Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo PASTI akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.|Send picture
Lagi-lagi, Kuroko hanya bisa terdiam dengan apa yang dikirimkan Arlene. Di layar ponselnya terpampang foto Arlene dan Akashi. Sebagian ketika mereka masih menjalani pertunangan, dan sebagian lagi tampak seperti baru.
|Jauh lebih romantis darimu, kan?
|Aku yakin Akashi jauh lebih cocok denganku ketimbang kamu.Yah... Sebenarnya, Kuroko ingin bicara dengan Akashi tentang ini. Tapi, dia tidak bisa mendapatkan waktu privasi. Di pagi hari, waktu mereka benar-benar sempit karena mengejar waktu sarapan. Ketika siang, mereka pasti diganggu Arlene. Sore hari, mereka sibuk bersih-bersih diri. Sedangkan ketika malam, Akashi selalu pergi dengan alasan bertemu teman kerja dan sebagainya.
Kuroko melempar ponselnya ke sofa kecil dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa yang ukurannya lebih besar. Laki-laki manis itu mengusap wajahnya kasar, sesekali menarik-nari rambutnya hingga ada beberapa yang rontok.
Kalau tahu begini akhirnya, Kuroko pasti akan keras kepala untuk menolak liburan ini. Keadaan yang membuatnya berpikir keras seperti ini, pasti akhirnya hanya akan membuatnya jatuh sakit.
Astaga... Lama-lama, dia pulang bukannya makin fresh dan ceria malah makin gila plus depresi ini.
***
"Aku pergi dulu, ya. Kalau kamu keluar, jangan kemalaman pulangnya. Nanti malah sakit."
"Emang udah sakit!" gerutu Kuroko dalam hati.
Namun karena dia masih memiliki takut pada tunangannya itu, jelas saja lelaki manis itu tidak mengutarakan gerutuannya. Dia hanya membalas dengan anggukan.
Akashi mengacak-acak rambut baby blue itu, "Apa kamu mau menitip sesuatu? Sepertinya aku pulang lebih cepat dibanding kemarin."
"Gak usah," jawab Kuroko pelan. "Pulangnya aja gak tahu kapan! Buat apa aku nitip ke yang enggak pasti."
"Hah? Kamu bilang apa?"
"Gak usah."
"Ok. Jangan lama-lama di luar, ya!"
Si surai merah itu menyempatkan dirinya untuk memberikan kecupan singkat di pipi dan bergegas keluar setelah memakai jaket untuk menutupi pakaian kasualnya.
Setelah merasa tunangannya agak jauh, Kuroko melempar sandal kamarnya ke pintu dan menyumpahi tunangannya itu. Laki-laki itu melompat turun dari sofa dan berjalan menuju kamar, hendak mencari jaket bersih yang bisa dipakainya untuk jalan-jalan santai karena jaketnya kemarin kotor oleh pasir.
Dia terdiam ketika melihat ponsel Akashi yang masih tersambung dengan charger di nakas. Sepertinya, si iblis merah itu melupakan ponselnya.
Buka?
Atau biarkan?
Buka?
Biarkan?
"Buka deh."
Si surai baby blue mengambil ponsel tunangannya itu. Untungnya, dia berhasil memaksa Leta untuk mencari tahu sandi ponsel Akashi. Entah bagaimana gadis itu tahu, yang penting sekarang ponselnya bisa Kuroko akses sesukanya.
Dia membuka chat, fitur yang paling banyak menyimpan rahasia. Dia hendak membuang ponsel itu ke laut ketika melihat kontak yang paling baru dihubungi tunangannya adalah Arlene.
Dan... pesan itu baru diterima beberapa menit yang lalu.
Boleh bertemu di pantai? Tolong pergi sendirian saja.
Itu adalah pesan terakhir yang dikirimlan Arlene. Entah kelanjutannya Akashi hapus atau tidak, tapi satu pesan itu sudah membuat mood Kuroko yang sudah hancur menjadi lebih hancur.
"Bren***k."
Tring!
Kuroko tersentak. Nyaris saja dia menjatuhkan ponsel Akashi saking kagetnya. Tubuhnya kaku ketika melihat siapa yang baru saja mengirim pesan.
Akashi Masaomi.
Seolah mood-nya tidak cukup buruk, pesan itu semakin membuat moodnya buruk.
|Apa kamu benar-benar tidak mau bersama Arlene lagi?
|Belum terlalu terlambat.***
Suara langkah kaki Kuroko terdengar begitu jelas. Dia berlari secepat mungkin, pergi dari cottage. Tidak peduli kalau itu sudah terlalu larut.
Dia pergi ke sebuah taman kecil. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Akashi dan Arlene tengah berpelukan. Mungkin kalau ini komik atau anime, pasti akan terdengar suara guntur.
"Aku benar-benar mencintaimu, Sei."
Karena tidak tahan melihat dan mendengarnya, Kuroko berlari ke pantai. Lebih tepatnya ke sebuah batu karang yang cukup tinggi. Satu hal yang dia ingin lakukan saat ini hanyalah berteriak sekencang-kencangnya.
"AAAHHHHHHHH!"
Setelah suaranya mulai habis, Kuroko duduk di pinggir karang. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Malam-malam. Tidak mau pulang ke cottage.
Pandangan Kuroko bergeser ke bawah. Batu karang itu cukup tinggi dan kini, dibawahnya ada air laut yang tampak gelap. Seperti pusaran hitam yang siap menghisap apapun.
Mungkin orang-orang depresi akan melompat dari ketinggian ini. Membiarkan dirinya terjatuh ke air laut yang tidak diketahui dimana dasarnya.
Kuroko berdiri. Tangan dan kakinya bergetar karena udara yang dingin. Angin yang berhembus cukup kencang, membuat pakaian si surai biru berkobar-kobar.
Laki-laki manis itu memejamkan matanya, menikmati angin yang menabrak tubuhnya. Rasanya kakinya semakin gemetar ketika dia merasa kalau dirinya sudah benar-benar di ujung batu karang itu.
Hanya satu langkah. Satu langkah hingga dia terjun bebas ke dekapan mematikan air laut yang terus menabrak batu karang yang di pijak, menimbukan suara kencang yang hanya semakin membuat kakinya bergetar tak terkendali.
Kalau dia terjun, tidak ada yang akan memikirkannya kan?
to be continued
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa tekan bintang dan berkomentar!
⚠️Warning⚠️
Area gak penting.
Curhatan Author (Gak dibaca, gak apa):
Masa, ya! Guru Author suruh ngerangkum dalam waktu 1 jam. Mending kalau cuma ngerangkum 1 bab, lah ini sampai 3 bab. Bikin tangan sakit aja!
(Gak penting kan? Abaikan!)See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Season
FanfictionBuku kedua dari Season Series. Menceritakan bagaimana lima pasangan yang sedang berlibur di Maldives. ⚠️Warning⚠️ Mengandung Yaoi