THIRTY ONE : Heal Me, please

764 118 16
                                    

"Maaf sajangnim, maaf karena aku mengikutimu_" ucap Minju sambil menyeka darah kering di wajah Mingyu

"_juga tidak sengaja mendengarkan pembicaraanmu di telepon" sambungnya

"Jadi kau yang memanggil polisi tadi?" pertanyaan Mingyu hanya diangguki oleh Minju

Mingyu tersenyum kecil, sepertinya Minju gugup dan takut saat bersamanya "Terima kasih"

Minju kembali mengangguk, dan segera memalingkan wajahnya, mengalihkan atensinya pada sopir taksi di depan mereka

Gadis ini melihat semuanya

Dia melihatku

Dia takut padaku

_____

Mingyu kembali meraih cangkir kopi dan menyesapnya sambil memandangi ponsel ditangannya. Tidak ada balasa dari gadisnya setelah itu. Mungkin dia dipanggil lagi untuk syuting

Pria jakung itu beralih meraih jas kerja yang sudah tergantung rapi, sambil mengetik pesan kepada Minju bahwa sebentar lagi dia akan berangkat untuk menghadiri rapat kelanjutan dari kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Chaeyon

"Leo, aku pergi sekarang"

"Jangan lupa untuk makan" ucap Mingyu sambil mengelus tubuh Leo

Setelah memeriksa penampilannya rapi serta seluruh pintu dan jendela apartemennya aman. Namun langkahnya terhenti setelah mendapati seseorang berpakaian tertutup dan memakai masker di depan pintu utama

"Chaeyoung-ah?"

Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri, tidak ada orang lain. Setelah itu Mingyu segera menuntun Rose untuk masuk ke dalam apartemen

Pria itu tentunya bisa mengenali gadisnya meskipun memakai pakaian tertutup seperti sekarang. Kecuali hari itu, saat Mingyu mengira sebuah manekin adalah Rose, dia sedang bodoh saat itu

"Chaeng?" lirih Mingyu saat merasakan kedua lengan Rose melingkar di tubuhnya, memeluknya, sangat erat

Merasakan kejanggalan dengan perilaku gadisnya, Mingyu memilih diam. Mengelus surainya, membiarkan Rose melakukan apa yang ada di hatinya

"So tired"

Mendengar lirihan Rose, Mingyu semakin mendekap erat tubuh gadis itu sambil mengelus surainya. Rose menangis

Perlahan Mingyu mengangkat tubuh Rose, melepaskan kedua sepatunya, lalu membawa gadis itu ke tempat yang lebih nyaman

Mingyu melepas topi, masker, dan jaket Rose setelah mendudukkan tubuhnya pada sofa kamarnya dengan nyaman

"Salahku"

"Semua kacau" sambung Rose sambil mengeratkan kedua lengannya pada leher Mingyu

Mingyu hanya diam dan mengelus surai gadis diatas pangkuannya. Menungggu kalimat berikutnya dari bibirnya

Tiba-tiba Mingyu mengambil ponselnya dan mengetik disana tanpa menganggu ketenangan Rose

"Aku_"

Ucapannya terhenti setelah menceritakan apa yang terjadi. Suara tangisan itu kembali terdengar seperti rintihan. Tertahan terlalu lama, dan sekarang meledak

"No, you did a great job" ucap Mingyu sambil mengusap punggung Rose

"Just take some rest. Semua orang mendukungmu dan mencintaimu"

Mingyu mengeratkan pelukannya, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Rose untuk berbisik tepat pada telinganya

"Aku selalu disini"

Rose semakin menenggelamkan wajahnya beberapa saat, lalu sedikit menjauh namun dengan kepala yang masih tertunduk

Mingyu mengangkat wajah Rose lalu mengusap kedua pipinya perlahan, menghapus sisa air mata yang masih tersisa

Kedua ujung bibir pria itu terangkat, mencoba menghibur gadis di depannya "Tidurlah, istirahat yang cukup"

Tiba-tiba Rose mengulurkan tangannya untuk mengusap rahang Mingyu

Rose mengerutkan dahinya "Pasti sakit, sudah kubilang jangan berkelahi" ucap Rose dengan suara seraknya, jarinya terulur untuk mengusap plester disana

"Memarnya masih terlihat"

"Bukankah sudah beberapa hari yang lalu?" jarinya menyibak poni yang sengaja Mingyu buat untuk menutupi memar di dahinya. Biasanya pria itu selalu tampil dengan rambut rapi berpomade saat hendak bekerja

"Kenapa jadi seperti ini?"

Rose mendongakkan kepalanya, menatap kedua manik Mingyu di hadapannya "Jangan berkelahi, kenapa kamu tidak mendengarkan ucapanku"

"Gwenchana" ucap Mingyu buru-buru saat menyadari kedua mata Rose mulai berkaca-kaca lagi dengan kilatan amarah dibaliknya

"Sungguh" Mingyu mengusap telapak tangan Rose, mencoba meyakinkan hatinya

"Hm, kamu bisa menghukumku karena tidak patuh pada ucapanmu. Jadi, sekarang kamu bisa menghukumku"

Mingyu memejamkan kedua matanya erat sambil menunduk untuk menyejajarkan kepala mereka. Meskipun kini Rose duduk di pangluan Mingyu, gadis itu masih terlihat kurang tinggi di depan Mingyu

Rose tersenyum simpul melihat tingkah Mingyu di depannya

"K_kamu bisa memukulku juga, kok" ucap Mingyu dengan posisi yang masih sama

"Baiklah" mendengar itu nafas Mingyu mulai tercekat, jantungnya berdetak sangat cepat

Dia mulai menerka-nerka bagaimana Rose memukulnya sebentar lagi, atau bahkan lebih buruk. Sungguh, Mingyu tidak akan melakukannya lagi. Melihat Rose dalam mode marah lebih menakutkan dan memacu adrenalinnya

"Buka matamu" Mingyu menurutinya

"Nakal. Jangan diulangi lagi" ucap Rose sambil mencubit ujung hidung Mingyu. Kemudian terdengar kekehan kecil dari mulutnya

Fungsi saraf tubuh Mingyu berhenti tiba-tiba. Tubuhnya mematung. Pandangannya lurus menatap wajah Rose di depannya yang masih tertawa

"Oh! Jam berapa sekarang?" ucap Rose tiba-tiba membuat Mingyu kembali tersadar

"Wae?! Wae?! Wae?! Kamu ada jadwal sebentar lagi? Atau penerbangan ke luar negeri? Aku antar!" ucap Mingyu yang ikut panik melihat Rose yang masih menatap jam di pergelangan tangan Mingyu

"Kamu yang harus pergi. Tidak pergi bekerja?" ucap Rose sambil meneliti setelan lengkap yang dipakai Mingyu sekarang

Pria itu menghela nafas lega. Tangannya terulur untuk merapikan helai rambut Rose

"Ngomong-ngomong_"

"Wae?" jawab Rose karena Mingyu tak kunjung meneruskan kalimatnya

"Emmm, kamu tidak ingin menyanyikan lagu barumu untukku?" ucap Mingyu dengan puppy eyes miliknya

" Ya! Kamu ingin aku di denda perusahaan?!"

TBC

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐖𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐌𝐈𝐍𝐆𝐘𝐔 × 𝐑𝐎𝐒ÉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang