Bab 39 - Explanation

122 11 1
                                    

Explanation

"Fffiuh ... akhirnya ..." ucap Talitha lega setelah mengosongkan setengah botol air yang dibawakan Nathan tadi.

Ia bahkan tak bisa marah pada Nathan meski pria itu sudah menakutinya ketika tahu pria itu sudah berdiri di sana selama satu jam lebih hanya untuk bicara pada Talitha.

"Terima kasih," ucap Talitha pada Nathan.

Nathan hanya mengangguk. Namun, ekspresi pria itu tampak begitu serius.

"Bisa kita bicara di kamarku?" tanya Talitha. "Aku tak ingin mengganggu tidur Jia."

Talitha juga khawatir jika Evita atau Miko ikut mendengar percakapan mereka jika mereka bicara di depan kamar Jia.

"Baiklah," jawab Nathan.

Mereka lantas keluar dari kamar Jia dan pindah ke kamar Talitha. Nathan masuk lebih dulu, baru setelahnya, Talitha masuk dan mengunci pintu kamarnya.

"Itu ... apa kau perlu menguncinya?" Nathan bertanya dengan sedikit panik.

"Kenapa?" tanya Talitha bingung. "Apa kau khawatir aku akan mengurungmu di sini atau apa?"

"Tidak, bukan itu. Tapi ..." Nathan menatap Talitha, lalu berdehem pelan. "Baiklah, tidak masalah. Aku hanya khawatir kita akan membutuhkan waktu lebih lama untuk membuka kunci jika Jia tiba-tiba menangis."

"Ah! Kau benar!" Talitha lantas berbalik dan kembali membuka kunci pintu kamarnya.

"Malam ini aku masih harus membereskan beberapa pekerjaan, jadi aku akan menemani Jia di kamarnya," Nathan berkata kemudian.

"Tapi, malam ini jadwalku menjaga Jia," sebut Talitha.

"Aku juga tidak akan bisa tidur karena pekerjaanku, jadi aku bisa sekalian menjaga Jia," ucap pria itu. "Karena itu, kau bisa beristirahat. Aku tahu, kau juga pasti lelah karena harus menyiapkan banyak hal untuk pernikahan kita."

"Ah ... itu," gumam Talitha. "Karena Evita banyak membantuku dan kau sudah menyewa Wedding Organizer, jadi tidak banyak yang kulakukan selain memilih dan memutuskan apa yang sudah mereka siapkan."

"Tapi, tetap saja. Kau juga masih harus menemani Jia seharian," tandas pria itu. "Jika kau bisa beristirahat dengan baik, besok kau bisa maksimal menemani Jia bermain."

"Baiklah, terima kasih," Talitha mengalah. Ia tak mengajak pria itu bicara untuk berdebat dengannya tentang masalah seperti ini. Lagipula, dia tak mengatakan hal yang salah.

Namun, Talitha sekali lagi disadarkan, tentang betapa banyak yang telah pria itu lakukan untuknya dan Jia.

"Kau ... apa kau tidak kecewa padaku?" singgung Talitha.

Nathan mengerutkan kening. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Itu ... karena aku selalu bicara tentang bagaimana aku menyukaimu ketika perasaanku bukan apa-apa dibandingkan perasaanmu ..."

"Talitha, kenapa kau berpikir seperti itu?" Nathan terdengar kaget.

"Maaf," ucap Talitha. "Aku bahkan melampiaskan kemarahanku pada diriku sendiri padamu. Aku ... benar-benar tidak tahu diri, kan?" Talitha menatap Nathan penuh penyesalan.

Namun, mengejutkan Talitha, pria itu tiba-tiba menghambur ke arah Talitha dan memeluknya.

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Talitha?" Suara pria itu terdengar cemas. "Kenapa kau bisa berpikir seperti itu tentang dirimu dan perasaanmu?" Bahkan kali ini, suaranya terdengar terluka. "Jika ini karena aku, aku benar-benar minta maaf, Ta. Aku minta maaf jika aku membuatmu berpikir seperti itu."

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang