"Kau yakin tak apa?"
Si lawan bicara menatap pemuda yang baru saja melontarkan pertanyaan kepadanya dengan pandangan bingung. "Biasanya juga aku tak pernah mempermasalahkan nya."
Felix menyengir membenarkan. Benar, Jisung tak pernah mempermasalahkan dirinya yang sering meninggalkan Jisung sendirian hanya untuk menghabiskan waktunya dengan sang kekasih. Bukan berarti Felix adalah sahabat yang buruk, karena Jisung pun selalu menyuruhnya untuk pergi ketika Changbin mengajaknya untuk menghabiskan waktu mereka berdua walau hanya dengan makan siang bersama di kantin.
"Kalau begitu aku ke kantin dulu. Bye Ji, jangan lupa makan bekalmu."
Felix yang tidak bisa membelah diri pun akhirnya menuruti untuk kembali meninggalkan Jisung sendirian di pinggir lapangan indoor sekolahnya. Pemuda cuek itu pun hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman singkatnya.
Sebenarnya Felix mau saja mengajak Jisung untuk ikut dengannya dan Changbin, namun sayangnya hubungan mereka tidak berjalan begitu baik. Bukan karena diantara mereka memiliki dendam untuk satu sama lain, hanya saja ketika si cuek dan si dingin disatukan, maka suasana yang tercipta hanyalah kecanggungan.
Jisung meluruskan kedua kakinya sambil memijitnya sesekali, kelasnya baru saja menyelesaikan jadwal olahraga nya, dan itulah alasan kakinya terasa pegal kali ini. Lapangan indoor tempat dirinya berada saat ini pun hanya tersisa dirinya dan teman sekelasnya yang memiliki jadwal piket dan bertanggungjawab merapikan alat olahraga yang baru saja digunakan.
Jisung menghembuskan nafasnya, rasanya kakinya terlalu malas untuk berjalan ke kelas yang mengharuskannya berjalan menaiki dua lantai terlebih dahulu. Sambil mengumpulkan niat, Jisung kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling lapangan. Sebenarnya suasana disini sangat nyaman kalau sedang kosong begini, dan itu membuat dirinya semakin malas untuk beranjak dari ruangan ini.
"Kenapa masih disini?"
Jisung menoleh, mendapati seseorang sudah duduk di sampingnya.
"Terlalu malas untuk kembali ke kelas."
Pemuda itu mengangguk, lalu keheningan tercipta diantara kedua pemuda bermarga Han dan Lee tersebut.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Minho berpindah tempat duduk menjadi dihadapan si mungil. Jisung yang tak mengerti dengan kelakuan kakak kelasnya hanya menaikan alisnya seakan bertanya apa yang mau dilakukan oleh kakak kelasnya tersebut.
"Kemarikan kakimu."
Minho menepuk-nepuk pahanya, bermaksud menyuruh adik kelasnya untuk menaruh kaki ramping itu di atas pahanya.
"Untuk apa?"
"Kau pegal kan?"
Jisung mengernyit tidak suka, menganggap kakak kelas dihadannya terlalu membuang-buang waktunya sendiri hanya untuk menjadi tukang pijit dadakan.
"Tidak perlu, Lee."
"Ayolah Ji, aku ingin membantumu."
"Ck. Keras kepala."
Jisung berdecak kesal namun tetap menggerakkan kaki rampingnya untuk ditaruh diatas paha Minho. Si tampan yang merasa telah berhasil membujuk Jisung merekahkan senyumnya. Kedua tangannya mulai memijit kecil kaki ramping yang berada di pahanya.
"Apa kau sadar, semua yang kau lakukan disini sama saja dengan membuang waktu istirahat mu?"
Yang lebih tua mengangguk kecil, merasa tidak peduli dengan penuturan Jisung beberapa detik lalu. Keheningan kembali tercipta selama beberapa menit, sebelum akhirnya Jisung kembali membuka mulutnya.
"Kenapa tidak ke kantin?"
"Malas."
"Malas apa?"
