Bab 31 - Start Over

311 40 1
                                    

Bab 31

Start Over

Nathan kembali membaringkan Jia di box bayinya setelah anak itu kembali tidur. Sebaiknya Nathan menunggui Jia di kamar ini. Nathan keluar dari kamar itu untuk mengambil laptop dan ponsel agar ia bisa bekerja sambil menunggui Jia, tapi langkahnya terhenti di pintu kamar itu ketika melihat sesuatu, atau lebih tetapnya, seseorang, duduk meringkuk di samping pintu.

Talitha tampak mengubur wajah di lututnya yang tertekuk. Kedua tangannya memegangi kepala. Tidak. Gadis itu menjambak rambutnya sendiri. Khawatir Thalitha melukai dirinya sendiri, Nathan refleks menangkup tangan gadis itu.

Talitha tampak terkejut ketika ia mendongak. Nathan segera menjelaskan,

"Maaf, aku tak bermaksud menyinggungmu dengan menyentuhmu tanpa izin. Aku hanya khawatir kau akan melukai dirimu sendiri jika kau menjambak rambutmu seperti itu."

Talitha menarik tangannya dan menunduk. "Aku tahu kau tak bermaksud buruk. Kau tak pernah ... bermaksud buruk," Talitha terdengar sedih. "Karena itu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang."

Nathan mengernyit. Seperti yang ia duga, perasaannya akan menjadi beban untuk gadis itu. Nathan tak tahu harus mengatakan apa untuk menenangkan gadis itu, tapi ia lantas duduk di sebelah Talitha. Nathan menekuk kaki dan menyandarkan kedua lengan di atas lutut, lalu bersandar ke belakang. Ia mendongak menatap langit-langit.

Selama beberapa saat, mereka berdua hanya saling diam, duduk bersisian seperti itu. Nathan hanya harus bersyukur karena Talitha sudah tak menangis lagi.

"Aku benar-benar minta maaf," ucap Talitha kemudian.

Nathan tak ingin mendengarkan permintaan maaf gadis itu. Untuk alasan apa pun. Ia tahu akan seperti ini, karena itu, ia tak ingin mengungkapkan perasaannya. Namun ...

"Aku bereaksi seperti itu ketika kau berkata tentang kita yang memanfaatkan satu sama lain, tanpa menyadari jika selama ini aku sudah memanfaatkan perasaanmu," sebut Talitha.

Nathan mengernyit. Dadanya terasa sakit mendengar itu. Ia tak keberatan Talitha memanfaatkan perasaannya. Namun, permintaan maaf dan rasa bersalah gadis itu yang membuat dada Nathan terasa berat seperti ini.

"Sebenarnya, inilah alasanku tak ingin mengungkapkan perasaanku padamu," ungkap Nathan. "Karena aku tahu, kau akan bereaksi seperti ini."

"Maaf ..."

Lagi-lagi Talitha meminta maaf.

"Aku tidak melakukan ini untuk mendengar permintaan maafmu, Talitha," ucap Nathan, gagal menyembunyikan kekecewaannya. "Aku hanya ingin membantumu di sampingmu. Bukan untuk menambah bebanmu."

"A-aku tidak pernah berpikir seperti itu tentangmu," tukas Talitha, terdengar panik. "Siapa yang bilang kau menambah bebanku? Kau tidak tahu betapa bersyukurnya aku karena ada kau yang selalu membantuku. Justru sebaliknya ... aku selalu merasa diriku dan Jia menjadi beban untukmu."

"Kenapa kau berbicara seperti itu tentang kau dan Jia?" tepis Nathan. "Kalian tidak pernah menjadi beban untukku. Sudah kubilang, aku yang ingin berada di samping kalian. Kau tak tahu betapa bahagianya aku bisa melewati hari-hariku bersama kau dan Jia. Aku bahkan tak bisa berhenti memikirkan kalian jika aku tak melihat kalian. Bahkan di kantorku pun ..." Nathan berhenti ketika menyadari ia mulai mengatakan hal yang sebenarnya ingin ia sembunyikan.

Jika Talitha tahu seberapa dalam perasaannya, itu hanya akan menambah bebannya. Nathan berusaha mengoreksi kemudian,

"Talitha, maksudku ..." Kalimat Nathan berhenti ketika ia menoleh dan melihat wajah Talitha yang begitu merah padam. Apa yang terjadi? "Talitha, ada apa? Kau baik-baik saja?" panik Nathan sembari menangkup wajah Talitha.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang