berfikir dua kali untuk skip makan.
Kantin disekolahnya rata-rata menjual makanan berat, dan Jisung tidak menyukainya. Roti yang dijual pun hanya roti merk standar yang tidak menggugah selera.
Pada akhirnya, dengan berat hati tangan ramping itu tetap mengambil satu bungkus roti dan langsung membayarnya. Roti rasa blueberry itu ia masukkan kedalam kantung celananya, dan dirinya kembali melangkah untuk kembali ke kelas.
Memang, selama dua tahun ia bersekolah disini, hampir 80% waktunya ia habiskan di dalam kelas. Dirinya terlalu malas untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang terkadang bermuka dua itu.
Baginya, Felix sudah lebih dari cukup. Karena sebenarnya, dari dulu pun tidak ada yang tahan berteman dengannya, jadi baginya Felix sudah masuk list orang penting dihidupnya.
Jangan tanya asal muasal sifat Jisung dari mana, karena kedua orangtuanya pun tidak tahu. Mama papa Jisung termasuk orang yang ekspresif, lalu Brian? Jangan ditanya, dia jauh lebih ekspresif dari kedua orangtuanya. Lalu dari mana asalnya sifat tidak peduli Jisung? Entahlah, tak ada yang tahu.
Mau bilang Jisung anak pungut pun tak mungkin, karena parasnya yang sangat mirip dengan sang kakak.
Jisung menyipitkan kedua matanya, dia dapat melihat seseorang yang dia kenal dari tempatnya berada sekarang. Orang itu baru saja memasuki halaman depan kantin, dengan langkah yang sedikit terseok.
Jisung mempercepat langkahnya, untuk menghentikan langkah orang itu.
"Jadi kau benar-benar berkelahi?"
Yang lebih tinggi menunduk, mendapatkan Jisung yang sedang menatap sinis padanya.
"Atas dasar apa kau berkelahi?"
Minho merengut, tidak mau memberikan alasan sebenarnya mengapa ia berkelahi, karena sesungguhnya alasan itu sangatlah konyol.
"Diam disini, aku akan kembali."
Tanpa menunggu jawaban dari Minho, Jisung berjalan kembali menuju kantin dengan tujuan yang Minho sendiri tidak ketahui. Namun, karena penasaran, akhirnya Minho menuruti kata-kata adik kelasnya untuk tetap diam ditempatnya.
Tak perlu menunggu lama, Jisung membawa satu buah cup berisi es batu di tangannya.
"Kemana tujuan awalmu?"
"Ke kantin, ingin mengisi perut."
"Setelah ke kantin, kau berencana ingin kemana?"
Minho mengernyit, heran dengan pertanyaan yang Jisung tanyakan.
"Ke rooftop, kurasa aku perlu istirahat."
"Membolos lagi?"
Dengan polos, Minho mengangguk, dan berhasil membuat Jisung berdecak kesal.
"Baiklah ayo,"
"Kemana?"
"Rooftop."
Minho menatap bingung kearah Jisung, "kau mau apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfic"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...