Chapter 47

15 1 0
                                    

Mobil hitam memasuki gerbang sebuah rumah dengan desain tropis.

Saat masuk saja, sudah terasa sejuk dan nyaman ketika memandangnya. Apalagi jika tinggal di dalamnya.

Sang pemilik rumah sudah pasti menginginkan kehidupan yang sehat untuk anak-anak mereka. Sehingga memutuskan memilih desain seperti itu.

"Silahkan masuk tante.."

"Ini rumah siapa ?"

Azka menjelaskan kepada Erina dan Atifa alasan ia membawa mereka ke rumahnya.

Untuk sementara, mungkin rumah Azka lebih baik untuk dijadikan tempat persembunyian mereka. Lingkungan tempat Azka juga aman, warga di sekitar saling menjaga jika ada yang berniat jahat memasuki kawasan mereka.

Kalau orangtua Azka, dia single parents. Ayahnya Azka meninggal saat ibunya Azka melahirkan adik perempuannya. Sehingga mereka hanya tinggal bertiga saja.

Untuk menghidupi kedua anaknya, ibu Azka membuka restoran tidak jauh dari rumah mereka, berseberangan jalan. Yang saat ini sudah berdiri sekitar lima cabang. Adik perempuannya masih sekolah, kelas dua SMA. Jika ada waktu kosong, kedua anaknya akan membantu ibunya di restoran.

"Ma.." Panggil Azka.

Seorang wanita paruh baya pun keluar dari dapur menghampiri kedatangan mereka.

"Halo, selamat datang.. Ayo, silahkan duduk."

Namanya Aruni. Bagi Azka dan adiknya, wanita yang ada di hadapannya saat ini adalah wanita yang hebat tiada duanya. Wanita yang mampu menghidupi dan membesarkan kedua anaknya hingga tumbuh dengan baik.

Aruni sudah menyiapkan makan malam untuk menyambut kedatangan Erina dan Atifa.

Tadi sebelum Azka membawa mereka ke rumahnya, Azka menghubungi Aruni terlebih dahulu.

Tidak lupa, Azka memperkenalkan ibu dan anak itu pada Aruni.

Sambil berbincang-bincang, makanan yang disiapkan oleh art-nya pun sudah siap. Sehingga mereka sudah bisa menyantap makan malam bersama.

Erina dan Atifa masih terlihat canggung dengan Aruni yang begitu ramah menyambutnya. Erina tidak menyangka bisa mengenal orang sebaik Aruni yang baru beberapa menit yang lalu dikenalnya.

"Ayo silahkan dimakan. Jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri."

"Makasih. Maaf sudah merepotkan kalian." Ucap Erina.

"Jangan minta maaf. Kami senang kok direpotkan. Ayo dimakan."

Begitulah seorang Aruni. Ia selalu bersikap baik dan ramah kepada siapapun. Meskipun dia memiliki kehidupan yang berkecukupan, tapi dia selalu membantu orang lain tanpa memandang siapa mereka. Orang-orang di sekitar tempat tinggalnya saja banyak yang dia pekerjakan direstorannya untuk membantu mereka. Karena separuh harta miliknya adalah milik orang lain yang lebih membutuhkan.

Selesai mereka makan, kedua orangtua mereka berbincang-bincang di ruang tamu, sementara Atifa memilih berjalan-jalan di sekitar rumah Azka mencari udara segar. Ia masih berusaha untuk menyesuaikan dirinya berada di rumah itu, terlebih lagi setelah dia dikurung berhari-hari di tempat yang sangat menakutkan baginya, seolah hidupnya akan berakhir ditempat itu.

Sebuah benda langit melingkar begitu sempurna dan bersinar terang di langit. Meski hanya ada satu, namun mampu menyinari seluruh alam semesta di kegelapan malam.

Azka memperhatikan Atifa yang sedang duduk menatap langit-langit kaca rumahnya.

Lalu menghampirinya.

Lalu menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang