"Silahkan,"
Minho menarik Jisung dengan lembut, keduanya berjalan menuju kereta yang akan mereka tumpangi selama beberapa menit kedepan. Seperti yang disarankan Minho tadi, kini keduanya sedang berada di wahana rumah hantu.
"Ji, kau takut tidak?"
Yang ditanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. Jujur saja, Jisung memang bukan orang yang anti dengan hal berbau horor, tapi dia juga akan tetap takut jika sudah terlalu menyeramkan. Saat ini saja, bulu kuduk Jisung mulai berdiri karena suasana yang terasa mencekam. Apalagi kini kereta yang mereka tumpangi sudah mulai berjalan secara perlahan-lahan.
"Kalau wahana ini berlebihan, tentu aku takut."
Benar saja, detik berikutnya Jisung merasa semakin takut karena lagu menyeramkan yang mulai memasuki indera pendengarannya. Tubuh mungilnya ia dekatkan kearah Minho, meski begitu matanya tetap memperhatikan kesekeliling yang sedang menampilkan suasana dipenjara bawah tanah.
Untungnya Minho bukanlah seseorang yang mudah takut, apalagi dia tahu kalau ini semua hanyalah buatan. Jadi setidaknya dia bisa menjaga Jisung kalau anak itu benar-benar ketakutan.
Suasana saat ini benar-benar mencekam, bahkan kereta yang sebenarnya berjalan normal itu terasa sangat lama bagi Jisung. Sekeliling mereka sudah berganti tema, berubah menjadi rumah sakit yang terbengkalai.
Sesekali ranjang disana berderit diikuti dengan suara tangisan perempuan, menambah kesan horor kepada para pengunjung.
Jisung semakin mendempetkan dirinya kepada Minho. Jisung sudah berkali-kali terkena jumpscare membuatnya sangat ketakutan. Diapitnya tangan kiri Minho, lalu ia menyembunyikan wajahnya dibalik pundak lelaki itu.
Minho yang mengerti bahwa adik kelasnya sedang ketakutan berinisiatif untuk mengusap pundak adik kelasnya, membuat posisi mereka terlihat seperti sedang berpelukan.
"Hey, tidak apa-apa. Ini tidak nyata."
Si mungil menggeleng ribut, "mereka sangat menyeramkan Lee."
Ckiitttt!!!
Suara decitan kereta terdengar nyaring, dan entah sugesti atau apa tapi rasanya kecepatan kereta itu semakin melambat. Suara-suara menyeramkan semakin menggema, diikuti dengan suara tangisan dan teriakan yang saling bersahutan.
Jisung mendongak, menatap kakak kelasnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Lee, aku takut."
Bahkan suaranya terdengar bergetar, membuat Minho merasa bersalah telah mengajak Jisung menaiki rumah hantu.
"Astaga Ji, maafkan aku. Aku tidak tahu ini akan sangat menyeramkan untukmu. Kumohon jangan menangis."
Minho mendekap tubuh mungil adik kelasnya, menyembunyikan Jisung dari suasana menyeramkan disekitar mereka. Tangannya ia gunakan untuk mengusap punggung Jisung yang bergetar.
Jisung yang merasa sedikit tenang setelah dipeluk Minho langsung balas memeluk kakak kelasnya, menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Minho.
"Aku disini Ji, jangan takut."
- On Track -
Setelah keluar dari rumah hantu tadi, Minho mengajak Jisung untuk beristirahat dan berkeliling toko souvenir yang tak jauh dari rumah hantu tadi. Minho berusaha menghibur Jisung yang terlihat masih ketakutan dengan cara memilihkannya beberapa bando lucu.
"Astaga Ji, yang ini sangat cocok denganmu."
Jisung menatap pantulan dirinya dari cermin dihadapannya. Memperhatikan bando tupai yang baru saja dipilihkan oleh Minho. Yah, tidak terlalu buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfic"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...