19. Di mana Bintang Bermula (2)

403 74 1
                                    

Ospek telah berlalu.

Vio tertunduk lama di lantai kamarnya. Matanya menatap nanar pada koran yang terbentang di hadapannya. Harian Nasional, dulu Vio berlangganan karena harian ini punya nama yang besar. Tapi sejak kuliah baru kali ini dia membelinya itu karena Fauzy Adam, pria misterius nan mempesona.

Kenapa? Tiba-tiba dia tersentak, Fauzy Adam, nama yang sama, bukankah itu penulis yang selalu dipuji-puji sebagai penulis muda berbakat yang dulu saat dia SMA rajin mengisi kolom pelajar dan tak jarang artikel serta opininya dimuat di rubrik umum. Kalau mengikuti Forum Harian Nasional di internet namanya kerap muncul.

Tapi apakah itu Fauzy Adam yang sama? Ia tak menyangka bisa bertemu langsung, Vio membaca artikel itu, Fauzy Adam menulis opini mengenai kehidupannya sebagai mahasiswa baru di kampus. Sial! Itu memang dia, Vio membaca artikel itu kemudian membaca artikel di Buletin Kampus tulisannya.

Kesal...kesal...kesaaaal!!! Vio menarik nafas panjang, ternyata orang yang dilahirkan dengan bakat super itu emang ada dan dirinya pasti bukan.

Seandainya Fauzy tidak terlau tampan, Vio pasti membencinya, jahat ya pikirannya itu? Bagaimana sih mengungkapkan sesuatu yang orang-orang tak akan mengerti? Fauzy bilang dia suka renang dan main basket, lalu di malam keakraban dia main musik sedemikian mempesona. Lalu sekarang? Siapa dia sebenarnya, padahal Fauzy kerap cuek, seakan tak perduli dan nggak mau menunjukkan keahliannya. Itu yang membuat Vio benar-benar sebal.

Bila kau memikirkan seseorang terlalu lama, maka tanpa sadar kau telah tertarik padanya.

Itulah yang terjadi pada Vio saat ini. Setiap malam dia memikirkan Fauzy dan itu mengerikan. Vio bukannya menampik semua perhatian dan kedekatan Fauzy kepadanya. Tapi bila seseorang terlalu lama merasa tidak dibutuhkan, maka pikiran mengenai diri sendiri akan bertransformasi kepada kata tak percaya diri. Ia tak ingin dan tak boleh berharap. Fauzy juga menegaskan bahwa ia tak mau terikat, seakan menegaskan agar Vio tak terlalu menganggap lebih pertemanan mereka.

🌠🌠🌠

Sekretariat Buletin Fakultas.

"Kamu Vio kan?" Itu kata panitia pendaftaran eskul saat ia menyerahkan formulir pendaftaran ke Sekretariat Buletin Fakultas.

"Wah saya tersanjung, kakak kenal sama saya," ujar Vio tanpa bermaksud merendah.

"Haha siapa yang tak kenal kamu, kamu kan mahasiswi baru paling cantik." Lucu juga mendengar pujian dari sesama wanita.

"Ah kakak bisa saja," sahut Vio lirih, si senior tersenyum.

"Senang sekali kamu bergabung di sini, saat ini kita kekurangan penulis opini loh."

"Saya juga baru belajar kak."

"Met gabung ya, aku yakin kamu bisa langsung jadi tim. Aku liat presentasi karya tulis kamu saat ospek."

"Makasih kak."

Tadinya Vio ingin mendaftar ke buletin kampus, tapi menurut informasi buletin fakultasnya jauh lebih berkualitas dibanding buletin kampus. Langkah yang baik bagi penggiat-penggiat karya bidang tulis menulis seperti dia.

Dari dulu Vio selalu suka menulis, dia bertekad ingin jadi penulis novel. Suatu cita-cita yang sedari dulu di simpannya, menulis novel, mengisahkan sesuatu yang lain, berbeda, memberi warna dalam hidup yang membosankan. Novel selalu punya kisah yang menarik, dramatik, mengundang decak kagum betapa sebuah cerita bisa begitu menjadi luar biasa. Kisah novel selalu memukau sekalipun kisah kehidupan biasa-biasa saja. Tapi hasrat yang besar itu tetap menjadi hasrat, novel yang ditulisnya sudah beberapa tapi tak pernah ada yang selesai, entah apa yang salah? Begitu pembosankah dia hingga tak pernah menyelesaikan sesuatu yang dimulai. Ah, mungkin dia hanya butuh lebih dari semangat. Tapi, dimana semangat itu dicari?

Akhir-akhir ini dia berhasil menemukannya pada Fauzy, lucu sosok yang dulu selalu membuat dia kesal. Ternyata menjadi orang yang paling berjasa dalam kegiatan tulis menulisnya.

Fauzy itu.....

Sangat tampan, wajahnya lebih dari wajah orang-orang biasa. Selain itu dia banyak menguasai bidang-bidang yang membuat poinnya bertambah drastis.

Fauzy itu...

Sekalipun selalu terlihat tenang dan tak banyak bicara, tapi punya hati yang baik. Tak berprasangka, tidak sekalipun terpikir bahwa ada dendam dihatinya. Dia bisa berteman dengan siapa saja dan semua orang akan menyukainya. Kenapa Fauzy itu bisa menyukai orang seperti dia, yang mati-matian menjelaskan keberadaanya?

Fauzy itu...

Tanpa dia sadari memikat banyak orang.

Manusia itu aneh dan rumit, mereka menerka-nerka, berlaku seperti yang mereka pikirkan. Berbicara mengenai kepantasan. Ingin memahami tapi tak ingin dipahami. Atau bahkan sebaliknya. Manusia yang aneh dan rumit, saat ini seperti itulah Vio.

Membayangkan Fauzy adalah miliknya sekarang membuatnya bingung, sedikit rasa takut. Sekalipun dia selalu tertawa, ceria dan berusaha baik pada setiap orang. Dia tak pernah merasakan hal tersebut dalam hatinya. Dia sering merasa iri pada orang lain, cemburu dan menyebalkan. Walaupun dia selalu berusaha menghilangkan perasaan itu toh dia tak pernah bisa menghentikan pikiran-pikiran akan hal tersebut dari dalam hatinya.

Dan saat menyadari semuanya, Vio merasa bahwa seharusnya dia tak terlalu cepat menerima Fauzy masuk ke dalam hidupnya. Fauzy terlalu sempurna.

Sekalipun ada beberapa bagian dari Fauzy yang masih berusaha ia pahami, toh tak membuat kesempurnaan itu redup.

🌠🌠🌠

Arah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang