Akhirnya tergerak juga hati aku buat lanjut nulis wkwk.
Maaf ya baru up. Soalnya akhir-akhir ini tugas makin numpuk guys.
Terus aku juga harus nyiapin beberapa hal untuk kegiatan yang diadakan oleh organisasi aku.
Jadi aku kadang gak sempet buat buka wp.
Tapi semoga penantiannya terbayar ya dengan part ini.
Semoga sukaaaaa ^_^
Sebelum baca vote dulu ya, biar gak lupa.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Happy readingg 🎉🎉
.
.
.
.Seperti janji Gea kepada Felly untuk bertemu setelah Gea tak ada pasien lagi, sekarang di sinilah ia berada.
Di sebuah restoran bernuansa Jepang, dengan Felly yang baru saja datang.
"Maaf ya Ge gue yang telat. Lo udah lama di sini?" ucap Felly meminta maaf dengan ekspresi yang terlihat benar-benar menyesal.
Mau bagaimana pun Gea mencoba berusaha ramah tetapi rasa tak suka ketika menatap wajah Felly masih saja terlihat. Hal yang wajar bukan, karena yang ada dihadapannya adalah seseorang yang merebut cintanya.
Walaupun bukan salah Felly, tetapi yang namanya manusia pasti gitulah.
Terbukti dari cara Gea menjawab permohonan maaf Felly yang sedikit ketus, "Hm, kurang-lebih setengah jam." ucap Gea cuek.
"Maaf ya." mohon Felly lagi, kali ini dengan menggenggam tangan Gea yang berada di atas meja.
Dengan gerakan kasar Gea menyentak tangan Felly, "Udah gak usah basa-basi, lo to the point aja tujuan lo apa. Jujur, gue gak suka lama-lama sama orang yang baru kenal." ucap Gea bertambah jutek.
"Ehm. Gimana kalo kita pesen makanan dulu, biar sambil makan ngomongnya." tanya Felly memberikan saran.
"Hm." gumam Gea yang berarti setuju.
•••••••••
"Huftt." Gea menghela nafas panjang.
Saat ini, ia baru saja sampai rumah. Ia sedang berbaring dengan masih menggunakan pakaiannya tadi pagi. Alias belum mandi.
Ia tampak sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya pusing.
"Jadi gue harus gimana?" gumam Gea sembari menatap langit-langit.
Gea terlihat gusar dan banyak pikiran, ntah apa yang dipikirkannya hanya ia dan tuhan yang tau. Tambah satu lagi deh, serta author yang tau hehe.
"Au ah, puyeng gue. Mending mandi." ujarnya sebelum melangkah menuju kamar mandi dengan handuk yang sudah diambilnya.
Setelah menyelesaikan kegiatan mandinya ia mendapat telepon dari nomor yang tak dikenal. Karena Gea merupakan orang penting yang bisa ditelepon oleh orang kapan saja, dengan santai ia menjawab sambungan.
"Halo!" sapa orang di seberang sana.
"Maaf, ini siapa ya?" tanya Gea dengan sopan, takutnya yang menelepon adalah orang tua dari pasiennya.
"Masa lo gak inget suara gue sih?" tanya orang tersebut lagi.
"Bentar, Jamed ya?" tanya Gea ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLORINNO (On Going)✔️
Teen FictionDIMOHON UNTUK FOLLOW SEBELUM MEMBACA<3 Mencintai seseorang yang berjanji untuk menjadikan kita wanita satu-satunya tetapi malah melupakannya sangatlah menyakitkan. Jika hati tak mampu menepati lebih baik jangan berjanji. Sesungguhnya patah hati pali...