Bab 13 - Berbagi Hidup

1.3K 183 20
                                    

Berbagi Hidup

"Maaf," ucap Nathan di tengah sarapan mereka pagi itu.

Talitha tersenyum geli teringat alasan kata maaf pria itu. "Kau sudah mengatakannya lebih dari sepuluh kali semalam."

"Tetap saja, maaf. Aku hanya ... terlalu terkejut semalam," ungkap Nathan.

"Aku yang keterlaluan mengucapkan hal seperti itu," tepis Talitha. "Aku hanya berbicara tanpa berpikir. Kau tahu, itu kebiasaan terburukku." Talitha meringis.

Nathan mengangguk. "Semalam aku sudah memikirkannya. Kurasa, kita bisa membeli satu lagi box bayi. Jadi, Jia saja yang tidurnya berpindah sesuai jadwal jaga kita. Bagaimana?"

Talitha langsung mengangguk. "Begitu lebih baik. Kita bisa belanja box bayi sekalian membeli cincin besok."

Nathan mengangguk setuju. "Kita harus membeli mainan dorong untuk Jia agar dia belajar berjalan juga."

"Kita masih harus memasang pagar pengaman bayi di sekeliling rumah," tambah Talitha.

Nathan tersenyum geli. "Jadwal kita sangat padat."

Rengekan Jia seketika mengalihkan perhatian mereka pada bayi yang duduk di kursi di antara mereka. Talitha langsung menggeleng ketika Jia hendak merebut sendok di tangan Talitha.

"Tidak, Jia," tegas Talitha.

Jia merengut. Ketika Talitha menyuapinya, Jia menolak membuka mulut.

"Kau tidak akan mendapatkan apa pun dengan bersikap seperti ini," Talitha memberi peringatan, entah Jia mengerti atau tidak.

Jia menatap Talitha penuh permusuhan.

"Kau juga tidak akan mendapatkan apa pun dengan menatapku seperti itu." Talitha mengetuk kening Jia dengan jari telunjuknya.

Jia memanyunkan bibirnya sebelum membuka mulut, diiringi suara tangisan kesal. Talitha menghela napas.

"Tidakkah ini terlalu pagi untuk sebuah pertengkaran, Ladies?" Nathan angkat bicara.

"Nona ini tidak mau bekerja sama, Sir," balas Talitha.

Nathan tersenyum geli dan meminta sendok di tangan Talitha.

"Kau akan menyesal detik kau mengalah padanya," Talitha mengingatkan pria itu.

"Aku akan mencoba berbicara dengannya," ucap Nathan.

Jia bahkan masih menangis, bagaimana pria itu akan mengajaknya berbicara?

"Dia tidak akan mengerti."

"Aku tetap akan berbicara padanya," keukeuh Nathan.

Talitha menghela napas, menyerah dan memberikan sendok makan Jia pada Nathan.

"Kau bisa mulai sarapan sambil menonton," kata Nathan lagi.

"Yeah, siapa tahu aku bisa menonton bubur berterbangan bagai salju di atas kepalamu," sahut Talitha santai.

Nathan tergelak. "Kau tak perlu mengingatkanku sekeras itu. Aku masih mengingatnya dengan sangat baik. Seolah baru kemarin."

"Karena memang baru kemarin," tukas Talitha.

Nathan tersenyum geli sebelum dia membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Jia.

"Jia mau ini?" tanya Nathan sembari mengangkat sendok di depan wajah Jia. Seketika tangis Jia berhenti. Anak itu mengulurkan tangan hendak mengambil sendok, tapi Nathan menjauhkannya.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang