Bab 9 - Kontrak Pernikahan

1.4K 194 20
                                    

Kontrak Pernikahan

"Kita sudah membereskan satu masalah tentang mengurus Jia. Sisanya kita bisa belajar pelan-pelan. Selain itu ... tentang pertunangan dan pernikahan kita ..."

Talitha meletakkan selembar kertas dan bolpoin di meja ruang tamu. Sementara Jia tidur siang, mereka memutuskan untuk berbicara sambil menunnggu pengacara Juna yang akan datang.

"Aku sudah berbicara di telepon dengan pengacara Kak Juna tadi. Nanti dia akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi, sembari menunggunya, kau bisa menuliskan syarat-syaratmu. Meski aku tahu, kau melakukan ini untuk membantuku atas permintaan Evita, juga karena kau membutuhkan pernikahan, tapi tetap saja, tuliskan itu. Jadi, aku tahu apa yang harus aku lakukan," ucap Talitha.

Nathan menatap Talitha selama beberapa saat, lalu bertanya, "Sebelum itu, boleh aku tahu syaratmu lebih dulu?"

Talitha berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Tidak ada. Kau sudah memenuhi semua syarat yang kuperlukan. Pengusaha sukses yang mau menikah denganku. Pria baik yang memaklumi kegilaanku. Kau juga bersedia bekerja sama mengurus Jia denganku. Tak ada pilihan lain yang lebih baik dari itu untuk saat ini."

Nathan lalu menatap kertas di atas meja di antara mereka itu. "Syaratku ... tidak ada."

Talitha mengerutkan kening heran. "Kenapa tidak ada?"

"Karena aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan. Pernikahan," jawab Nathan santai.

"Kau seharusnya menuliskan tentang aku atau Jia tidak mengganggumu bekerja, dan sebagainya," sebut Talitha.

"Tanpa perlu kutuliskan pun, kau akan melakukannya," balas Nathan.

"Memang, tapi ..."

"Aku hanya punya satu syarat untukmu," sela Nathan.

Talitha menatap Nathan, menunggu.

"Apa pun yang akan kau lakukan, diskusikan itu denganku dulu. Jangan membuat keputusan ceroboh seperti ketika kau menghadapi orang tua kakak iparmu. Bisakah aku meminta itu darimu?" tanya Nathan hati-hati.

Talitha mengerjap. "Oh, tentu." Gadis itu tersenyum kemudian. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Waktu itu, situasinya berbeda. Aku sendirian. Sekarang, aku punya kau."

Nathan terkejut mendengar ucapan Talitha.

"Benar, kan?" Talitha memastikan.

Nathan tersenyum dan mengangguk. "Ya. Kau punya aku sekarang. Jadi, jangan pernah melakukan apa pun sendiri lagi."

Talitha tersenyum tulus dan mengangguk. "Terima kasih banyak. Sungguh. Jika kau tidak datang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku dan Jia."

Nathan bahkan tak berani membayangkan jika yang saat ini menjadi calon suami Talitha bukan dirinya. Ia juga tak mau repot-repot membayangkan itu. Memikirkannya saja entah kenapa membuat Nathan kesal.

"Jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi, Talitha. Berjanjilah padaku," pinta N athan.

Talitha tersenyum. "Tenang saja. Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu lagi."

Nathan merasa lebih baik mendengar itu. Saat itulah, terdengar suara bel pintu. Talitha langsung berdiri dan pergi sambil berseru,

"Itu pasti Miko!"

Nathan takjub melihat Talitha tanpa ragu langsung membuka pintu untuk siapa pun yang memencet bel tadi. Meski untungnya, tamunya memang adalah orang yang ditunggu Talitha.

Pria tinggi berambut cepak itu memakai kemeja dan jas kantor. Dia tersenyum pada Talitha.

"Kau sudah makan? Jia?" tanya pria itu.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang