•
•"Tiramisu is the same like life and love, even though it tastes sweet, the bitter taste will definitely accompany it."
•
•Suara detak jarum jam seakan memenuhi seisi perpustakaan. Jam pelajaran telah usai sejak tiga puluh menit yang lalu, membuat para siswa bergegas mengosongkan sekolah. Tinggal beberapa ruangan saja yang terdengar masih berisik akan konversasi para siswa. Mereka yang masih disibukkan dengan kegiatan ekstra.
Sementara perpustakaan, hanya tinggal dua orang guru penjaga, dan salah seorang siswa berperawakan tinggi dengan badge kelas berwarna merah yang menunjukkan bahwa dirinya masih berada di tingkat satu di sekolah ini.
Atarafka, mengangkat kepalanya yang tadinya ditidurkan di atas meja. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha beradaptasi dengan cahaya yang masuk.
Sejak usainya istirahat kedua tadi kelasnya kosong, membuatnya merasa sangat jenuh dan berujung berteleportasi menuju perpus.
Niatnya membaca novel karya tere liye yang direkomendasikan Samudra kemarin, namun kantuk datang menyerang hingga matanya tak kuat lagi untuk menahannya.
Setelah hampir dua jam tertidur dalam posisi duduk, Ata menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku semua. Matanya menerawang ke segala arah, sampai akhirnya menyadari bahwa suasana di sekitarnya sudah sepi. Hanya tinggal dirinya seorang.
Ata mendengus kasar, lantas bergegas menutup novel di meja yang terlihat masih berada di halaman awal. Kemudian dirinya bergegas kembali menuju kelas.
Biasanya Ata akan pulang bersama dengan Haidar yang notabene tetangga sekaligus sahabatnya sejak jaman paud. Namun, semenjak Haidar tergabung dalam keanggotaan paskibra, mereka jadi sering absen pulang bersama lagi. Iya, karena upacara hari kemerdekaan sudah semakin dekat, anak-anak paskibra juga mulai sibuk untuk latihan.
Sebenarnya kalau dilihat lebih teliti, Ata sedikit lebih tinggi dari Haidar. Dengan proporsi tubuhnya yang ideal dan menjulang bonus wajah tampannya pula, senior dari paskibra sudah sering membujuk Ata untuk ikut bergabung dalam tim mereka.
Tapi dasarnya Ata yang persetan dengan panas-panasan, ia lebih memilih untuk tidak ikut kegiatan sama sekali.
Berbeda dengan Haidar yang gila kepopuleran, hingga ketika senior belum menawarinya, anak itu sudah mengajukan diri terlebih dulu. Ia juga sering memaksa Ata untuk ikut bersamanya.
Seperti, "Bege lu, Ta. Kesempatan nggak dateng dua kali, jangan disia-siain napa. Ikut keanggotaan paski juga termasuk prestasi tau." katanya.
Malangnya disahut begini oleh Samudra, "Gaya-gayaan prestasi-prestasi, bilang aja lo ikut paski biar keseret populer." Sementara Haidar menanggapinya dengan cengiran lebar.
Beda lagi dengan Ata, kalau penolakan versi dia, "Sorry, Dar. Masalahnya gue napas doang udah populer, jadi nggak perlu repot-repot ikut paski." begitulah sahutnya.
Memang dibalik image ice prince Ata, tersimpan jiwa-jiwa julidnya. Iya, turunan dari papa dan mamanya yang kalau kata Falah, "Emang keluarga somplak."
Ata berlalu keluar dari kelasnya sembari menyandang tas di pundak kanan. Sementara tangan kirinya bergerak menyugar rambutnya ke belakang. Membuat beberapa senior yang baru saja melewatinya berdecak kagum. Sementara Ata hanya melirik mereka sekilas, lantas melempar smirk yang sukses membuat senior-seniornya itu melonjak kegirangan. Sudah biasa, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...