Yang Ditinggalkan
Tante Nenny memeluk Talitha sebelum mereka berangkat ke pemakaman. Talitha lagi-lagi menangis di pelukan wanita itu. Talitha tak tahu bagaimana caranya menghentikan air matanya. Setiap kali ia menatap Jia, air matanya kembali mengalir deras. Hatinya terasa sangat sakit. Talitha bahkan tak bisa mendeskripsikan sakitnya. Terlalu sakit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Semalaman Jia menangis dan baru tidur setelah jam dua pagi. Talitha tahu, Jia juga tahu bahwa orang tuanya sudah pergi. Semalaman, Talitha menangis di samping box bayi Jia. Air matanya tak bisa berhenti mengalir sejak semalam. Dan ia tahu, betapa kacaunya keadaannya saat ini, tapi ia tak peduli.
Setidaknya, Jia sudah tidak menangis seperti semalam. Saat ini, Jia sedang tidur dengan tenang di kamarnya. Dan berkali-kali, Talitha merasa harus naik ke kamar Jia hanya untuk mengecek bahwa Jia benar-benar hanya tidur. Sekarang, setelah Juna dan Nania pergi dengan cara seperti ini, Talitha tidak ingin kehilangan Jia juga.
Teman-teman Nania dan Juna yang ikut ke pemakaman hari itu tampak sedih karena kehilangan mereka. Talitha tahu, kakak dan kakak iparnya adalah orang-orang yang baik. Talitha sendiri masih tak percaya, tak mau percaya, bahwa keduanya benar-benar telah pergi. Bahkan setelah upacara pemakaman selesai, Talitha masih berdiri di sana, menatap kedua nisan yang bersebelahan itu.
Tidakkah ini hanya mimpi? Seharusnya ini hanya mimpi. Namun, jika terasa sesakit dan sesedih ini ... tidakkah itu terlalu nyata? Talitha berjalan dan duduk di antara kedua nisan itu. Ia tak lagi bersusah payah menghapus air matanya kini, menyadari itu hanya akan menghabiskan tissue, bahkan membasahi pakaiannya. Karena tidak bisa memaksa air matanya untuk berhenti mengalir, kali ini ia hanya akan mengalah.
Seperti halnya ia mengalah pada takdir yang merenggut nyawa kakak dan kakak iparnya. Talitha memejamkan mata, masih teringat dengan jelas ketika kemarin mereka berdua berpamitan padanya. Talitha sedang menggendong Jia, bergantian Juna dan Nania mencium putri mereka. Mereka bahkan memeluk Talitha dan Jia bersama-sama. Kemarin Talitha protes mereka membuatnya sesak karena tingkah konyol mereka itu. Dan sekarang, ia menyesali kata-katanya.
Saat ini, ia tidak keberatan jika ia sampai kehabisan napas karena Juna dan Nania memeluknya seperti kemarin. Saat ini, ia tidak akan mengeluh jika Juna mengacak rambutnya seperti kemarin. Saat ini, ia tidak akan mengeluh ketika Nania mencium kening dan kedua pipinya, seolah ia masih adik kecilnya yang dulu. Saat ini, Talitha tidak akan mengeluh jika kedua orang itu meledeknya di setiap kesempatan.
Jika itu berarti mereka bisa kembali, Talitha tidak akan keberatan dengan apa pun yang harus ia lakukan. Ia tidak akan keberatan harus menjaga Jia jika mereka berkencan. Ia tidak akan keberatan harus mencuci piring karena Jia menangis mencari Nania. Ia tidak akan keberatan mengalah untuk menonton televisi pada Juna jika Juna sedang ingin menonton sepak bola.
"Aku berjanji, aku tidak akan mengabaikan pesan kalian lagi, tapi kumohon jangan seperti ini," ucap Talitha sedih. Ia menatap nisan Nania. "Kak, jika kau kembali, aku berjanji aku tidak akan makan mie instan mentah lagi. Aku berjanji, aku akan mengurangi minum soda. Aku berjanji, aku akan tidur lebih teratur. Aku berjanji, aku akan belajar memasak." Talitha menunduk dengan air mata berjatuhan semakin deras.
Talitha menoleh ke nisan Juna dan berkata, "Kak Juna, aku berjanji, aku tidak akan memakai koranmu untuk tempat sampah dadakan lagi. Aku berjanji, aku tidak akan memberi garam lagi jika membuatkan kopi atau teh untukmu. Aku berjanji, tidak akan mencarimu hanya untuk mengecek suara-suara aneh yang membuatku takut. Aku berjanji, aku akan merapikan kamarku setiap hari. Tapi ... kembalilah, Kak ..."
Talitha tak lagi menahan tangisnya kemudian. Tangis sedih yang memilukan. Ia sadar, selama ini ia selalu bergantung pada Nania dan Juna. Bahkan ketika ia masih tinggal sendiri, kakak dan kakak iparnya mengeceknya begitu sering dan mengirimkan makanan yang sehat untuknya. Hingga akhirnya, keduanya menyeret Talitha untuk kembali ke rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Project
AcakDunia Talitha seolah runtuh ketika ia harus kehilangan kakak dan kakak iparnya, meninggalkannya dengan Jia, bayi mereka yang masih berumur satu tahun. Talitha bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana bisa dia mengurus keponakannya? Natha...