Bab 36 - Resolve

110 12 2
                                    

Resolve


Setelah Miko mengatakan jika dia bisa mengurus masalahnya dengan Evita sendiri, Talitha mengajak Nathan turun. Mereka pergi ke dapur karena Talitha ingin mengambilkan minum untuk Evita. Dia bilang, Evita mungkin perlu minum untuk menenangkan diri, tapi jika dia turun sendiri, dia akan berpapasan dengan Miko di tangga.

Sungguh, gadis itu mengkhawatirkan hal-hal yang bahkan tak dipikirkan Nathan. Meski Nathan merasa kasihan pada Miko, tapi dia tak sedikit pun berniat membantu pria itu. Well, untuk seseorang yang pernah menyebut Nathan pengecut, tidakkah dia seharusnya melakukan hal yang sebaliknya dari Nathan?

Namun, melihat bagaimana pria itu tampak gamang dan terpuruk seperti itu, Nathan berpikir jika dia pantas mendapatkannya. Setidaknya dia harus menderita seperti Nathan, dengan begitu, ini akan sedikit adil. Lagipula, saat ini tak ada yang bisa mereka lakukan.

Seperti yang dikatakan Miko, Evita tidak akan mendengarkan apa pun yang akan mereka katakan tentang Miko saat ini. Karena Evita lebih percaya pada apa yang dilihatnya sendiri. Bukankah karena itu, dia juga tidak bisa memercayai Nathan sepenuhnya sampai dia melihat sendiri jika Talitha dan Jia baik-baik saja bersama Nathan?

Setelah membawa sebotol jus dan sebotol air dingin, Talitha mengajak Nathan pergi. Gadis itu memimpin di depan Nathan yang sebenarnya agak enggan turut campur masalah mereka. Itu bukan masalah yang bisa dicampuri Nathan.

Namun tiba-tiba, di anak tangga terbawah, Talitha berbalik dan mendorong Nathan ke tembok di sebelah tangga. Nathan belum sempat bertanya ketika gadis itu meletakkan jari telunjuknya ke bibir Nathan. Nathan ingat, ia pernah melihat situasi ini di salah satu film yang terpaksa ia tonton karena teror Evita yang minta ditemani menonton.

Ya. Itu adalah adegan romantis. Namun, ada apa dengan hantaman botol kaca jus di dagu Nathan ini? Seingatnya, di adegan romantis film itu tidak ada botol jusnya. Namun, Nathan segera mengingatkan diri, ini Talitha. Setidaknya gadis itu masih menggunakan jari telunjuknya alih-alih menyumpal mulut Nathan dengan botolnya.

Dan Nathan tak perlu lagi mempertanyakan alasan Talitha melakukan itu ketika mendengar suara Evita dari tangga. Sepertinya, kekhawatiran Talitha terjadi. Evita bertemu dengan Miko di tangga.

"Apa yang kau lakukan ini?" Suara Evita terdengar dingin. "Kau ingin menarik simpati Talitha? Atau, kau ingin membuat aku menjadi orang jahatnya di sini?"

"Apa aku tampak seperti itu di matamu?" balas Miko, tak terdengar menyalahkan Evita. Justru, suara pria itu terdengar lebih ke arah pasrah, atau mungkin ... putus asa.

"Ya," jawab Evita. "Bukankah kau paling ahli dalam hal itu? Berakting seolah kaulah yang paling menderita." Suara Evita terdengar sinis.

"Tidakkah kau menilaiku terlalu rendah?" Miko bertanya.

"Kau yang menilai dirimu terlalu tinggi," tukas Evita.

"Kau benar-benar tak memiliki ekspekstasi apa pun tentangku, huh?" Miko mendengus pelan.

"Aku hanya tak ingin membuang waktu denganmu," tandas Evita.

Ouch. Evita dan kata-kata jujurnya yang terlalu kejam.

"Evita ... sejak kapan dia menjadi seperti itu? Kenapa dia bisa mengatakan hal seperti itu pada Miko?" bisik Talitha. "Dulu, dia tidak seperti ini."

Talitha salah. Evita selalu seperti ini. Hanya saja, sebelum mengenal Talitha, dia berusaha menyembunyikan dirinya yang seperti ini. Dia selalu merasa memiliki kewajiban untuk menjadi gadis sempurna untuk semua orang. Sampai Talitha mengajarkannya untuk menjadi dirinya sendiri, tak peduli apa pun yang dikatakan orang lain tentangnya.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang