AkaKuro-3

590 78 36
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo PASTI akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Apa yang Kuroko rasakan saat ini?

Sedih.

Sakit hati.

Kecewa.

Laki-laki bersurai baby blue tahu kalau pelukan adalah hal normal, dia juga sering dipeluk. Tapi, melihat tunangan kita memeluk mantan tunangannya itu sedikit... menyedihkan.

Kuroko tahu dia egois. Dia mengaku kadang dia menyukai yang namanya pelukan. Tapi, saat ini melihat Akashi memeluk Arlene entah kenapa hatinya sakit.

Dia egois, kan?

Laki-laki manis itu memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya di antara kerua lututnya. Dia memutuskan untuk menyendiri dulu, rasanya dia pasti akan menangis kalau langsung bertemu dengan Akashi.

Si surai baby blue mengabaikan ponselnya yang terus bergetar. Dia tahu kalau itu pasti dari Akashi. Siapa lagi yang mau meneleponnya berkali-kali selain tunangan merahnya itu?

"Lebih baik kamu kembali, sebelum aku yang dikejar-kejar iblis itu untuk menebak dimana posisimu."

Mendengar suara itu, Kuroko mendongak. Dia melihat sosok Leta alias cupid sekolahnya tengah berjalan pelan. Gadis yang biasanya tampil rapi itu, kini hanya memakai piyama dan rambutnya pun hanya diikat rendah dan longgar.

"Bagamana kamu bisa tahu aku di sini?"

Leta mengulas senyum, "Insting."

"Apa yang akan terjadi kalau aku tidak balik sekarang?"

"Akashi akan menggangguku dan Kei, lalu dia akan mencarimu."

"Ok. Aku balik."

Sebelum Kuroko sempat melangkah lebih jauh, Leta menahan bahunya. Hal itu membuat si surai baby blue menoleh dan memberikan pandangan penuh tanya kepada gadis yang kini memasang wajah yang serius.

"Jangan lupa kalau aku dipanggil cupid."

Hebat.

Itulah yang ada dipikiran Kuroko saat ini. Leta memang benar-benar cupid atau malah cenayang ya? Sepertinya gadis di depannya itu sudah terbiasa membaca raut wajah seseorang hingga dapat mengetahui perasaan asli mereka dengan tepat.

"Ya, aku akan mengingatnya."

***

"Kamu kenapa, Tetsuya?"

Kuroko hanya menggeleng disertai senyuman lembut yang membuat aura keibuannya lebih terlihat. Akashi terkekeh dan mengacak-acak rambut si laki-laki manis itu sambil sesekali menarik kedua pipinya.

"Uh... Tetsuya udah cocok jadi ibu..."

Mendengar perkataan Akashi, Kuroko cemberut. Laki-laki itu membuang mukanya, "Aku laki-laki tahu!"

Kedua orang itu melanjutkan acara makan mereka. Terkadang disertai Akashi yang menggoda si surai baby blue hingga yang digoda memasang ekspresi ngambek. Malah membuat si iblis merah semakin gencar menggodanya. Katanya, Kuroko itu super duper imut kalau sedang ngambek apalagi kalau sudah cemberut.

"Sei-kun, aku mau ke toilet dulu."

"Perlu diantar?"

Mendengar pertanyaan Akashi, Kuroko memandangi tunangannya itu dengan pandangan yang aneh. Kedua alisnua tertaut sebagai tanda bahwa dia kebingungan, "Emang aku kenapa sampai harus diantar?"

"Kemarin kamu ngidam, kan? Itu artinya kamu lagi hamil."

Ingin rasanya Kuroko memukul kepala Akashi, apalagi setelah melihat seringaian meledek yang sedikit... um... menggoda? Yah, pokoknya ekspresi Akashi hanya membuat dirinya semakin ingin memukul kepala itu.

"Iya... iya... Tetsuya belom hamil."

"Belom?"

Akashi tersenyum lebar, "Iya, lah, belom! Soalnya nanti, kan, akan kubuat hamil."

Sudahlah, Kuroko sudah lelah. Karena tahu kalau diladeni akan semakin lama, si surai baby blue langsung pergi setelah memukul pelan kepala Akashi.

Dasar mesum!

***

Jalan-jalan di malam hari. Suatu keajaiban yang entah kenapa dapat Akashi perbolehkan. Bahkan dia boleh sendirian tanpa perlu diikuti orang lain. Walaupun katanya cuma selama liburan di sini, sih.

Sesekali, Kuroko memejamkan mata. Dia menikmati suara derak dahan pohon yang digoyangkan oleh angin, suara gemerisik daun-daun, nyanyian hewan-hewan yang saling menyahut, dan suara langkahnya sendiri yang terdengar begitu pelan. Suara-suara itu bercampur menjadi melodi yang berhasil mengusir pikiran buruknya.

Ya... sejak Akashi keluar untuk menemui Midorima, pemikiran buruk mengenai hubungan tunangannya itu dengan Arlene memenuhi pikirannya.

Ponsel yang bergetar membuat Kuroko menutuskan untuk duduk sebentar dan membaca pesan yang baru masuk.

Nomor tak dikenal.

|Apa kabarmu, Pencuri?
|Ah! Kamu pasti sedang sendirian, ya?
|Yah, tentu saja, karena tunanganmu itu ada bersamaku.
|Bagaimana rasanya?
|Sakit, kan, tunanganmu bersama orang lain?
|Itu namanya karma!
|Salah sendiri kamu mencuri Sei dariku!
|Sei itu milikku!
|Kamu mencurinya dariku!
|Jadi, aku akan mencurinya kembali darimu!
|Lagipula, Sei juga masih mencintaiku.
|Sampai jumpa, Pencuri!

Tepat setelah dia selesai membaca, dia mendaparkan pesan baru dari Akashi. Pesan yang seperti garam yang ditaburkan di atas lukanya yang masih baru akibat pesan dari nomor yang tidak dia kenal itu. Walaupun tanpa pemikiran Leta yang seperti cenayang, Kuroko juga sudah tahu siapa itu.

Arlene.

Seperti apa pesan Akashi?

Aku bertemu teman kerja yang akan bekerja sama denganku. Jadi, aku akan pulang malam.

Kuroko tahu kalau pesan itu tidak secara spesifik mengatakan Arlene. Tapi, memangnya dia bisa menahan pikiran negatif yang terus menerus muncul?

Tangan Kuroko gemetar. Namun, dirinya sendiri tidak tahu alasan kenapa tangannua sampao gemetar seperti ini. Lalu, perlahan-lahan beberapa cairan bening membasahi pipinya.

Kenapa dia menangis? Kuroko juga tidak tahu.

Apakah itu karena kecewa? Sedih? Atau marah?

Pikiran laki-laki bersurai baby blue itu terlalu penuh dengan pemikiran yang hanya membuatnya semakin menangis, sehingga tidak bisa memproses alasannya menangis.

Apakah aku tidak bisa merasakan liburan tenang bersama Sei-kun?

to be continued

Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa tekan bintang dan berkomentar.

Jawaban pertanyaan hati Kuroko: TIDAK.

Kenapa? Karena Author suka yang namanya konflik (Ketawa jahat😈😈😈).

See you next chapter!

Summer SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang