Melangkah Maju
Talitha tak bisa menahan isak harunya ketika melihat Jia berdiri sendiri dan mengambil langkah pertamanya.
"Oh, Jia ..."
Talitha menghambur ke arah Jia dan berlutut di depan keponakannya itu untuk memeluknya. Talitha tak tahu bagaimana Nathan menyiapkan ini tanpa sepengetahuannya. Pria itu selalu sibuk mengawasi urusan persiapan pesta pertunangan ini. Namun, dia masih sempat membagi waktunya untuk menyiapkan kejutan seperti ini.
Pria itu mungkin tak tahu, betapa berartinya ini bagi Talitha. Ketika melihat Jia mengambil langkah pertamanya tadi, langkah yang mungkin hanyalah sepanjang sepuluh senti tadi, keponakannya itu seolah mengajak Talitha untuk ikut melangkah maju bersamanya. Seolah ia tahu ... Talitha masih saja berkutat dengan masa lalunya.
Dan jika Talitha terus seperti ini, Jia mungkin akan meninggalkannya. Tak ada yang lebih menakutkan Talitha daripada itu. Karena saat ini, hanya Jia yang dimilikinya.
Namun, seolah ingin membantah pikiran Talitha itu, dirasakannya rangkulan lembut di bahunya diikuti usapan lembut di puncak kepalanya. Ya. Sekarang ada Nathan juga bersama mereka.
"Aku tahu kau senang dengan kejutannya, tapi bisakah kau memikirkan perasaan Jia yang sedang meronta di pelukanmu? Lebih baik kau melepaskannya sebelum dia ..."
"Argh ..." Talitha memekik kaget, sekaligus kesakitan karena Jia menjambak rambutnya.
"Menjambak rambutmu," Nathan menyelesaikan kalimatnya.
"Apa-apaan ini, Nathan?" protes Talitha sembari menoleh pada Nathan dan melepaskan pelukannya pada Jia.
Nathan berdehem. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia belakangan melakukan jika aku berpura-pura tidur saat aku kelelahan setelah melatihnya berjalan," jawab Nathan. "Karena itu, berhati-hatilah."
Talitha mendengus tak percaya, tapi kemudian dia tersenyum. Ia sama sekali tak tahu masalah apa yang harus dihadapi Nathan saat melatih Jia untuk satu langkah kecil ini.
"Terima kasih, sungguh," ucap Talitha sepenuh hati.
"Karena dia sudah pintar menjambak?" tanya Nathan.
Talitha tak bisa menahan dengusan gelinya. "Well, untuk semua perkembangan Jia selama waktu yang singkat ini, terima kasih," ucapnya.
"Akan kuterima terima kasihmu, jadi kau bisa berhenti menangis," ucap pria itu.
Dan sebelum Talitha sempat melakukannya, pria itu sudah lebih dulu menyentuh wajah Talitha dan menghapus air matanya. Dan Talitha tak tahu kenapa, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang ketika ia menyadari, bagaimana tangan pria itu dengan lembut menyentuh wajahnya.
***
Terlepas dari Nathan yang lepas kendali dan dengan entengnya menyentuh wajah Talitha untuk menghapus air matanya, pesta pertunangan mereka berlanjut dan berjalan lancar di sisa acara. Setelah mereka bertukar cincin, acara dilanjutkan dengan makan-makan.
Nathan hanya berharap, di masa depan, ia tidak harus melihat Talitha menangis lagi. Atau, dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya pada gadis itu. Bahkan saat ini saja, melihat krim kue di ujung bibir Talitha, tangan Nathan terasa gatal untuk mengusap krimnya dari wajah gadis itu.
Ada apa dengan Nathan?
Tenang. Mungkin itu hanya keinginan Nathan untuk berperan sebagai tunangan Talitha dengan baik di depan orang tua Juna. Ya, hanya itu.
Namun, ketika Miko akhirnya datang dan langsung menghampiri Talitha, Nathan tak tahu kenapa tangannya sudah bergerak saja ke ujung bibir gadis itu dan menghapus krim di sana. Talitha menoleh pada Nathan alih-alih pada Miko, tampak terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Project
RandomDunia Talitha seolah runtuh ketika ia harus kehilangan kakak dan kakak iparnya, meninggalkannya dengan Jia, bayi mereka yang masih berumur satu tahun. Talitha bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana bisa dia mengurus keponakannya? Natha...