Bab 1 - Akhir Adalah Awal

3.2K 274 19
                                    

Akhir Adalah Awal

Pria itu menatap hasil kerjanya selama dua tahun terakhir ini dengan puas. Ia berdiri di depan dinding kaca kantornya, mata elangnya menatap resort yang terpampang di depan sana. Ia sudah berada di negara ini untuk membangun resort itu, mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mengawasi pembangunan resort itu. Dalam hitungan hari, dia bisa pulang ke Indonesia, mengingat ayahnya sudah memberinya tugas untuk pembangunan resort baru yang sudah setengah jalan di sana.

"Pak Nathan." Panggilan lembut seseorang itu menyeret Nathan keluar dari lamunannya.

Ketika ia menoleh, sekretarisnya, Nadia, sudah berdiri di sebelahnya, tersenyum padanya dan memberitahukan bahwa acara pembukaannya akan segera dimulai, sehingga Nathan harus segera bersiap-siap. Ia mengikuti Nadia dengan patuh, sementara dalam hati mendesah pelan. Kenapa bukan ayahnya saja yang melakukan ini? Nathan tidak terlalu suka hadir di pesta seperti ini.

Namun sepertinya, ia tahu apa tujuan ayahnya sebenarnya. Dalam pesta seperti ini, rekan bisnis Nathan, atau teman-teman ayahnya, akan datang dan menanyakan pertanyaan yang membuat Nathan tak bisa menjawab apa pun selain dengan senyum; kapan kau akan menikah dan membangun keluarga?

Jujur, Nathan benar-benar tidak membutuhkan itu saat ini. Ia masih menikmati kesendiriannya, kesibukannya, dan waktu luangnya. Ia lebih menikmati menghabiskan waktunya untuk membangun resort alih-alih membangun keluarga. Ia tidak ingin direpotkan untuk memikirkan pasangan, apalagi keluarga. Ia sudah melihat betapa beratnya hidup berkeluarga, seperti yang dilihatnya dari teman-temannya. Mereka selalu mengaku lelah, meski mereka mengatakan itu sambil tersenyum.

Nathan selalu berpikir bahwa teman-temannya itu adalah orang-orang idiot. Mereka mengaku lelah dengan pernikahan, tapi mereka masih saja melanjutkannya sambil tersenyum seperti orang bodoh. Nathan tidak akan pernah mau seperti itu. Meski ia tak pernah benar-benar berpikir, bagaimana kehidupan berkeluarga itu, tapi dengan melihat sekitarnya saja ia sudah tahu.

Lagipula, sejauh ini Nathan bisa mengurus hidupnya sendiri dengan sangat baik. Hidupnya begitu sederhana, santai, dan menyenangkan. Dan Nathan, tak sedikit pun merasa ingin mengubah hidupnya saat ini. Ia sudah amat sangat puas dan bahagia dengan hidupnya saat ini.

Nathan tersenyum mendengar suara tepuk tangan para tamu yang hadir di pesta pembukaan resort itu, ketika Nathan memotong pitanya sebagai tanda pembukaannya. Seandainya tidak pernah ada yang menyinggung tentang pasangan ataupun keluarga, Nathan mungkin akan menyukai acara ini, atau pesta perusahaan di mana pun. Selama tidak ada pertanyaan yang membuatnya mual seketika;

"Kapan kau akan menikah dan membangun keluarga?"

***

Talitha memijit pelipisnya yang mendadak terasa sakit ketika mendengar suara tangisan bayi dari lantai atas. Talitha mengeluh pelan karena game online-nya sedang berlangsung. Sambil terus berusaha melawan musuhnya di game dari ponsel, Talitha beranjak naik ke lantai dua, ke kamar keponakannya yang masih berusia satu tahun, Jia.

Dengan tatapan masih tertuju pada layar ponselnya, satu tangan Talitha bergerak cepat mengecek popok Jia. Setelah memeriksa bahwa Jia tidak mengompol, Talitha mengambil botol susu. Jika tidak mengompol, Jia mungkin haus, begitu pesan Nania tadi.

Jia sudah tertidur dengan nyenyak sejak dua jam lalu. Talitha sama sekali tak menyangka keponakannya itu akan terbangun karena haus. Ternyata dia sama saja dengan orang dewasa. Jika saja kakaknya ada di rumah, Talitha tidak perlu direpotkan dengan hal-hal seperti ini. Masalahnya, sepanjang hari ini, kakak dan kakak iparnya, Nania dan Juna, berencana untuk berkencan seharian dan menitipkan Jia padanya.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang