Minho melempar asal tasnya, hari ini moodnya benar-benar buruk. Pertama, karena ia ketahuan memberi contekkan kepada Christ dan berujung ancaman pada nilainya. Kedua, karena perkataan Bella yang benar-benar mengganggu pikirannya.
Ia membanting tubuhnya keatas ranjang kamarnya, ditatapnya langit-langit kamar yang terlihat kosong seperti biasa.
"Apa benar Jisung tidak pernah menganggap serius tentang kedekatan kita selama ini?"
Minho memejamkan matanya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran buruknya. Tapi, semakin ia berusaha mengenyahkan pikiran itu, pikiran yang jauh lebih buruk malah hadir menggantikan.
''Jisung hanya bermain-main?'
'perasaannya dianggap remeh?'
'sebenarnya siapa gadis itu?'
'apa dia sepenting itu, sampai Jisung mau menemaninya seperti tadi?'
Minho mendengus, "aku bahkan memerlukan waktu beberapa bulan untuk bisa menghabiskan waktu dengannya. Apa mereka sudah sedekat itu?"
Beginilah Minho saat sedang kalut, sifat overthinkingnya benar-benar mengambil alih akal sehatnya.
"LEE MINHO, JAWAB PESAN PAPAMU, AKU PUSING MENDENGAR OCEHANNYA KARENA KAU TAK KUNJUNG MEMBALAS PESANNYA."
Minho mengepalkan kedua tangannya, apalagi ini?
Pada akhirnya ia menghiraukan perintah sang mama, ia tetap memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri.
Sebenarnya ia sangat membenci dirinya yang terlalu overthinking, rasanya kepalanya akan pecah ketika ia sudah mulai berpikir secara berlebihan seperti saat ini.
Saat dirinya sudah merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka dengan keras.
"Heh, anak sialan. Kau dengar tidak perintah mamamu?!"
Minho menatap mamanya dengan sinis, melupakan fakta bahwa dirinya harus bersikap sopan kepada orangtua.
"Ouw, mulai kurang ajar ya? Memang seharusnya dari awal aku tidak melahirkanmu."
"Bisakah kau keluar?"
Aura Minho benar-benar sangat tidak bersahabat saat ini, matanya menatap dingin namun terlihat menusuk, nada suaranya pun tak kalah menyeramkan.
"Jawab pesan papamu."
"Ya, aku akan menjawabnya. Sekarang, keluar!"
Wanita paruh baya itu merotasikan matanya, kemudian ia berbalik dan membanting pintu kamar anaknya. Meninggalkan Minho yang terlihat semakin kacau.
Tangan putihnya meraih ponsel dari dalam saku seragamnya, lalu membuka pesan yang dikirimkan papanya dari dua jam yang lalu.
|08xxxxx|
|Aku mendapat kabar
dari gurumu, kau memberi
contekkan kepada salah
satu temanmu|Ayolah ho, berhenti
berbuat onar. Kau selalu
membuatku maluYa, maafkan aku|
Minho membanting ponselnya ke lantai, tidak peduli kalau itu akan membuat ponselnya retak atau mungkin lebih parah.
- On Track -
Minho menghela nafasnya, hari ini ia memutuskan untuk mencoba membicarakan semuanya dengan Jisung, ia ingin menanyakan kejelasan tentang hubungan keduanya.
Penampilan Minho terlihat jauh dari kata baik baik saja, matanya yang dikelilingi lingkaran hitam, tatapannya yang kosong, surai kecoklatan yang tak tertata rapi, bahkan terdapat luka kecil di keningnya. Kaki panjangnya melangkah cepat menuju kelas Jisung, takut takut kalau Jisung lebih dulu meninggalkan kelas dan berakhir tidak bertemu dengannya.
"Permisi, Jisungnya ada?"
Pertanyaan itu langsung lolos dari bibirnya sesampainya didepan kelas Jisung. Tak peduli dengan keterkejutan adik kelasnya yang tiba-tiba ia tanyai.
"Eh? Jisung? Sudah keluar kak."
Minho mengernyit, apa Jisung sudah ke kantin dengan Felix lebih dulu. Tapi ternyata dugaannya salah, karena suara berat khas adik kelasnya tiba-tiba memasuki indera pendengarannya.
"Kak Minho? Mencari Jisung ya?"
Minho menoleh sambil mengangguk cepat, berharap mendapat jawaban dari pemuda manis dihadapannya.
"Dia sudah ke kantin kak, katanya mau menemani seseorang. Aku pikir Jisung mau menemanimu, tapi—"
"Yasudah Fe, aku ke kantin duluan. Terimakasih infonya."
Dengan cepat, pemuda bermarga Lee itu berlari menuju kantin. Mengabaikan beberapa orang yang protes karena tertabrak olehnya.
Jaraknya dengan kantin tinggal beberapa meter lagi, tapi netranya menangkap seseorang yang sangat ia kenal sedang berada di lapangan sebelah kantin. Orang itu, bersama gadis yang terlihat sangat muda sedang berbincang bersama. Entah membicarakan apa, tapi yang pasti keduanya merasa nyaman dengan kedekatan mereka.
Tatapan keduanya bertemu, Minho menatap lurus kearah Jisung sedangkan Jisung terlihat terkejut dengan kehadiran kakak kelasnya. Selang beberapa detik Jisung memutuskan tatapan mereka, kembali bersenda gurau dengan gadis berkacamata yang berada disampingnya.
Minho mengepalkan kedua tangannya, niat awalnya untuk membicarakan semuanya dengan Jisung hilang. Dia mulai menerima fakta.
Fakta kalau Jisung hanya bermain-main dengan perasaannya.
Tbc
Maaf banget ya lama dan ga sesuai ekspektasi, fokusku kebelah belah selama ini. Tapi aku lagi berusaha buat fokusin ke cerita ini lagi, krn digantung itu ga enak kan wkwkwk dahlah lopiu
-071220-
KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfiction"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...