Dentuman musik EDM menggema di seluruh ruangan. Banyak orang bergerumul di dance floor meliukkan tubuh mereka mengikuti irama musik. Pencahayaan yang temaram dan lampu kerlap-kerlip menemani tarian mereka.
Bau alkohol yang menyeruak mendominasi ruangan. Semua orang menikmati momen yang ada di sini kecuali Alby Galen, si pelayan club. Remaja yang berumur 15 tahun ini terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.
Tak perlu heran, di sini tempatnya sesuatu yang illegal bisa menjadi legal.
Alby melakukan pekerjaannya dengan cekatan, Ia pergi dari meja satu ke meja yang lain atau pergi melayani ke ruangan satu ke ruangan yang lain. Semua ia lakukan seraya menahan rasa mual yang bergejolak di perutnya akibat menghirup aroma alkohol dan mati-matian menahan batuknya saat menghirup asap rokok.
Sudah hampir setahun Alby bekerja di club ini namun ia masih belum juga terbiasa.
"Uhukk! uhukk!" Alby melepaskan batuknya saat ia sampai di meja bartender dan berjongkok, berlindung di baliknya.
Alby menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak karena terlalu banyak menghirup asap rokok. Kepala nya pusing ditambah dengan rasa mual di perutnya. Liquid bening menggenang di pelupuk mata indahnya membuat bulu mata lentiknya sedikit basah.
"Udah batuknya? ruangan 46," Ucap Lentar seraya menatap Alby dengan tatapan datar miliknya.
Alby mendelik, "Udah," Jawabnya.
"VVIP, lagi?" tanya Alby yang hanya di jawab Lentar dengan anggukan singkat lalu beranjak mendahului Alby.
Alby tersenyum kemudian segera berdiri dan meraih bar cart lalu mengikuti Lentar menuju ruangan yang di maksud.
Ruangan VVIP biasanya berisikan manusia dengan sendok emas di mulutnya. Mereka biasanya memberikan tip lebih banyak. Hal itulah yang membuat Alby senang jika ia melayani tamu ruang VVIP.
Alby berjalan di belakang Lentar sambil sesekali menatap tubuh tegapnya yang dibalut kemeja putih dengan lengan yang di gulung dan rompi berwarna hitam.
Lentar tiba-tiba berhenti membuat Alby tersentak kaget karena hampir saja ia menabrak Lentar jika tidak berhenti detik itu juga.
"Berapa kali harus gue bilang, kalo jalan jangan di belakang gue, kita sama-sama pelayan disini," Ucap Lentar datar tanpa repot-repot berbalik menatap Alby.
Lentar kemudian segera berjalan disusul Alby yang kesulitan untuk menyamai langkahnya.
"Sialan lo Bang! mintanya jalan di sebelah lo tapi lo sekali jalan dua pulau terlewati alias gue susah banget jingan nyamain langkah lo!" Misuh Alby seraya menatap kesal ke arah Lentar.
Dari semua pelayan hanya Lentar yang bersikap baik padanya walaupun Lentar dan wajah triplek nya sedikit menyebalkan tapi karena hal itu lah yang membuat Alby bisa sedikit membuka dirinya pada pria yang umurnya terpaut 5 tahun lebih tua dari nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Resilience; AlGar
RandomSeseorang yang disebut 'anak haram' pun berhak bahagia, tapi nyatanya Alby tak pernah merasakannya. Rasa sakit sudah menjadi bagian dari dirinya sejak kecil namun, yang paling menyakitkan adalah saat ia dijual oleh ibu kandungnya sendiri.