OT 02

2.7K 412 12
                                    

"Kakak duluan ya? Hati-hati dijalan, kalau ada yang macam-macam hajar mereka seperti yang kakak ajarkan."

Jisung mengangguk patuh, menatap kakaknya yang kembali siap dengan motornya dan perlahan mulai menjauh.

Dia memang biasa diturunkan di persimpangan dekat sekolahnya oleh Brian, kakaknya. Ini semua karena perjalanan menuju sekolah dan kampus kakaknya yang tak lagi searah, dan Jisung tidak merasa keberatan akan hal itu. Berjalan sejauh lima ratus meter dipagi hari bukanlah hal yang buruk, bahkan terkesan menyegarkan untuk Jisung.

"Lapar sekali. Aku harus sampai ke sekolah dengan cepat agar bisa segera makan sandwich buatan mama."

Tapi Jisung tetaplah Jisung, pemuda enam belas tahun yang sebenarnya sangat pemalas. Jadi secepat-cepatnya langkah seorang Jisung hanya setara dengan kecepatan siput berlomba lari.

"Hey, mau ku antar?"

Jisung menoleh, mendapatkan pemuda yang kemarin menghadang langkahnya menuju kamar mandi sedang menatapnya dengan lembut.

"Tidak perlu, ini sudah dekat."

Tak menyerah, Minho memilih untuk mematikan mesin dan menggiring motor sport hitamnya. Melanjutkan sisa perjalanan menuju sekolahnya dengan berjalan beriringan dengan orang yang disukainya.

"Kau tahu? Kau sangat membuang waktumu dengan menggiring motor seperti ini."

Minho mengedikkan bahunya tidak peduli. "Aku hanya ingin berjalan beriringan dengan orang yang kusukai, itu saja."

Jisung tidak menggubris pernyataan Minho, dia melanjutkan langkahnya dengan santai dengan airpods yang menyumpal telinganya.

Selanjutnya hanya ada suara langkah keduanya dan motor sport Minho yang mesinnya masih di dalam posisi mati.

Minho yang memiliki niat untuk mendekati Jisung tak ingin kesempatannya terbuang sia-sia. Setelah memutar otak tentang topik apa yang harus ia pilih, Minho akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Hey, Han Jisung."

Si pemilik nama menoleh, menaikan alisnya sebagai respons.

"Kau ingat padaku kan?"

Jisung mengangguk singkat, "ingat, kau yang kemarin menghalangi jalanku menuju kamar mandi. Harus kau ketahui saat itu keadaan sudah mendesak, dan kau benar-benar menghambat."

Jisung yang kembali teringat dengan kejadian kemarin, kembali merasa kesal dengan pemuda disampingnya.

"Jadi waktuku kemarin tidak tepat ya?"

Hanya anggukan yang Jisung berikan, terlalu malas untuk menggerakan bibirnya yang kering karena dinginnya udara pagi.

"Kalau begitu aku mau mengulanginya sekarang, kali ini kau sedang tidak terdesak kan?"

Jisung mengernyit, tidak paham dengan apa yang ingin Minho lakukan setelahnya.

"Aku ingin menyatakan kembali perasaanku. Aku masih menyukaimu Ji."

Langkah keduanya terhenti. Minho menatap Jisung dengan pandangan penuh harap, sedangkan Jisung hanya bisa menghela nafasnya.

"Jawabanku pun masih sama. Aku masih tidak menyukai mu Lee."

Minho memandang Jisung dengan tatapan kecewa yang tak terlalu ketara. "Jika aku melakukan pendekatan denganmu terlebih dahulu, dan kembali menyatakan perasaanku apakah ada kesempatan?"

Jisung berdecih dalam hati, mengapa pemuda disampingnya tidak langsung menyerah seperti orang-orang sebelumnya saja sih? Merepotkan.

"Kesempatan menjadikanku sebagai pacarmu?"

On Track ; Minsung (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang