MuraHimu-3

315 63 17
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo PASTI akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf Muro-chin, hari ini aku tidai bisa menemanimu. Maaf, ya.

Sudah 2 hari berturut-turut Himuro menerima pesan itu pada pagi hari. Pesan menyebalkan itulah yang menyambutnya ketika dia baru keluar dari dunia mimpi. Padahal mimpinya begitu indah, sudah sukses membuat moodnya membaik.

Kenyataan memang kejam. Hanya 1 pesan yang bahkan dibaca tidak lebih dari 1 menit sudah membuat moodnya hancur.

Helaan nafas terdengar dari pemuda yang memakai piyama pendek itu. Dengan kesal, pemuda itu menyibakkan selimut dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Orang tuanya belum sampai juga. Mereka belum mendapatkan tiket pulang-pergi.

"Sepertinya hari ini aku menghabiskan waktu bersama mereka lagi."

Seusai mandi dan memakai pakaian yang lebih rapi, pemuda berwajah manis itu mengambil dompet dan ponsel sebelum akhirnya keluar. Berjalan santai menuju gazebo besar.

Baru ada Takao yang sedang bermain ponsel di salah satu meja dengan pemandangan bagus. Berjarak beberapa meja, akan terlihat seorang pemuda yang bisa dibilang cantik dengan rambut baby blue yang sediki panjang sehingga bagian belakangnya melebihi kerah kemeja putih tipis dengan lengan pendek.

Mengetahui bahwa pemuda itu adalah wakil ketua OSIS, Himuro mengulas senyum ramah ketika pandangan mereka bertemu. Di balas dengan senyuman manis yang menurut Himuro seperti senyuman bidadari.

Himuro duduk di seberang Takao. "Tumben banget Senpai datang lebih cepat."

"Males di cottage."

Memangkap nada kesal bercampur malas dari sang kakak kelas membuat Himuro mengerutkan kening. Bingung. Tidak biasanya mood Takao sejelek ini. Paling jelek juga, kakak kelasnya itu masih bisa memamerkan senyum lebar. Namun sekarang, Takao hanya cemberut sambil terus memainkan ponselnya tanpa ada niatan membuka percakapan.

"Ada masalah dengan Midorima-senpai ya?"

Takao meletakkan ponsel di meja dengan sedikit tenaga, membuat suara yang memecah keheningan. Kedua mata pacar Midorima itu menyipit. "Gak ada hubungannya sama dia!"

"Pasti ada hubungannya..." gumam Himuro.

"Enggak!" gerutu Takao.

Karena tidak mau mendapat lemparan garpu dari Takao, Himuro memutuskan untuk diam. Dia tisak mau mengganggu orang yang marahnya seperti elang betina yang anaknya diganggu.

Himuro benar-benar senang ketika melihat Leta dan Kei yang melangkah masuk ke gazebo. Namun, dia menarik rasa senangnya ketika melihat plaster luka anti air yang menghiasi bagian pipi kiri Kei.

"Hm... ada apa dengan pipimu?" tanya Takao, masih dengan nada kesal.

"Karena singa betina yang ngamuk," gerutu Kei. "AWW!!! Gak usah nginjek kaki dong, Let!"

Satu-satunya gadis di kelompok itu mengulas senyum manis. Ok... lebih tampak mengerikan ketimbang manis. "Siapa yang kamu sebut singa betina, Kei? Kudorong ke laut seperti kemarin sore atau kulempar botol alkohon seperti tadi malam! Pilih!"

Ah... sepertinya ada dua pasangan yang tengah ribut sekarang. Ok... 3 bareng dirinya, walaupun dia dan Murasakibara lebih cocok disebut bibit-bibit keributan.

Kasamatsu datang dengan wajah masam. Dia membanting ponsel ke meja sebelum duduk dan menghantamkan kepala ke meja. Membuat Himuro berjengit karena suara yang dihasilkan cukup keras.