"Malas makan,"
Jisung menatap horror kakak kelasnya, walau yang ditatap tidak melihatnya karena sibuk dengan kegiatan memijitnya.
"Kau bilang padaku kalau melewatkan makan siang itu tidak baik."
"Ya memang,"
"Lalu, kau sendiri? Kenapa malas?"
Minho menoleh, memandang polos sosok mungil yang selalu memenuhi hati dan pikirannya selama satu tahun belakangan. "Itu tidak berlaku untukku, aku sudah terbiasa melewatkan makanku. Perutku sudah kebal."
Jisung menarik kedua kakinya yang sejak sepuluh menit lalu berada diatas kedua paha Minho. Badan mungil itu bangkit dari duduknya membuat yang lebih tua mendongak sambil menatapnya bingung.
"Mau kemana?"
"Ke kelas."
Minho mengangguk kecil, "hati-hati, jangan lupa makan bekalmu."
"Kau tidak akan mengikuti ku?"
Minho menggeleng kecil, kemudian ikut berdiri. Tangannya beralih untuk mengacak rambut si mungil.
"Tidak, aku akan ke rooftop. Selamat makan Hanji."
Jisung mengangguk lalu melangkah meninggalkan Minho menuju kelasnya.
- On Track -
Minho menghembuskan nafasnya diikuti dengan keluarnya asap yang memiliki bau khas. Lelaki tampan itu menatap cakrawala yang menaunginya di atas sana. Memejamkan matanya guna menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan. Kedua jari yang mengapit sepuntung rokok yang sudah ia hisap hampir setengahnya memilih untuk mematikan benda kecil itu.
Ponselnya berdering, menampilkan deretan huruf yang tersusun menjadi sebuah nama kontak yang sangat dia hindari. Tanpa ragu, tangan yang sudah terbebas dari benda tadi bergerak untuk mematikan ponsel hitamnya.
Tak peduli jika orang itu akan memakinya ketika mereka bertemu nanti, yang pasti saat ini pria itu hanya menginginkan ketenangan.
Membolos sudah menjadi rutinitas mingguan bagi Minho. Dalam seminggu, lelaki tampan itu bisa membolos sebanyak empat sampai enam pelajaran. Walau sering membolos, Minho tidak pernah terlibat dalam kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Seperti tawuran, balapan liat atau bahkan minum minuman keras. Rokoklah yang menjadi batas pelanggaran terparah baginya, dan hanya dilakukan disaat-saat tertentu. Catatan kenakalan terburuknya juga hanya terlambat dan membolos, sisanya hanya pelanggaran-pelanggaran remeh yang tentu saja tetap mendapatkan sanksi.
Alasan dirinya sering bolos sebenarnya bukan karena malas, ia bolos hanya ketika kepalanya sudah terasa hampir meledak atau kantuk yang sudah tidak bisa ditahan.
Seperti sekarang ini contohnya.
"Untuk tidur nyenyak pun tak bisa kulakukan."
Senyum mirisnya terukir dengan kepala yang ikut menggeleng pelan. Berbekal blazer yang digunakan sebagai bantalan, lelaki itu merebahkan badannya dengan tangan yang menutupi matanya dari cahaya matahari.
"Kalau bukan karena Jisung, mana mau aku bertahan sampai saat ini."
Setelah menggumamkan kalimat itu, rasa kantuk mulai menyerangnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, lelaki berparas tampan itu berhasil memasuki alam bawah sadarnya.
- On Track -
Agak susah ya bikin lino kalem, rasanya pengen bikin dia bobrok terus.
-091020-

KAMU SEDANG MEMBACA
On Track ; Minsung (end)
Fanfiction"Aku menyukaimu, Han Jisung." "Tapi aku tidak. Jadi, permisi." - - - - - "Aku masih menyukaimu Ji." "Aku juga masih tidak menyukaimu." - - - - - "Tidak ingin menjalin sebuah hubungan bukan berarti aku tidak memiliki perasaan khusus padamu, Lee Minho...