Sorry
"Uh ... kupikir, aku dan pengacara itu yang sedang tidak akur, tapi kenapa sepertinya justru kau dan Talitha yang tampak canggung satu sama lain?" tanya Evita ketika mereka selesai makan malam dan Talitha langsung pamit lebih dulu untuk menidurkan Jia.
Nathan menghela napas. "Ini semua karena kau dan Miko," tuding Nathan.
"Wow. Lihat siapa yang menyalahkan siapa dengan tak tahu malunya," balas Miko sembari menggigit apel di tangannya. Semakin lama, Miko dan Evita semakin mirip dengan satu sama lain.
"Aku ingin kalian berhenti bertengkar di depan Talitha," tandas Nathan tanpa basa-basi.
"Hei, kami tidak bertengkar," protes Miko tak terima. "Sepupumu yang mengabaikanku."
"Tapi, apa yang kau lakukan hingga membuat Talitha marah padamu?" tanya Evita, membuktikan kebenaran kata-kata Miko tentang dia yang mengabaikan Miko. Dia bahkan tak menyebutkan nama Miko ketika menyebutkan pria itu. Dan dia tak sedikit pun merasa bersalah atas itu.
"Aku hanya mengatakan padanya jika aku akan bicara padamu untuk tidak menunjukkan hubungan burukmu dengan Miko di depannya," ungkap Nathan. "Dan dia sepertinya kecewa. Dia bahkan berpikir jika aku tak bisa memercayainya sepenuhnya."
"Wow. Kau benar-benar mengatakan itu padanya?" Evita menggeleng takjub. "Aku tidak menyalahkan Talitha jika dia marah padamu."
"Aku hanya tak ingin dia khawatir berlebihan karena kalian," tukas Nathan. "Aku sendiri tak begitu peduli pada apa pun yang kalian lakukan. Tapi, Talitha sepertinya tak bisa untuk tidak peduli." Nathan menghela napas.
"Hanya karena kau sudah menyatakan perasaanmu pada Talitha dan dia menunjukkan sedikit ketertarikan padamu, kau sepertinya menjadi ceroboh, Kak," cetus Evita. "Talitha adalah orang yang tak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan. Dan kau berani menunjukkan sisi hipokritmu padanya?" Evita meledek. "Apa kau berhalusinasi jika dia sudah tergila-gila padamu atau apa?"
Nathan mengernyit. "Aku tahu, aku melakukan kesalahan," tukasnya. "Jadi, jika kau tak punya solusinya, kau bisa berhenti meledekku."
Evita mendengus tak percaya. "Jika Talitha melihatmu yang seperti ini, dia mungkin akan mempertimbangkan perasaannya padamu."
Nathan kembali mengernyit. Ah, bahkan meski gadis itu tak lagi bisa menyukai Nathan karena diri Nathan yang sebenarnya, dia tak bisa menyalahkan gadis itu. Apa yang dia harapkan? Bukankah sejak awal, dia tahu jika gadis itu terlalu baik untuknya?
Bunga di kotak kaca, tidak akan bisa menerima kehadiran serigala dari hutan liar, kan?
***
"Jia, apa yang harus Mama lakukan sekarang?" Talitha bertanya dalam gumaman sedih pada Jia yang asyik bermain balok.
Jia sempat menatap Talitha, lalu menyodorkan sebuah balok berbentuk segi panjang tipis pada Talitha sembari tersenyum lebar. Talitha tersenyum geli dan menerimanya.
"Terima kasih, Jia," ucap Talitha.
"Lo! Lo!" pekik Jia kemudian sembari menunjuk balok di tangan Talitha.
Talitha mengangkat alis bingung. "Apa?"
Jia merangkak menghampiri Talitha dan mengambil balok dari tangan Talitha, lalu mengangkatnya ke telinga dan berbicara,
"Lo! Pa! Pa!"
Talitha tertegun, tapi kemudian ia tertawa, gemas dengan tingkah Jia.
"Ah, Jia menelepon Papa?" Talitha memastikan apa yang Jia lakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Project
LosoweDunia Talitha seolah runtuh ketika ia harus kehilangan kakak dan kakak iparnya, meninggalkannya dengan Jia, bayi mereka yang masih berumur satu tahun. Talitha bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana bisa dia mengurus keponakannya? Natha...