Um... sepertinya ada 3 masalah rumah tangga dan 1 bibit masalah.

Hari ini tidak akan setenang dulu.

***

Ingin rasanya Himuro dari kelompok itu. Satu-satunya masalah yang sudah kelar adalah masalah Leta dan Kei yang berakhir dengan amat sangat romantis. Tapi masalah dirinya, Kasamatsu, dan Takao masih belum menemukan titik terang.

Lihatlah Takao yang membuat sosok pacarnya dari pasir kemudian menendangnya keras hingga bagian kepala mental ke laut. Bergeser sedikit akan terlihat Kasamatsu yang tengah membuat versi kecil boneka berbentuk Kise lalu menusuk-nusuknya dengan ranting pohon yang patah, kemudian dia benarkan lagi dan menjadikan boneka itu samsak tendangan dan pukulan.

Kasian pacar mereka...

Tidak mau berlaku kejam, Himuro memilih untuk mengukir-ukir nama Murasakibara di pasir. Menginjak atau menyapunya hingga hilang. Lalu menulisnya lagi. Terus seperti itu.

Kei menghela nafas. "Bagaimana kalau kita makan takoyaki? Kami berhasil membuatnya tadi pagi. Walaupun tidak akan hangat sih."

Himuro menerima kotak makan kecil berisi beberapa takoyaki. Menyantapnya dengan tenang sambil menikmati pemandangan ombak yang tampak seperti sedang menari bersama lantunan angin.

Suasana yang tenang.

Dia melirik ke arah Kei dan Leta yang tengah makan bersama. Mesranya.

Lalu, dia menoleh ke arah Kasamatsu dan Takao sebelum menelan ludah. Kasamatsu tengah menyantap takoyaki dengan sedikit brutal. Sedangkan Takao tengah mengaduk-aduk takoyaki hingga hancur dan isiannya keluar.

"Tidak bisakah kalian berhenti bertingkah layaknya psikopat?" tanya Leta.

Takao mendelik. "Diam kamu! Orang yang punya pasangan terbaik diam saja!"

"Kasihan sekali si rambut lumut dianggap bukan pasangan terbaik." kekeh Leta.

Kasamatsu menelan semua kunyahan takoyaki sedikit tersedak dan menghembuskan nafas untuk meredakan sakit di tenggorokannya. "Kamu harus merasakan jadi aku! Punya pacar plin-plan yang menyebalkan dan selalu menarik emosi di setiap perbuatan dan perkataannya."

"Maaf saja," kata Leta. "Aku tidak mau melepaskan Kei hanya untuk mencoba memiliki pacar tidak becus seperti pacar kalian."

Kei terkekeh mendengarkan perkataan pacarnya itu. "Jangan sampai Leta punya pacar kayak gitu."

"Kenapa?" tanya Himuro.

"Pacarnya langsung mati di hari ketiga mereka pacaran. Kemarin saja dia mendorongku hingga tercebur ke laut kemudian melempariku dengan botol alkohol kosong."

Ah... sepertinya tidak ada orang normal di kelompok ini. Semuanya bar-bar. Kecuali dirinya dan Kei.

Atau dirinya juga bar-bar ya?

***

Seusai menghabiskan takoyaki, Himuro memutuskan ke kamar mandi umum. Dia hendak mencuci tangan sebelum mematung ketika mendengar suara yang akrab ditelinganya.

Himuro menempel ke dinding yang membatasi area wastafel dengan bilik-bilik toilet. Dia menajamkan telinga, berharap dapat mendengar suara itu.

Suara Murasakibara dengan orang lain.

"Mereka cantik-cantik. Ya, kan?"

Suara Murasakibara yang terdengar lelah terdengar setelah jeda beberapa menit. "Hm... begitulah."

"Ada niatan selingkuh dari pacarmu?"

to be continued

Terima kasih sudah membaca🙏 Jangan lupa tekan bintang dan berkomentar!

See you next chapter!

Summer SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang