OT 23

1.6K 279 28
                                    

Minho baru saja sampai disekolah, lelaki itu melepas helm hitam fullfacenya lalu mengusak rambutnya yang berantakan. Baru saja Minho turun dari motornya, tiba-tiba ada dua orang siswi yang menghampirinya.

Minho menaikkan sebelah alisnya, bertanya apa maksud dari kedua siswi dihadapannya yang ia ketahui salah satunya adalah gadis bersurai blonde waktu itu. Kalau tidak salah, namanya Bella.

Ekspresi keduanya terlihat sangat kontras, yang satu terlihat malu-malu, dan yang satunya lagi—Bella hanya tersenyum tipis menatapnya.

"Mmm Minho, aku menyukaimu. Maukah kau jadi kekasihku?"

Minho menatap heran gadis yang ia yakini sebagai temannya Bella. Merasa terkejut dengan pernyataan beberapa detik lalu.

Sebenarnya semenjak ia mendekati Jisung, tidak ada lagi yang menyatakan perasaan kepadanya. Mungkin tahu diri.

"Maafkan aku, tapi aku memiliki orang yang kusuka, dan tentunya bukan dirimu."

Minju menghembuskan nafas kecewa namun tetap mengangguk mengerti, sedangkan Bella menatap sinis kearah Minho, ternyata pemuda dihadapannya benar-benar bodoh. Bisa-bisanya dia menolak temannya yang memiliki kecantikan diatas rata-rata itu.

"Hey, kau masih berharap pada bocah itu?"

Minju—gadis yang tadi menyatakan perasaannya kepada Minho mengernyit. Mengapa malah temannya yang terlihat tak terima dengan penolakan Minho?

"Berkali-kali kukatakan, ini bukan urusanmu nona."

"Astaga Minho, kau buta atau apa? Kau sudah menyia-nyiakan temanku yang kelewat cantik ini hanya untuk bocah tak tahu malu itu? Bodoh sekali."

Minho menatap nyalang kearah Bella. Dia benar-benar tidak suka Jisungnya dijelek-jelekkan seperti itu.

"Jaga kata-kata mu."

"Ckck, Ho Ho, kau itu tidak mengerti juga ya? Jisung hanya bermain-main denganmu, dia tidak pernah menganggap penting dirimu."

"Kau tahu apa soal dia?"

Bella melipat kedua tangannya lalu menatap Minho dengan pandangan remeh. "Bahkan semua orang pun tahu kalau Jisung tidak serius denganmu—

Bella tertawa mengejek, dengan sengaja ia mengalihkan pandangannya kederetan kuku tangannya yang ia posisikan didepan wajah, membuatnya terlihat semakin merendahkan Minho.

—kau bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kak Younghoon, lalu kau pikir kau akan mendapatkan hatinya?"

Bella terkekeh, "Tidak Lee, dia hanya ingin membuatmu terlihat bodoh."

Minju yang sedari tadi diam pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha menengahi keduanya sebelum terjadi hal yang buruk.

"Hey Bella, sudahlah. Aku yang ditolak kenapa kau yang marah? Lebih baik, kita kembali ke kelas. Minho, kami duluan ya, maaf mengganggu waktumu."

Minju menarik tangan Bella, berusaha membawa temannya untuk pergi meninggalkan Minho yang mulai mengeluarkan aura menyeramkan.

Tangan Minho terkepal menahan amarah. Sial, kata-kata Bella berhasil mengusik pikirannya.

- On Track -

Felix memasukkan ponselnya kedalam saku, dia baru saja memberi info tugas kepada Jisung yang masih harus beristirahat di rumah.

"Lixie, ayo ke kantin."

Si pemilik nama menoleh, memberikkan senyuman termanisnya kepada sang kekasih sebelum akhirnya mengangguk. keduanya jalan beriringan dengan tangan Changbin yang setia menggenggam tangan kecil kekasihnya.

"Abin~ aku khawatir dengan Jisung."

Changbin menoleh, melihat kekasihnya sedang merengut disebelahnya.

"Jisung kenapa?"

"Dia dirumah sendirian, mama-papanya lagi diluar kota."

"Kakaknya?"

Ya, Changbin sedikit tahu tentang asal-usul Jisung karena Felix yang selalu bercerita apapun kepadanya.

"Kak Brian kan kuliah Abinn~"

Diusaknya surai blonde milik Felix, Changbin tidak bisa menahan gemas akan tingkah laku pacarnya yang kelewat manis.

"Kalau begitu jenguk saja dia pulang sekolah nanti."

"Ouh iya, benar juga-!"

Yang lebih tua terkekeh, astaga kekasihnya benar-benar menggemaskan.

"Mau ku antar ke rumah Jisungnya?"

"Tidak perlu, rumah Jisung tidak terlalu jauh dari rumah, aku bisa sendiri. Lagipula Jisung tidak suka kalau ada orang asing yang mengetahui alamatnya."

Changbin mengangguk paham, "baiklah, jangan lupa kabari aku nanti kalau kau butuh sesuatu."

Felix mengangguk semangat, merasa tidak sabar untuk segera menjenguk sahabatnya sepulang sekolah nanti.

Kini keduanya sudah berada di kantin, Changbin yang menemukan bangku kosong pun langsung menggiring Felix kearah bangku itu.

"Kau mau pesan apa?"

"Salad dan ice tea."

Changbin menganggukkan kepalanya, ia menyempatkan diri untuk mengusak surai Felix sebelum pergi untuk membeli makanan untuknya dan Felix. Sedangkan Felix hanya perlu menunggu dengan tenang di mejanya.

Tak membutuhkan waktu lama, pemuda ber aura gelap itu kembali membawa nampan berisi pesanannya dan Felix. Keduanya makan sambil diselingi ocehan Felix yang sepertinya tak pernah ada habisnya.

"Ehem, maaf mengganggu, tapi apa aku boleh bicara dengan Felix?"

Keduanya menoleh, mendapati salah satu kakak kelas yang sudah sangat familiar bagi keduanya. Changbin mengernyit, namun tetap mengangguk mengiyakan.

Karena telah mendapatkan izin, pemuda itu mendudukkan dirinya dihadapan Changbin dan Felix.

"Lix, Jisung tidak masuk lagi?"

Felix mengangguk, mulai mengerti dengan tujuan kakak kelasnya. Yah, kalau dipikir juga, apalagi yang Minho mau darinya selain info tentang sahabatnya?

"Ya, dia masih demam."

"Hm, baiklah."

Felix mengangguk, menunggu kakak kelasnya untuk pergi, tapi kenyataannya pemuda itu tak kunjung beranjak dari duduknya.

"Lix, kalau aku kembali memintanya untuk menjadi kekasihku apa dia akan menerimanya?"

Felix mengernyit, apa Jisung belum mengatakan soal prinsipnya kepada Minho?

"Kau belum tahu tentang prinsipnya kak?"

Minho mengernyit, "prinsip apa?"

"Hhhh, kurasa dia belum memberitahu mu ya? Dia memiliki prinsip untuk tidak mau terikat didalam hubungan yang dianggap masih lemah olehnya. Atau yang biasa kita sebut, berpacaran. Itu alasan mengapa dia selalu menolakmu."

"M-maksudmu?"

Tbc

ppiw welkam tu de konflik. Tenang, gabakal berat kok

-011120-

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang